Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Sabtu, 03 Agustus 2013

Ahok: Orang yang berani dan punya nurani cuma sedikit

Ahok: Orang yang berani dan punya nurani cuma sedikit
Wagub DKI, Ahok. ©2013 Merdeka.com/arie basuki


Di tengah banyaknya kecaman orang-orang atas sikapnya yang keras, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama membuat sebuah tulisan berjudul "Ayo Berpolitik". Tulisan itu ditampilkan dalam facebook milik Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto.


Dalam tulisannya, pria yang akrab disapa Ahok itu mengajak generasi muda untuk berani berpolitik. Akan tetapi, politik yang dimaksud adalah politisi yang jujur, bersih dan melayani, terutama yang berjuang untuk keadilan sosial.

"Ada banyak orang yang tidak suka berpolitik tapi suka mengkritisi dari luar. Harus diingat bahwa politik adalah pilar utama perubahan. Berpolitik adalah keharusan. Mengkritisi dari luar sangat baik, tetapi masuk dan berjuang di dalam sangatlah penting dan krusial," tulis Ahok.

Ajakannya itu bukan tanpa sebab, dalam tulisannya Ahok menilai banyak politisi yang seharusnya menjadi pelayan masyarakat seakan tidak memiliki kepedulian. Di saat bersamaan, mereka sebenarnya tahu akan kesulitan yang dialami rakyat, namun mencoba untuk tidak peduli.

"Hari ini kita tahu bahwa pada umumnya politisi yang seharusnya menjadi pelayan sudah budek atau tuli. Mereka bukannya tidak tahu soal kesusahan rakyat tetapi tidak peduli untuk tahu. Maka sudah saatnya kita yang tidak nyaman dan marah akan situasi ini masuk dan melawan," lanjutnya.

Tak hanya itu, banyak pula yang telah masuk ke dunia politik, namun justru terbawa arus politik itu sendiri, sehingga tidak menaruh perhatian penuh terhadap kesulitan rakyat. Dengan demikian, tulis Ahok, Indonesia membutuhkan orang yang memiliki hati nurani untuk berpolitik.

"Memang betul politik Indonesia hari ini semata-mata untuk kekuasaan dan bukan untuk rakyat. Ini karena orang yang punya nurani dan keberanian di dalam sangatlah sedikit. Jadi politik Indonesia butuh generasi muda yang punya nurani dan berani mempertahankan nuraninya apapun harganya," paparnya.

Dengan mengambil langkah radikal, berani berpolitik dengan keberanian dan kejujuran, Ahok menyatakan keyakinannya Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan disegani, rakyatnya pun makmur dan sejahtera.

"Masa depan negara ini dan nasib ratusan juta rakyatnya ada di tangan-tangan anda semua. Jika generasi muda tidak berani, tidak bersedia berpolitik, tidak bersedia mempertahankan kejujuran, maka mimpi tentang Indonesia dalam visi para pendiri negara hanya akan menjadi mimpi belaka," terangnya.

Sumber: merdeka.com

Kamis, 01 Agustus 2013

Jika Jokowi `Obama-nya Indonesia`, Mana `Jokowi-nya India`?

Jika Jokowi `Obama-nya Indonesia`, Mana `Jokowi-nya India`?

'Demam' Jokowi tak hanya melanda Indonesia. Popularitasnya yang melesat bak meteor juga menjadikan Gubernur DKI Jakarta itu perhatian di mancanegara. Bahkan sampai dijuluki 'Obama-nya Jakarta'. Setelah warga Malaysia yang terang-terangan mendambakan sosoknya, harapan yang sama juga disampaikan seorang warga India.

Dalam artikel berjudul, 'In search of the Indian Jokowi' -- ''Mencari Jokowi-nya India' yang dimuat dalam situs media The Hindu, Pallavi Aiyar membuka tulisannya dengan menyebut, karakter tokoh yang bakal tampil dalam pemilu di Indonesia tahun depan amat mirip dengan aktor utama dalam drama politik India -- yang juga menggelar pemilu pada 2014.

Kecuali satu hal: Jokowi.

"Dibandingkan India, demokrasi di Indonesia terbilang muda. Baru 15 tahun setelah jatuhnya Soeharto pada 1998. Namun meski baru, demokrasi di sana paralel dengan India dalam hal kekacauan dan penuh semangatnya," tulis Pallavi Aiyar dalam artikelnya. "Berisik. Demonstrasi politik, serikat buruh yang blak-blakan, dan pers yang bebas dan tegas. Indonesia juga punya motto: Bhinneka Tunggal Ika, yang menggarisbawahi tujuan dua negara untuk menyatukan etnis, agama, dan bahasa yang beragam."

Dua negara, tambah dia, juga punya pemerintahan koalisi, yang seringkali tak berhasil. Dan menghadapi masalah yang sama, dari korupsi yang merajalela, Infrastruktur yang tak memadai, kesenjangan sosial, dan degradasi lingkungan.

Para aktor politiknya juga sama: pewaris dinasti politik, orang kuat yang cenderung otoriter, pengusaha besar atau taipan, atau tokoh agama berpengaruh.

