Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Sabtu, 02 Maret 2013

Pantun Jokowi untuk rakyat Betawi

Pantun Jokowi untuk rakyat Betawi


Hari ini, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menghadiri pembukaan Musyawarah Besar ke-VI Badan Musyawarah (Bamus) Betawi di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur. Meski bukan orang Betawi, Jokowi coba-coba berpantun.

"Pohon sawi kembang sagu, ikan sepat ikan gurame. Warga Betawi mari bersatu, bangun Jakarte rame-rame," kata Jokowi usai menyampaikan pidatonya, Sabtu (2/3).

Pantun Jokowi mengundang decak kagum warga yang hadir. Mereka lantas bertepuk tangan.

Sejak menjadi gubernur, pria asal Solo, Jawa Tengah ini memang konsen membangun kembali budaya Betawi di Jakarta yang mulai ditinggalkan. Menurut Jokowi, budaya harusnya tetap dipertahankan sebagai bentuk identitas suatu daerah.

Salah satu cara Jokowi memperjuangkan kelestarian budaya Betawi dengan mengharuskan seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemprov DKI Jakarta menggunakan pakaian khas Betawi di hari Kamis. PNS pria memakai koko, peci, dan sarung yang dikalungkan di leher, sedangkan PNS wanita memakai kebaya encim.

Tak hanya soal pakaian, Jokowi juga meminta seluruh gedung pemerintahan Jakarta berornamen Betawi. Tujuannya, untuk membedakan dengan gedung-gedung tinggi lainnya.

Selain itu, Jokowi juga menjanjikan satu kampung yang khusus menampilkan budaya Betawi. Dia akan menyulap Setu Babakan menjadi Kampung Betawi.

Sumber: merdeka.com

Kamis, 28 Februari 2013

Jokowi disuka karena aura kuat, meski tidak camera face

Jokowi disuka karena aura kuat, meski tidak camera face

Kepopuleran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) bukan hanya di Jakarta atau Indonesia saja, namun sudah mencakup dunia internasional. Menurut founder Rumah Perubahan, Rhenald Kasali, muka Jokowi bukan 'camera face' namun pria kurus itu memiliki aura yang kuat sebagai pemimpin.

"Secara nyata saja, sosoknya Jokowi kalau sudah masuk kamera tidak menarik namun sosoknya mempunyai aura genik, terlihat dari kata-katanya, bahasa mukanya, gerakan tangan dan volume suara. Hal itu sangat berpengaruh," ujar Rhenald pada acara peluncuran buku "Camera Branding" di auditorium MNC Kebon Sirih, Jakarta, Jumat (1/3).

Rhenald mengatakan, Jokowi dipenuhi pendapat yang pro dan kontra. Ketika Jokowi menerima hujatan dan ditanggapi dengan santai, itu yang membuat masyarakat menyukai suami Iriana itu. "Hal itu yang membuat masyarakat Indonesia menyukainya apalagi media-media," katanya.

Dibandingkan dengan Ruhut Sitompul, Rhenald menambahkan, pejabat yang tampil di televisi bukan menjadi diri aslinya. "Kalian tahu Ruhut aslinya, kalau bukan di dalam televisi bukan seperti itu, saya yakin itu," tambahnya.

Acara tersebut dihadiri oleh CEO MNC Group, Harry Tanoesoedibjo, Founder Young On Top, Billy Boen serta artis Donna Agnesia dan Happy Salma.

Sumber: merdeka.com

Ahok Tonton 'Pawang Geni Jokowi' Padamkan Si Jago Merah

Ahok Tonton 'Pawang Geni Jokowi' Padamkan Si Jago Merah
Wakil Gunbernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama. (Liputan6.com/Luqman Rimadi)
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Dinas Pemadam Kebabakaran dan Penanggulangan Bencana yang ke-94 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pemadam Kebakaran, Ciracas, Jakarta Timur.

Ahok yang mengenakan pakaian Dinas Pemadam Kebakaran menyaksikan simulasi penanganan pemadam kebakaran oleh petugas pemadam, termasuk kemampuan alat pemadam kebakaran Manual ala Jokowi bernama Pawang Geni.

Dalam sumilasi itu, sekitar 20 orang anggota pemadam kebakaran terlihat berusaha memadamkan kobakaran api yang membakar sebuah replika rumah, termasuk menggunakan Pawang Geni yang didesain khusus untuk menangani kebakaran tahap awal pada pemukiman padat penduduk.

Pawang Geni ini berbentuk tong berkapasitas 200 liter di atas besi beroda. Alat yang dilengkapi pompa, selang sekitar 10 meter, dan alat penyemprot seperti milik mobil pemadam ini mampu menyemprotkan air hingga jarak kurang lebih 25 meter.

Ketika alat itu dipamerkan, Ahok terlihat kagum dan ikut bertepuk tangan bersama para peserta yang hadir.

