Menjadi pemimpin di DKI Jakarta bukanlah hal yang mudah. Segudang masalah yang ada di Ibu Kota harus bisa diselesaikan oleh gubernur dan wakil gubernur DKI.
Sebut saja masalah banjir, macet, sampah, kawasan kumuh dan seabrek masalah lainnya yang harus segera diselesaikan. Karenanya, menjadi pemimpin di DKI diperlukan tingkat kesabaran yang tinggi, jika tidak emosi akan mudah meledak.
Namun, pemimpin di DKI Jakarta tetaplah manusia biasa. Layaknya manusia lain, mereka juga kerap terpancing emosinya dan menjadi galak.
Berikut kegalakan pemimpin dan mantan pemimpin Jakarta.
1. Ditagih janji, Ahok marahi mahasiswa
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tersulut emosinya ketika lima mahasiswa BEM Universitas Bung Karno menagih janji soal menjamurnya minimarket yang mematikan pasar tradisional di Jakarta, Selasa (18/12).
Ahok yang merasa baru dua bulan memimpin Jakarta lantas marah kepada mahasiswa karena menagih janjinya. Ahok bahkan sempat berujar lebih jago berkelahi ketimbang mahasiswa
"Kami ingin kaji. Anda kalau cabut izin di PTUN kan orang dan kita kalah uang rakyat juga yang bobol di APBD. Ya semua ada kajiannya enggak kayak mahasiswa main berantem saja. Kalau berantem aku lebih jagoan," ujar Ahok menantang.
Dengan nada keras, Ahok mengatakan agar mahasiswa tidak bicara dengan teriak-teriak. Suasana semakin memanas saat Ahok berbicara sambil menunjuk mahasiswa. Namun, cek cok mulut segera berakhir setelah petugas Pamdal menarik para mahasiswa.
2. Foke doyan semprot anak buah
Mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke) dikenal sebagai sosok yang galak. Foke bahkan tak segan-segan mengomeli bawahan yang dinilainya tak becus bekerja dan terlambat masuk kantor.
Salah satu yang pernah disemprot Foke adalah Humas Pemprov DKI Cucu Ahmad Kurnia. Foke marah karena kliping koran yang harusnya ada di mejanya pagi hari tak tersedia karena Cucu kerap terlambat datang. Alhasil, Cucu kerap diomeli oleh Foke.
"Beliau itu datangnya 06.30 WIB, awal-awal dulu saya kalah cepat datangnya sama beliau, jadinya kena omel sama dia," kata Cucu kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Di kalangan wartawan, Foke juga dikenal galak. Foke kerap sewot saat ditanyai wartawan seputar kebijakan yang dikeluarkannya.
Salah satu contohnya adalah saat ditanya soal ketidakhadirannya di Balai Kota Jakarta usai Pilgub DKI putaran pertama beberapa waktu lalu.
"Anda matanya ke mana? Itu pertanyaan yang menjurus," ujar Foke dengan wajah kesal di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/7).
3. Sutiyoso marahi wartawan soal Agum Gumelar
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dikenal sebagai penggagas Transjakarta. Namun, pembangunan Transjakarta pada awalnya tak semudah yang dibayangkan.
Hujan kritikan datang terhadap pria yang kerap disapa Bang Yos itu. Bahkan, Menteri Perhubungan kala itu Agum Gumelar dikabarkan keberatan atas proyek tersebut dan meminta penundaan.
Hal itu dikabarkan mengakibatkan hubungan kedua purnawirawan jenderal TNI itu renggang. Saat dikonfirmasi soal itu, Sutiyoso justru memarahi wartawan agar tidak mengadu domba dirinya dengan Agum Gumelar.
"Wartawan itu kebiasaannya membawa konflik antarinstitusi dan antarpejabat. Itu yang jadi penyakit kalian (wartawan). Harus dihentikan kebiasaan seperti itu karena mulai dari perencanaan kita sudah libatkan Dirjen Perhubungan Darat," kata Sutiyoso di Balai Kota, 17 Desember 2003.
Dengan nada tinggi Sutiyoso mengaku hubungannya dengan Agum Gumelar baik-baik saja, termasuk soal koordinasi pembangunan busway.
"Saya sudah biasa kontak dengan pak Agum, baik sebagai teman maupun sebagai menteri. Saya minta jangan bikin konflik antarpejabat," tegas Sutiyoso.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dikenal sebagai penggagas Transjakarta. Namun, pembangunan Transjakarta pada awalnya tak semudah yang dibayangkan.
Hujan kritikan datang terhadap pria yang kerap disapa Bang Yos itu. Bahkan, Menteri Perhubungan kala itu Agum Gumelar dikabarkan keberatan atas proyek tersebut dan meminta penundaan.
Hal itu dikabarkan mengakibatkan hubungan kedua purnawirawan jenderal TNI itu renggang. Saat dikonfirmasi soal itu, Sutiyoso justru memarahi wartawan agar tidak mengadu domba dirinya dengan Agum Gumelar.
"Wartawan itu kebiasaannya membawa konflik antarinstitusi dan antarpejabat. Itu yang jadi penyakit kalian (wartawan). Harus dihentikan kebiasaan seperti itu karena mulai dari perencanaan kita sudah libatkan Dirjen Perhubungan Darat," kata Sutiyoso di Balai Kota, 17 Desember 2003.
Dengan nada tinggi Sutiyoso mengaku hubungannya dengan Agum Gumelar baik-baik saja, termasuk soal koordinasi pembangunan busway.
"Saya sudah biasa kontak dengan pak Agum, baik sebagai teman maupun sebagai menteri. Saya minta jangan bikin konflik antarpejabat," tegas Sutiyoso.
4. Ali Sadikin tampar direktur perusahaan
Ali Sadikin merupakan salah satu mantan gubernur DKI Jakarta yang dinilai sukses membangun Jakarta. Pria yang biasa disapa Bang Ali itu dikenal tegas dan galak dalam memimpin.
Salah satu kegalakan Bang Ali adalah saat ia menampar seorang direktur perusahaan yang menangani proyek di Jakarta. Saat itu, salah satu proyek di Jakarta macet karena perusahaan direktur tersebut terlambat memasok semen. Setelah diselidiki, direktur tersebut ternyata melanggar kontrak karena menggunakan orang ketiga.
Bang Ali lantas memanggil direktur itu. Namun, setelah panggilan ketiga sang direktur baru hadir menemui Bang Ali.
Bang Ali lantas menanyakan kepadanya mengapa pengiriman semen sampai terlambat. Namun, sang direktur menjawab secara berbelit-belit. Hal itu mengakibatkan Bang Ali naik pitam.
Orang nomor satu di DKI itu lantas menamparnya hingga tiga kali.
Sumber : merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar