Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Kamis, 27 Maret 2014

Jokowi: Saya Harus dengan JK..


RODERICK ADRIAN MOZES
Calon presiden yang juga Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi)


PDI Perjuangan masih menggodok bakal cawapres yang akan disandingkan dengan Joko Widodo. Tetapi, Jokowi tiba-tiba menyatakan bahwa dirinya harus bersama dengan JK.

"Saya harus dengan JK," ujar Jokowi di sela-sela makan siang di salah satu rumah makan di Jakarta Utara, Kamis(27/3/2014).

Wartawan yang saat itu juga tengah makan siang pun terkejut.

"Ya, kalau ndak dengan JK, jadinya O'owi dong," selorohnya seraya tertawa.

Rupanya, yang dimaksud JK oleh Jokowi, bukanlah nama panggilan Jusuf Kalla, melainkan huruf depan dan ketiga pada nama Jokowi.

Wartawan tertawa mendengar guyonan pria yang saat ini masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta tersebut.

"Lah, iya dong. Coba saja dieja, kalau ndak ada J dan K-nya, jadinya O'owi," kata Jokowi menjelaskan.

Ketika ditanya serius, baru Jokowi menyatakan belum mau berkomentar soal siapa tokoh yang akan disandingkan dengan dirinya mentas di Pemilihan Presiden 2014 mendatang. Pihaknya fokus ke pemilihan kursi legislatif. "Tapi memang di survei, itu (Jokowi-JK) nomor satu," ujarnya.

Sumber: kompas.com

Selasa, 25 Maret 2014

Ini Wagub Pilihan Ahok Jika Jadi Gubernur menggantikan Jokowi.

"Kalau boleh, saya pilih Pak Djarot."

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama 
Wacana Basuki Tjahaja Purnama menggantikan Joko Widodo terus mengemuka. Ahok, sapaan Basuki, digadang-gadang menjadi gubernur jika Jokowi meninggalkan kursi DKI 1. Untuk diketahui, Jokowi sudah mendeklarasikan diri menjadi calon presiden.

Namun, Ahok, panggilan akrab Basuki, mengaku saat ini masih fokus pada urusannya sebagai Wakil Gubernur Jakarta. Ditanya tentang siapa yang akan mendampinginya bila ia duduk di kursi gubernur nanti, mantan Bupati Belitung Timur ini mengatakan bahwa itu urusan partainya.

"Tidak mikirlah kalau yang urusan itu. Saya tidak tahulah urusan partai, saya kerja sama dengan siapapun oke-oke sajalah," kata Ahok saat ditemui usai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jakarta tahun 2014 di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 25 Maret 2014.

Ketika ditanya lebih lanjut, Ahok mengaku sudah menyiapkan nama untuk menjadi wakilnya bila ia naik menjadi gubernur. "Kalau boleh, saya pilih Pak Djarot (Djarot Saiful Hidayat), bekas wali kota, karena sudah terbukti 10 tahun di Blitar," ujar Ahok.

Djarot Saiful Hidayat adalah mantan Wali Kota Blitar yang menjabat selama dua periode dari tahun 2000 sampai 2010.

Sebelumnya Ahok juga pernah menyebutkan beberapa nama seperti Rieke Dyah Pitaloka dan aktivis anti korupsi, Teten Masduki untuk menjadi calon wakilnya. Ditanya tentang siapa yang dia pilih antara Teten Masduki atau Djarot Saiful Hidayat, ia tetap lebih memilih Djarot. "Kalau aktivis kan belum terbukti di pemerintahan," ucap Ahok.

Ia beralasan, lebih memilih Djarot yang sudah berpengalaman karena wakil gubernur adalah pekerjaan yang tingkat stresnya tinggi. "Bukan berarti Teten tak bisa atau integritasnya kurang, tapi di sini kan stresnya tinggi. Di sini kan bukan cuma latihan otak tapi latihan otot, otot jantung sama saraf supaya enggak kena struk," ujarnya sambil tertawa.

Meski demikian, Ahok mengaku bila pun ia naik menjadi gubernur nanti dan membutuhkan wakil, pemilihan wakil itu tetap berada dalam ranah wewenang partai.

Untuk diketahui, pada Pilkada DKI 2012 lalu, Ahok maju sebagai wakil gubernur diusung oleh partai Gerindra. Sedangkan Jokowi dari PDIP. "Tapi nanti tergantung PDIP mau kasih siapa," ujar Ahok.

Jokowi telah mendeklarasikan diri menjadi calon presiden dari PDIP sejak Jumat, 14 Maret 2014 lalu. Jokowi mengaku mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDIP Megawati Seokarnoputri untuk menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014. Deklarasi ini dilakukan Jokowi ketika dia tengah blusukan di Marunda, Jakarta Utara.

Seperti apa  sosok Djarot Saiful Hidayat ?? Berikut Ulasannya :

Djarot Saiful Hidayat

Foto:

 


Nama Lengkap : Djarot Saiful Hidayat

Alias : Djarot

Profesi : -

Agama : Islam

Tempat Lahir : Gorontalo

Tanggal Lahir : Minggu, 30 Oktober 1955

Zodiac : Scorpion

Warga Negara : Indonesia


Istri : Dra. Hj. Heppy Farida
Anak : Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwi Hapsa Paramasari, Meisa Rizki Barliana
BIOGRAFI

Djarot Saiful Hidayat dilahirkan pada tanggal 30 Oktober 1955. Dia lahir di Gorontalo, Indonesia. Dia adalah salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Selain itu, dia pernah dilantik untuk menjabat sebagai Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah jawa Timur dari tahun 1999 sampai 2000. Sebelum berkecimpung sebagai aktivis politik, Djarot Saiful Hidayat memiliki mata pencaharian utama sebagai Dosen / Guru Besar di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Tidak hanya sebagai dosen, dia juga merangkap tugas sebagai Pembantu Rektor I di universitas tersebut pada tahun 1997 hingga 1999.

Dalam pengembaraan ilmunya, Djarot Saiful Hidayat, atau akrab disapa dengan nama Djarot, menimba ilmu di Universitas Brawijaya (UB), Malang, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Setelah menamatkan pendidikannya di UB pada tahun 1986, dia mendapatkan gelar Sarjana (S1). Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya dengan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Fakultas Ilmu Politik hingga ia memperoleh gelar Magister (S2) pada tahun 1991.

Meskipun ia dilahirkan di Gorontalo, Djarot pernah menjabat sebagai Walikota Blitar dalam 2 periode, dengan masa jabatan dari tahun 2000 hingga 2010. Sebagai seorang pimpinan di kota Blitar, dia sangat membatasi adanya kehidupan metropolitan yang serba mewah di kotanya, seperti berdirinya Mall bertingkat-tingkat dan gedung-gedung pencakar langit. Dia lebih suka pedagang kaki lima yang mendominasi roda perekonomian di kotanya.

Dengan konsep matang yang telah ia rencanakan, dia berhasil menata 1000'an pedagang kaki lima yang dulunya kumuh di kompleks alun-alun menjadi tertata rapi. Rencana yang ia terapkan ternyata berhasil mendongkrak perekonomian di Blitar, tanpa adanya mall dan supermarket layaknya di kota-kota besar.

Atas kontribusi positif yang telah ia buat sebagai seorang walikota, dia mendapatkan Penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah pada tahun 2008. Djarot juga mendapatkan Penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan, Anugerah Adipura dalam 3 tahun berturut-turut, yakni tahun 2006, 2007, dan 2008.

Riset dan analisa oleh: Giri Lingga Herta Pratama

PENDIDIKAN
  • S1 di Universitas Brawijaya, Malang Fakultas Ilmu Administrasi  (1986)
  • S2  di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Fakultas Ilmu Politik (1991)
  • International Workshop
  • Universitas Amsterdam (2002)
KARIR
  • Dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
  • Pembantu Rektor I Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya (1997-1999)
  • PD I FIA, UNTAG Surabaya (1984-1991)
  • Dekan FIA, UNTAG Surabaya (1991-1997)
  • Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur (1999-2000)
  • Wali Kota Blitar selama dua periode (2000-2010)
  • Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPD PDI Perjuangan (2005-2010)
  • Ketua I Pappuda PDI Perjuangan (1999)
  • Deputi I BADIKLATDA Jawa Timur (2001)
  • Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur (1999-2000)
  • Ketua Bidang Organisasi DPP PDI Perjuangan (2010-2015)
  • Ketua DPD PA GMNI Jawa Timur (2010-2014)
PENGHARGAAN
  • Penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (2008)
  • Penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan, Anugerah Adipura (2006, 2007, dan 2008)
  • Otonomi Award dari Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP).
  • Penghargaan atas terobosan inovasi daerah se-Provinsi Jawa Timur di dalam pembangunan daerahnya (30 April 2008)
  • Penghargaan Upakarti (2007)
  • Peringkat Pertama dalam penerapan E-Government di Jawa Timur (22Maret 2010)

Sumber: http://metro.news.viva.co.id

Senin, 24 Maret 2014

Jika jadi presiden, Jokowi janji tetap benahi Jakarta

Jika jadi presiden, Jokowi janji tetap benahi Jakarta
jokowi kampanye ke museum sumpah pemuda.


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan tetap mengawal program pembangunan di Jakarta jika terpilih menjadi presiden Indonesia ketujuh. Dengan jabatannya nanti, Jokowi berharap pembangunan Jakarta bisa berlangsung lebih cepat.

"Ya tentu saja akan mengawal, karena apa? Ini Jakarta menyangkut Jabodetabek, untuk transportasi," jelasnya di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (24/3).

"Ini justru bisa mempercepat penyelesaian masalah-masalah yang ada. Menurut saya," tambah Jokowi.

Selain transportasi, Jokowi tetap akan memperhatikan pengentasan masalah banjir di Jakarta. Pasalnya masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sendiri. Sebab air berasal dari Bogor dan Depok.

"Kemudian untuk banjir itu juga masalahnya bukan masalah Jakarta saja, airnya 90 persen dari hulu. Sungai-sungai yang ada memang kewenangan pemerintah pusat," tutupnya.

Sumber: merdeka.com

Jokowi tak tahu masuk 50 pemimpin hebat dunia versi Fortune

Jokowi tak tahu masuk 50 pemimpin hebat dunia versi Fortune
Jokowi Fortune. ©2014 Fortune Magazine

Majalah terkemuka Amerika Serikat Fortune memasukkan nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah satu dari 50 pemimpin terhebat dunia. Konten tersebut akan diterbitkan pada edisi 7 April 2014.

Ketika dikonfirmasi, Jokowi mengatakan belum mengetahui mengenai hal tersebut. Dalam majalah tersebut dia akan disandingkan dengan tokoh besar dunia lainnya, seperti mantan Presiden AS Bill Clinton, Kanselir Jerman Angela Merkel, pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi, dan pemimpin umat Katolik Paus Fransiskus.

"Apa? Saya belum baca itu," ujarnya di Balaikota DKI Jakarta, Senin (24/3).

Jokowi mengungkapkan, kebingungannya menjadi tokoh hebat dunia. Bahkan ia menanyakan apa indikator majalah Fortune menjadikan dirinya sebagai salah satu pemimpin terhebat di dunia.

"Lah saya ini hebat apanya?" tanya Jokowi.

 Dalam majalah tersebut Jokowi bahkan jauh lebih unggul dari para pemimpin-pemimpin dunia lain. Dari 50 nama, capres PDIP itu berada diurutan ke 37. Berada di posisi tersebut, Jokowi kembali enggan berkomentar lebih.

"Ya tanya saja sana sama majalahnya, kok tanya saya. Kan saya bilang, saya ini hebat apanya," kata Jokowi.

Dalam daftar pemimpin terhebat versi Fortune itu, Jokowi menempati urutan ke-37. Sementara peringkat pertama dipegang oleh Paus Fransiskus.

 "Pada tahun 2005, eksportir mebel itu terpilih sebagai wali kota Solo, kota di Indonesia yang dihuni oleh 500 ribu orang. Jokowi dikenal berhasil membersihkan kota dan korupsi yang mengakar," tulis Fortune, yang dikutip dari CNN, Senin (24/3).

"Popularitasnya melesat cepat. Pada 2012, ia menjadi gubernur Jakarta. Kini ia menjadi capres favorit pada Pilpres Juli 2014," sambung Fortune.

Jokowi sebelumnya pernah masuk dalam daftar 25 walikota terbaik sedunia dalam rilis yang dipublikasikan The City Mayors Foundation, London, Inggris. Pria berusia 52 tahun itu juga meraih peringkat 3 sebagai walikota terbaik dunia versi situs worldmayor.com.

Kinerja Jokowi juga beberapa kali masuk laporan media asing. Seperti New York Times yang melaporkan blusukan Jokowi lewat artikel bertajuk "In Indonesia, a Governor at Home on the Streets" edisi 2.

Sumber: merdeka.com