Selain menyaksikan simulasi pemadam kebakaran, Ahok mendapatkan sebuah cendera mata dari Dinas Pemadam Kebakaran, berupa peralatan 'pemadam kebakaran yang diserahkan oleh 2 orang petugas berseragam biru.

Sumber: liputan6.com

Mantap .... Kini, Warga Dapat Mengakses APBD DKI Melalui Situs Web

Di situs www.jakarta.go.id, warga dapat mengakses Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta tahun anggaran 2013.


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memenuhi janjinya untuk memublikasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta 2013. Mulai Kamis (28/2/2013), anggaran tersebut telah ditayangkan situs web www.jakarta.go.id.

Kepala Bidang Informasi Publik Dinas Komunikasi dan Informasi Masyarakat DKI Jakarta Eko Hariadi mengatakan, akses APBD DKI melalui situs web itu merupakan komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal transparansi dan keterbukaan. "Dengan bisa diaksesnya APBD melalui website, masyarakat jadi bisa ikut mengawasi dan mengawal penggunaan anggaran," kata Eko di Balaikota Jakarta, Kamis (28/2/2013).

Informasi yang disampaikan dalam situs web tersebut terkait dengan anggaran secara makro dan program unggulan Pemprov DKI Jakarta tahun anggaran 2013. Seluruh informasi mengenai APBD, seperti kode rekening serta jumlah anggaran yang dialokasikan untuk sebuah kegiatan, terpampang dalam situs web tersebut. Sementara itu, untuk poster yang akan ditempel di setiap kantor RW baru bisa direalisasikan pekan depan.

"Untuk poster masih memerlukan waktu satu pekan lagi karena pencetakannya lebih lama," ujarnya.

APBD DKI 2013 telah ditetapkan sebesar Rp 49,98 triliun dengan rincian aspek penerimaan yang terdiri atas pendapatan daerah sebesar Rp 41,53 triliun dan penerimaan pembiayaan sebesar Rp 8,45 triliun. Adapun aspek pengeluaran terdiri dari belanja daerah sebesar Rp 45,57 triliun dan pengeluaran pembiayaan Rp 4,4 triliun. "Seluruh anggaran untuk program unggulan Pemprov DKI Jakarta juga dapat diakses," kata Eko.

Pada tahun 2013, Pemprov DKI memiliki 20 program unggulan, antara lain pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT), normalisasi sungai dan saluran drainase, serta penataan pembangunan situ, waduk, dan tanggul pengaman pantai. Pemprov DKI juga mengedepankan pembangunan flyover dan underpass; optimalisasi, perluasan, serta penambahan jaringan jalan dan missing link; pembangunan Terminal Bus Pulogebang; peningkatan pengelolaan bus transjakarta; pembangunan mass rapid transit (MRT); penataan trayek dan peremajaan angkutan umum berupa pengadaan bus sedang untuk peremajaan angkutan umum reguler; serta pelayanan kesehatan masyarakat melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Program unggulan lainnya adalah peningkatan pelayanan pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP), pembangunan rumah susun dan infrastrukturnya, penataan kampung dan kantong kumuh, pembangunan dan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH), peningkatan pengelolaan air limbah domestik, dan pembangunan dan pengembangan lingkungan cagar budaya. Selanjutnya, peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan di tingkat kelurahan, peningkatan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika, penataan pedagang kaki lima (PKL) di lima wilayah kota, dan peningkatan sarana-prasarana olahraga dan pemuda melalui pembangunan Stadion BMW.

Sumber: kompas.com

Rabu, 27 Februari 2013

Jokowi Membayangkan Sebelum Ada KJS

Jokowi Membayangkan Sebelum Ada KJS
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo keluar dari ruang NICU RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, untuk amenjenguk saudara kembar mendiang Dera, Dara Nur Anggraini, Rabu (20/2/2013)

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menilai layanan kesehatan di Jakarta saat ini sudah mulai membaik, setidaknya sudah lebih berpihak pada warga ekonomi lemah. Kalaupun ada kasus dan kekurangan yang mencuat, dia menilai itu bagian dari proses dan menganggap semuanya akan terus membaik.

Saat dijumpai di Balaikota Jakarta, Jokowi menyampaikan kegusarannya atas sejumlah kasus di dunia kesehatan yang mengemuka beberapa hari ini. Misalnya bayi Dera, dan Hikmah yang meninggal dunia setelah mengalami penyakit pernapasan dan diduga telat ditangani oleh rumah sakit. Jokowi tak membayangkan apa jadinya Jakarta sebelum bergulirnya Kartu Jakarta Sehat (KJS).

"Bayangin, kami sudah gratiskan lewat KJS masih ada persoalan bayi Dera, bayi Hikmah. Bayangin itu sebelum ada KJS," kata Jokowi, Rabu (27/2/2013).

Menurut Jokowi, kasus-kasus terkait buruknya layanan kesehatan lebih banyak terjadi sebelum dirinya memimpin Jakarta. Namun begitu, saat ini akses informasi jauh lebih terbuka ketimbang waktu sebelumnya, sehingga porsi pemberitaan yang diterima masyarakat menjadi lebih besar.

"Dulu bisa ratusan, tapi tertutup. Dulu kan enggak pernah seterbuka ini," ujarnya.

Untuk itu, mantan Wali Kota Surakarta ini meminta semua pihak menghargai dokter dan tenaga medis yang sudah berupaya bekerja dengan optimal. Walau di sisi lain pelayanannya masih belum dapat mengcover penuh, khususnya dalam keterbatasan fasilitas yang terus digenjot realisasinya.

"Misalnya dulu dalam sehari bisa nerima 100, sekarang 170 pasien. Rumah sakit, dokter sudah bekerja, tapi memang kadang-kadang masyarakat terlambat bawa ke dokter. Posisi sudah kritis baru dibawa ke rumah sakit," kata Jokowi.

Sumber : kompas.com

Selasa, 26 Februari 2013

Buruh "Ngelunjak", Basuki Naik Pitam

Buruh "Ngelunjak", Basuki Naik Pitam
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menerima buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Nasional (SPN), di Balaikota Jakarta, Selasa (26/2/2013). Mereka menuntut dikeluarkannya SK Gubernur terkait penangguhan Upah Minimum Provinsi dan diberikannya Kartu Jakarta Sehat (KJS) kepada para buruh. Namun, sikap buruh yang terus mendesak Basuki, membuat Basuki menjadi naik pitam dan berbalik memarahi para buruh.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berusaha menenangkan buruh yang berdemo di depan Balaikota DKI Jakarta, Selasa (26/2/2013), menuntut dikeluarkannya penangguhan Upah Minimum Provinsi (UMP) melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta.

Meski sudah ditenangkan, para buruh yang berasal dari Serikat Pekerja Nusantara (SPN) yang berada di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) itu terus berteriak dan mendesak agar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengeluarkan SK Gubernur penangguhan UMP tersebut.

Awalnya, Basuki masih terus menjawab tuntutan buruh itu dengan mengatakan bahwa ia akan mendesak Jokowi untuk segera mengeluarkan SK Gubernur. "Iya, Pak, nanti saya desak Pak Jokowi untuk menegaskan penangguhan UMP," kata Basuki.

Namun, buruh terus mendesak Basuki dan membutuhkan kepastian dikeluarkannya SK Gubernur tersebut. "Tapi, Pak, kita enggak pikirkan UMP. Yang penting, kita butuh kepastian, Pak," kata buruh-buruh itu.

Merasa terus didesak buruh, nada suara Basuki langsung meninggi. "Iya, itu yang saya jawab dari tadi, tapi Saudara tidak mau mendengarkan saya. Saya itu bukan gubernur, tapi saya akan bawa surat tuntutan ini ke Pak Jokowi," kata Basuki dengan wajah mengeras.

"Saya akan bilang bahwa ada kawan-kawan, demo minta kepastian Pak Jokowi, apakah mau menangguhkan atau tidak, prosesnya juga tidak kelamaan. Makanya tadi saya bilang, kita kan kemarin fokusnya ke banjir habis-habisan."

"Nah, sekarang baru masuk, kita juga baru penggantian beberapa kepala dinas. Kita itu baru mau mengeluarkan anggaran hari ini, anggaran juga baru bisa dipakai hari ini. Jadi, kita berdebat maaf maaf saja, warga DKI itu bukan cuma bapak ibu saja. Kita itu ngomong fair, kami disumpah untuk mengurusi warga Jakarta."

"Nah, kalau mengurusi semua orang yang lebih penting bagi kami APBD-nya bisa dipakai untuk masyarakat. Baru hari ini, Pak, APBD-nya disahkan. Baru hari ini bisa dipakai. Jadi, kami konsentrasi yang ini dulu baru yang lain," tegas Basuki.

Suasana yang awalnya ramai menjadi hening. Meski begitu, para buruh tetap menuntut Basuki. Bahkan, ada yang menuntut untuk meminta jaminan kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Basuki pun langsung menjawab tuntutan buruh-buruh tersebut.

"Semua buruh itu berhak dapat KJS, yang penting kalau sakit masuknya harus lewat puskesmas, bukan langsung rumah sakit atau poliklinik. Kalau punya asuransi, ya tergantung mau pakai asuransi yang mana? Kalau kami lebih yakin KJS lebih baik daripada yang bapak ibu punya," ujar Basuki panjang lebar.

"Terus Bapak bilang, kami telah menganggap remeh bapak? Tidak, Pak. Ada yang lebih penting daripada itu. Buruh itu penting, tapi itu sebagian kecil dari warga DKI. Ini ada APBD Rp 49,9 triliun yang harus dipakai. Terus bapak ibu teriak-teriak mau minta jaminan kesehatan melalui KJS, itu tidak bisa keluar kalau tidak ada ketok palunya. Jadi, mohon pengertiannya," jelas dia lagi.

"Saya kira dalam sejarah bapak ibu sebagai buruh tidak pernah ada wakil gubernur yang mau menemui bapak ibu terus bisa ngomong seenaknya sekarang. Jadi maksud saya, jangan terlalu suudzon (berburuk sangka). Kasih tahu ke kami kalau menemukan staf kami yang ada permainan, kami tidak segan-segan memecat mereka. Kami pasang badan di sini," tegas Basuki.

Basuki pun meminta kepada para buruh untuk bersabar karena surat tuntutan itu memerlukan kajian dari Pemprov DKI, mulai dari asisten, kepala dinas, deputi, sekretaris daerah, hingga Gubernur DKI. Basuki pun mengaku telah memerintahkan Asisten Perekonomian DKI untuk melakukan audit pada perusahaan-perusahaan yang berada di KBN.

"Saya minta bapak sabar karena ini masih dikaji. Perusahaan besar belum tentu untungnya lebih besar daripada perusahaan kecil. Makanya, kami butuh auditor. Kami mau cek pajak yang dia bayar berapa, ekspor nilainya berapa," cetus dia.

Mendengar Basuki yang naik pitam itu, puluhan buruh yang awalnya terus menuntut Basuki pun menjadi diam. Namun, beberapa di antara mereka terus meneriakkan nama Basuki dan mengambil gambar Basuki melalui telepon seluler atau kamera mereka.

Sumber : kompas.com

Minggu, 24 Februari 2013

Tak Cuma Zakat, Basuki Sumbang Kegiatan Natal Rp 15 Juta

Tak Cuma Zakat, Basuki Sumbang Kegiatan Natal Rp 15 Juta
Laporan biaya operasional Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama periode Oktober-Desember 2012. (www.ahok.org)

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bukan hanya memberikan zakat infak sedekah (ZIS) dari uang insentif pemungutan pajak daerah. Dia juga menyumbang kegiatan Natal Rp 15,5 juta dari uang operasional.

Dalam laporan Biaya Penunjang Operasional Wakil Gubernur DKI Jakarta periode Oktober-Desember 2012 yang dimuat www.ahok.org, sumbangan Natal tersebut terlihat pada tanggal 14 Desember 2012. Sumbangan Natal ini termasuk dalam bantuan sosial Wakil Gubernur DKI.

Dalam laporan tersebut, tercatat ada beberapa kali bantuan sosial diberikan Wakil Gubernur. Pada 12 November 2012 dan 10 Desember 2012, Wakil Gubernur memberikan bantuan penanggulangan sosial masing-masing Rp 3 juta dan Rp 5 juta. Pada 10 Desember 2012, tercatat pula bantuan sosial berupa bantuan biaya pendidikan Rp 87.106.000.

Selain bantuan sosial, anggaran biaya opersional Wakil Gubernur digunakan untuk operasional dana kegiatan khusus, biaya koordinasi Wakil gubernur, dan untuk operasional kegiatan khusus lainnya.

Sejak diangkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga Desember 2012, Basuki Tjahaja Purnama mendapat uang operasional Rp 1,051 miliar. Namun total yang digunakannya Rp 595.798.325.

Dalam laporan tersebut, pemasukan hanya terjadi dua kali. Pertama, untuk pembukaan rekening pada 7 November 2012 Rp 500.000. Keesokan masuk dana penunjang Operasional Wakil Gubernur periode Okt - Des 2012 Rp 1.050.500.000.

Hingga 17 Desember 2012, total uang operasional yang digunakan Basuki mencapai Rp 595.798.325. Sehingga, dana Biaya Penunjang Operasional Wakil Gubernur DKI Jakarta tersisa Rp 455.201.675.

Sumber : kompas.com

Ternyata.. Basuki Ikut Bayar Zakat Infak Sedekah

Ternyata... Basuki Ikut Bayar Zakat Infak Sedekah
www.ahok.org

Bukti tanda terima Penerimaan Insentif Pemungutan Pajak Daerah bulan November 2012 dari Dinas Pelayanan Pajak untuk Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.


Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bukan hanya membayar pajak untuk setiap pendapatannya. Ternyata, dia juga membayar zakat infak sedakah (ZIS).

Hal ini dapat diketahui dari tanda bukti Penerimaan Insentif Pemungutan Pajak Daerah bulan November 2012 dari Dinas Pelayanan Pajak yang dilansir www.ahok.org. Zakat Infak dan sedekah yang diberikan Basuki Rp 1.460.412.

Pada bulan tersebut, Basuki menerima insentif Rp 68.725.280. Uang insentif itu kemudian dipotong pajak PPh 21 Rp 10.308.792.

Total yang diterima Basuki seharusnya Rp 58.416.488. Namun ada potongan ZIS berjumlah Rp 1.460.412, sehingga total yang diterima Rp 56.956.076.

Dalam bukti tanda terima tersebut, ZIS masuk dalam item potongan. Selain ZIS, ada potongan berupa Kesra, Pinjaman Koperasi, Simpanan Wajib Koperasi, Asuransi JS+potongan Korpri dan potongan lain-lain. Namun jumlah potongan-potongan tersebut kosong.

Sumber : kompas.com

Kala Jokowi Diisengi Iriana

Kala Jokowi Diisengi Iriana

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tampak kurang fit dari biasanya. Karena kondisinya yang kurang fit tersebut, dengan terpaksa, Jokowi membatalkan kegiatannya di Medan untuk dapat menjadi juru kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi, Minggu (24/2/2013).

JAKARTA, Berawal dari sebuah keisengan seorang awak media untuk menanyakan kabar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kepada Istri Jokowi, Iriana Widodo, awak media yang biasanya menunggu di pelataran Taman Suropati pun diperbolehkan untuk mewawancarai orang nomor satu di Ibu Kota tersebut di dalam rumah dinasnya. Pemandangan ini tak biasa karena memang awak media sulit sekali untuk mengakses rumah dinas Gubernur, baik hanya untuk menumpang buang air atau bahkan izin beribadah di mushala dekat garasi rumah dinas. Ada-ada saja alasan pengamanan dalam (pamdal) untuk mencegah awak media masuk ke rumah dinas.


"Siapa tadi yang BBM-an sama Ibu? Wah lagi tidur, kok disuruh keluar rumah. Ternyata ada kalian, tho. Si Ibu kok juga mau-mau saja disuruh kalian.
-- Joko Widodo "

Minggu (24/2/2013) kemarin, para awak media ingin mengetahui kabar orang nomor satu di Ibu Kota itu, setelah ia dikabarkan jatuh sakit akibat kelelahan. Beruntung, Iriana membalas pesan singkat Blackberry kepada awak media dan menjawab kalau Jokowi dalam keadaan yang sehat dan mengajak wartawan yang berada di Taman Suropati untuk menengok loteng lantai dua rumah dinas.

Bak artis yang menyapa idolanya atau raja yang menyapa rakyatnya, Jokowi pun menyapa awak media dari loteng lantai dua. Sontak beberapa wartawan pun menyerukan namanya. Tak hanya Jokowi, Iriana pun turut melambaikan tangannya. Dengan berbalut kemeja putih dan jaket jins hitam, Jokowi hanya tertawa seraya mengisyaratkan wartawan untuk masuk ke dalam rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati No 7, Menteng, Jakarta Pusat.

Tak menunggu lama, para wartawan langsung menyambut tawaran langka tersebut. Aji mumpung karena para awak media ini sudah menunggu kegiatan Jokowi sejak pukul 07.00 WIB dan di tengah guyuran hujan rintik. Mantan Wali Kota Surakarta itu telah menunggu di ruang tamu dan dengan ramah, dia menerima belasan wartawan yang masuk ke dalam rumahnya.

Dengan keadaan yang terlihat lemas dan berpeluh keringat, Jokowi pun bercerita kalau aksinya di loteng itu merupakan hasil keisengan istrinya yang menyuruhnya untuk ke luar rumah. Jokowi yang tak mengetahui, kalau keisengan istrinya itu untuk menyapa awak media pun langsung kaget ketika ternyata yang disapanya adalah awak media. Berulang kali Jokowi bercerita kejahilan istrinya itu dan bertanya kepada awak media yang iseng berkomunikasi dengan istrinya.

"Siapa tadi yang BBM-an sama Ibu? Wah lagi tidur, kok disuruh keluar rumah. Ternyata ada kalian, tho. Si Ibu kok juga mau-mau saja disuruh kalian," canda Jokowi kepada awak media.

Wawancara belasan awak media di dalam rumah dinas Jokowi pun tak berlangsung lama. Hanya sekitar 30 menit, Jokowi melayani pertanyaan wartawan. Tak ada suasana tegang selama Jokowi menjawab pertanyaan wartawan. Atmosfer yang terasa pun seperti obrolan santai.

Dengan suara yang masih lemas, Jokowi pun melayani pertanyaan wartawan, mulai dari sakitnya yang menyebabkan batalnya dia menjadi juru kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara, Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi; prediksinya mengenai kemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat besutan PDI-P, Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki; evaluasi tentang penerapan Kartu Jakarta Sehat (KJS); penerapan ganjil-genap; hingga antusiasme warga yang mengharapkannya untuk menjadi presiden RI 2014.

Menanggapi hal tersebut, Jokowi hanya tertawa dan mengisyaratkan kalau ia tidak akan ikut bertarung di Pilpres 2014. "Ha-ha-ha.. Kok bisa ada anggapan seperti itu? Saya enggak mau mikirin polling-polling itu. Enggak ada," kata Jokowi.

Di akhir perbincangan, Jokowi pun mengungkapkan rahasia strateginya mengapa dia bisa menjuarai Pilkada DKI Jakarta 2012. Padahal, Jokowi merupakan warga Solo dan orang baru di Ibu Kota. Jokowi bercerita, kalau saat dia datang ke Ibu Kota dan diusung oleh PDI-P bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama yang diusung Partai Gerindra, elektabilitas Jokowi-Basuki hanya lima persen. Namun, seiring Jokowi yang tak kenal diam, ia pun mulai turun ke masyarakat untuk mendapatkan simpati warga. Strateginya ternyata ampuh, dan elektabilitasnya bersama Basuki terus meningkat dari hari ke hari.

"Enggak bisa kita menebak-nebak ini-itu kalau kita tidak ke lapangan. Kenapa dulu saya berani ngomong? karena saya sudah turun ke kampung-kampung, saya sudah ke RT-RW, semuanya saya catat dan saya rasakan. Setiap ke kampung, saya catat, saya rasakan, saya catat dan saya rasakan karena saya pelakunya. Saya masuk ke semua kampung terus saya lihat dan saya bisa pastikan kalau saya bisa menang. Nah, kalau ini surveinya lebih real karena surveinya langsung terjun ke masyarakat," ungkap Jokowi seraya tersenyum.

Strategi Jokowi itu ternyata berhasil membawa Jokowi-Basuki menduduki posisi orang nomor satu dan nomor dua di Ibu Kota.

Sumber: kompas.com

Jokowi Akui Kelemahan KJS

Jokowi Akui Kelemahan KJS
Ilustrasi : Program Kartu Jakarta Sehat yang diluncurkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, direspon positif oleh masyarakat Ibu Kota. Salah satu buktinya, adalah pendaftaran KJS di Puskesmas Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis siang yang membludak.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi, mengakui sistem Kartu Jakarta Sehat (KJS) masih banyak kekurangan. Setelah program KJS diluncurkan 10 November 2012, pasien di seluruh puskesmas dan rumah sakit di Jakarta yang menggunakan KJS membludak.

Membludaknya pasien KJS tak diiringi jumlah sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas pendukung rumah sakit yang memadai. "Kejadian atau kasus seperti meninggalnya bayi Dera atau yang lainnya masih banyak sekali ditemui. Apalagi sebelum ada KJS. Ini fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi," kata Jokowi di rumah dinasnya di Taman Suropati 7, Minggu (24/2/2013). Bayi Dera ditolak oleh sejumlah rumah sakit di Jakarta dengan berbagai alasan, antara rumah sakit tidak punya fasilitas perawatan memadai, tempat perawatan penuh, atau orang tuanya tidak dapat memenuhi jumlah uang jaminan yang diminta rumah sakit.

Terkait minimnya fasilitas dan alat kesehatan pendukung rumah sakit umum daerah (RSUD), kata dia, salah satu penyebabnya adalah karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2013 yang masih belum cair. Namun, Jokowi memastikan, setelah APBD DKI 2013 cair, anggaran itu dapat segera digunakan.

Dari total APBD 2013 sebesar Rp 49,9 triliun, sebanyak Rp 1,2 triliun dialokasikan untuk KJS. Sedangkan Rp 350 miliar dialokasikan untuk utang Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di tahun lalu.

"Masyarakat menyambut KJS sangat antusias, sehingga pasien rumah sakit membludak. Daya dukungnya belum bisa mengejar kebutuhan masyarakat. Jadi sekarang yang ada di anggaran harus dikejar," kata Jokowi.

Untuk penambahan sumber daya manusia seperti dokter dan perawat, Pemprov DKI Jakarta telah bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk membantu program KJS. "Kami sudah minta bantuan dari FK UI juga sudah ada kesepakatannya," ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, mengatakan untuk menanggulangi membludaknya pasien yang menggunakan KJS, ia akan menambah jumlah  dokter di Puskesmas. "Iya, sejak Senin kemarin sudah dilakukan dengan turunnya dokter spesialis di Puskesmas kecamatan Koja, Puskesmas kecamatan Cilincing, Puskesmas Tambora dan Puskesmas Tanah Abang beserta delapan puskesmas kelurahan lainnya. Selain itu, juga ada penambahan tenaga non-PNS di masing-masing puskesmas kecamatan dan kelurahan yang kunjungan pasiennya terus bertambah," kata Dien.

Sumber: kompas.com

Pak Jokowi, Kalau Mau Datang Bilang Dong..

Pak Jokowi, Kalau Mau Datang Bilang Dong...
Warga Kampung Pedongkelan RT 06/RW 05 Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur berkumpul di depan panggung menunggu kehadiran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufry, Jumat (22/2/2013). Jokowi dan Salim akan mengadakan diskusi bersama anak jalanan dan orangtua.

Seperti sudah menjadi kelebihannya, di mana pun berada, sorot mata warga selalu tertuju kepadanya. Suasana sepi langsung berubah menjadi ramai dan riuh. Dialah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi. Pemimpin Ibu Kota berpostur jangkung dan memiliki hobi unik, blusukan. Entah apa penyebabnya. Tapi mungkin gaya yang membumi membuatnya dekat di hati rakyat.

"Kalau mau dandan ya sudah dandan saja, saya bisa nungguin kok
-- Joko Widodo"

Ketika ada informasi Jokowi akan berkunjung, warga rela menunggu berjam-jam. Panas atau hujan tak masalah, yang penting bisa bertemu atau melihat langsung. Yang penting bisa "mencuri-curi" waktu untuk mengabadikan momen melalui kamera telepon genggam. Dan sebaliknya, warga kecewa ketika Jokowi batal hadir.

Pada Jumat, 22 Februari 2013, Jokowi diagendakan menggelar dialog dengan anak jalanan di Kampung Pedongkelan, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Dalam acara itu, Jokowi rencananya berduet dengan Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufry. Namun, karena terjebak macet, akhirnya Jokowi batal hadir dan berbelok arah menuju RW 01, Kelurahan Pangadegan, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Mantan Wali Kota Surakarta itu datang ke Pangadegan untuk menengok lokasi yang sempat digenangi banjir cukup tinggi pada bulan lalu. Ia melihat permukiman padat, saluran air, dan aliran Sungai Ciliwung yang lokasinya bersebelahan dengan permukiman warga.

Turun dari mobi dinasnya, Jokowi langsung diarahkan oleh Kepala Camat Pancoran Mukhlisin untuk melihat titik yang sempat digenangi air setinggi tiga meter. Titik tersebut berbentuk cekungan, dan terdapat puluhan rumah warga di dalamnya.

Pada saat itu, kedatangannya terbilang mengejutkan warga. Karena sebelumnya tak ada informasi bahwa Jokowi akan datang. Di tengah jalan, di gang sempit, Jokowi berpapasan dengan seorang perempuan berusia sekitar 40-an. Perempuan yang mengenakan pakaian berwarna hijau itu langsung melontarkan kalimat yang tak biasa.

"Pak Jokowi, kalau mau dateng bilang dong, jadi saya bisa dandan dulu," katanya.

Mendengar itu, Jokowi langsung tertawa dan menjawabnya, "Kalau mau dandan ya sudah dandan saja, saya bisa nungguin kok," jawab Jokowi dan langsung mengundang tawa semua yang menyaksikan peristiwa kocak itu.

Setelah meninjau, Jokowi langsung menuju dua unit truk Satpol PP yang memuat aneka barang bantuan. Mulai dari peralatan sekolah, hingga beras kemasan lima kilogram. Jokowi lalu meninggalkan Pademangan seusai menunaikan ibadah shalat maghrib dan kembali menuju rumah dinasnya di Taman Suropati Nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat.

Sumber: kompas.com


Ini Cerita Jokowi yang Sakit karena Kelelahan

Ini Cerita Jokowi yang Sakit karena Kelelahan
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tampak kurang fit dari biasanya. Karena kondisinya yang kurang fit tersebut, dengan terpaksa, Jokowi membatalkan kegiatannya di Medan untuk dapat menjadi juru kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi, Minggu (24/2/2013).

Ada yang berbeda dengan aktivitas Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo di akhir pekan ini. Tak seperti biasanya, Jokowi yang biasa mengisi harinya dengan blusukan, kali ini ia menghabiskan akhir pekannya dengan beristrirahat. Tampaknya, Jokowi benar-benar kelelahan bekerja sebagai Gubernur DKI tanpa ada hari libur.

Bahkan, sejatinya pada Sabtu (23/2/2013) dan Minggu (24/2/2013) ini ia didapuk menjadi juru kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi, namun rencana itu batal dilaksanakan. Ia lebih memilih beristirahat di rumah dinas gubernur, Taman Suropati 7, Jakarta Pusat.

Saat ditemui di rumah dinasnya, Jokowi mengaku sudah merasakan gejala demam sejak Kamis (21/2/2013) lalu.

"Saya merasakan sudah dari hari Kamis enggak enaknya. Empat bulan enggak pernah ada hari Minggu-nya," ujar Jokowi.

Merasakan kondisi tubuh yang tidak fit itu kemudian Jokowi memanggil dokter pribadi Gubernur DKI untuk memeriksakan kondisinya di rumah dinas Jokowi. Dokter pun menyarankan agar mantan Wali Kota Surakarta itu beristirahat dua hingga tiga hari. Kondisi cuaca Ibu Kota yang tak menentu dan pola makan Jokowi yang juga tak teratur, menjadi penyebab Jokowi "tumbang".

"Kemarin kehujanan, kena air hujan, telat makan. Semuanya menumpuk semua di sini, hehehe," kata Jokowi seraya menunjuk kepalanya.

Jokowi meyakinkan kalau penyakitnya saat ini hanya kecapekan. Tak ada yang perlu untuk dikhawatirkan. Dokter pribadinya pun hanya memberinya vitamin sebagai daya tahan tubuh agar dapat memulihkan stamina alumnus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tersebut.

Saat ia ditanya apakah akan bertugas pada Senin (25/2/2013) besok, Jokowi menjawab melihat kondisi badannya terlebih dulu. Namun ia memprediksi Senin besok, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2013 yang masih tertahan di DPRD DKI, akan diserahkan ke eksekutif.

"Ya, enggak tahu. Lihat keadaannya nanti. Mungkin juga besok APBD sudah cair. Tapi, ini baru mungkin lho," kata Jokowi.

Kegiatan Jokowi mulai Kamis (21/2/2013) lalu adalah dengan blusukan ke Pondok Labu, Jakarta Selatan. Di sana, ia meninjau waduk di Kampung Bangau karena adanya keluhan masyarakat bahwa waduk itu tak beroperasi optimal sehingga kerap menyebabkan banjir ke permukiman sekitar.

Jokowi juga berkunjung ke kantor PP Muhammadiyah untuk meminta bantu menyosialisasikan program normalisasi sungai ke masyarakat Jakarta dan meminta bantuan terkait sosialisasi penataan pedagang kaki lima (PKL).

Pada hari Jumat (22/2/2013), mulai dari pagi, Jokowi sudah beraktivitas menemui siswa SMA 24 Senayan dalam rangka memperingati hari Kanker Sedunia. Sorenya di hari yang sama, ia melakukan bakti sosial bagi warga Pengadegan, Jakarta Selatan. Keadaan di Pengadegan saat dalam keadaan hujan.

Sumber: kompas.com

Rieke Jadi "Runner Up" karena "Jokowi Effect"

Rieke Jadi "Runner Up" karena "Jokowi Effect"
Calon Gubernur Jawa Barat Rieke Diah Pitaloka

JAKARTA,
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki dalam penghitungan cepat berbagai lembaga survey berhasil menduduki posisi runner up dengan persentase yang tak jauh berbeda dengan pasangan petahana di posisi satu, yaitu Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar.

Kedudukan Rieke-Teten di posisi runner up itu ternyata dinilai sebagai pengaruh dari Jokowi effect. Keikutsertaan Gubernur DKI Jokowi dalam kampanye Rieke-Teten selama dua hari berhasil menarik simpati masyarakat Jawa Barat. Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, hasil penghitungan cepat yang menempatkan Rieke-Teten sebagai runner up menjadi kejutan tersendiri, karena mereka bukan termasuk yang diunggulkan.

"Urutan Rieke-Teten ini kejutan. Dia termasuk yang tidak diunggulkan dari awal," kata Siti, saat dihubungi wartawan, Senin (25/2/2013).

Siti Zuhro justru memprediksi kalau putaran kedua Pilkada Jawa Barat terjadi, seharusnya yang dapat melaju adalah Dede Yusuf-Lex Laksanamana dan tentunya bersaing dengan Aher-Deddy Mizwar. Namun, prediksi Siti Zuhro ternyata meleset dan justru Rieke-Teten yang berhasil mendulang suara. Ia pun tidak menutup kemungkinan, melesatnya suara Rieke-Teten karena keterlibatan Jokowi sebagai juru kampanye mereka.

"Ini kan luar biasa. Tidak menutup kemungkinan ada Jokowi effect," kata Siti Zuhro.

Selain itu, ia juga menilai kalau pengaruh popularitas Jokowi merambat hingga daerah-daerah perbatasan Jakarta dengan Jawa Barat, seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor. "Jawa Barat dan DKI ini berpapasan langsung. Mungkin bukan di Bandung tapi, di perbatasan Jawa Barat dengan DKI, seperti Depok yang dekat dengan Jakarta. Pengaruh Jokowi memang menjangkit ke sana dan Rieke bisa menggarap suara," ujar Siti Zuhro.

Namun, kehadiran Jokowi selama dua hari kampanye Rieke-Teten di Bandung dan Depok dianggap Siti Zuhro menyalahi aturan karena tidak mengantongi izin cuti dari Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi.

Menurut Siti Zuhro, jabatan Jokowi sebagai seorang gubernur dan pejabat publik, seharusnya tak lagi mengutamakan partai yang mengangkatnya, karena saat ini, Jokowi adalah milik masyarakat Jakarta dan terikat dengan semua partai politik yang ada. "Secara logika berpemerintahan, itu tidak boleh. Pejabat publik, apalagi Gubernur, dia terikat pada semua partai. Seharusnya, ia tidak bisa menjadi juru kampanye karena dapat menimbulkan konflik kepentingan. Konflik kepentingan itu yang bahaya dan bisa menciderai kinerja Pemerintah Daerah (Pemda). Pemda itu bekerja untuk warga di wilayahnya," kata Siti Zuhro.

Sumber: kompas.com