"Namun, Indonesia punya sesuatu yang tak dimiliki India: Pendatang baru politik berusia 52 tahun, Joko Widodo --tubuh ramping, rendah hati, dan Gubernur DKI Jakarta yang sangat populer," kata Pallavi Aiyar.

Dia menambahkan, meski belum mendeklarasikan sebagai kandidat, sejumlah polling menunjukkan keunggulannya sebagai calon presiden mendatang.

Meski, soal pengalaman, Jokowi belum pernah punya jabatan politik level nasional. "CV-nya hanya berisi 2 jabatan, sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta."

Disamakan dengan Obama

Jokowi juga bukan seorang pewaris dinasti politik. Ayahnya adalah tukang kayu, sebelum terjun ke politik tahun 2005, dia adalah pengusaha mebel yang sukses. "Sebagai Walikota Solo ia berhasil mengubah kota yang sarat kriminalitas menjadi pusat seni dan budaya," tulis Pallavi Aiyar.

Tahun lalu, ia mundur dari jabatan Walikota dan maju jadi kandidat Gubernur DKI Jakarta. "Ia memilih Basuki Tjahja Purnama, seorang Kristen keturunan Tionghoa, sebagai pasangan. sebuah langkah yang menggarisbawahi komitmennya untuk visi pluralistik Indonesia.

Tak mengherankan, Jokowi sering dibandingkan dengan Barack Obama. "Seperti halnya Obama, ia adalah pemimpin karismatik, memiliki daya tarik kuat untuk pemilih, juga menjanjikan harapan dan perubahan."

Ia juga di luar jalur pemimpin klasik, belum ternoda oleh dosa politik, kolusi, dan nepotisme. "Langkahnya menuju pemilu telah mengesampingkan lazimnya jalan kekuasaan politik: militer, bisnis besar, dinasti politik, dan ideologi keagamaan."

Jokowi juga contoh terbaik dari desentralisasi. Yang memberi peluang bagi politisi lokal, tanpa beking kuat, namun punya rekam jejak yang baik, melesat menjadi tokoh nasional.

Hambatan

Sebagai Gubernur Jakarta, Jokowi luar biasa sibuk. Kalau tak sedang 'blusukan', ia kerap dijumpai sedang mengunjungi pasar tradisional atau perkampungan kumuh untuk memantau kondisi secara langsung. Kurang dari setahun, ia sudah digadang-gadang sebagai Presiden RI.

Namun, sangat prematur untuk merayakan kemenangannya. "Meski Ketua PDIP Megawati kalah dalam dua pemilu presiden, bukan tak mungkin ia akan maju lagi dan menyingkirkan kesempatan Jokowi," tulis Pallavi Aiyar.

Selain itu, Jokowi juga belum menyelesaikan banyak pekerjaan rumahnya seperti skema jaminan kesehatannya, mengatasi kemacetan lalu lintas, polusi tinggi, juga banjir.

"Untuk saat ini, Jokowi diuntungkan dengan sikap pemilih yang makin matang, yang mendambakan pemimpin yang kepemimpinan yang bersih, berorientasi kinerja, bukan yang terperosok dalam politik ideologis atau identitas alias pencitraan."

Namun, kalaupun ia terpilih tahun depan, belum bisa dipastikan apakah Jokowi bisa bertahan menghadapi kepentingan dan hambatan kekuasaan. Seperti yang dialami Susilo Bambang Yudhoyono yang pada tahun 2004 lalu.

Yang jelas, kata Pallavi Aiyar, jalan Jokowi masih panjang. "Meskipun demikian, fakta bahwa calon seperti dia punya kesempatan jadi presiden adalah poin kredit untuk Indonesia," kata dia.

Sementara di India, 66 tahun demokrasi gagal untuk menghasilkan calon seperti itu, meski para pemilih sudah muak dengan dengan calon yang itu-itu saja. "Jika Jokowi adalah Obama-nya Indonesia, kita mungkin bisa bertanya, di mana Jokowi-nya India?"

Sumber: liputan6.com

Kisah Ahok yang Percaya Diri dan `Pembekingnya`

Kisah Ahok yang Percaya Diri dan `Pembekingnya`
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Liputan6.com/Danu Baharuddin)

Di antara banyaknya 'musuh' yang menghadang, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak lantas ciut. Pria yang akrab disapa Ahok itu tetap teguh mempertahankan kebijakan-kebijakan Pemprov DKI yang diluncurkan demi menertibkan kesemrawutan Ibukota. Apalagi Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan akan pasang badan demi Ahok.

Sejak sebelum duduk sebagai DKI 2, Ahok sudah mempersiapkan mentalnya. "Dari masuk Jakarta, saya udah pede (percaya diri)," ujar Ahok di Balaikota, Jakarta, Kamis (1/8/2013).

Dulu sebelum digandeng Prabowo, Ahok adalah kader Partai Golkar. Meskipun Ahok kader dari partai lain, Gerindra bisa memberikan mantan Bupati Belitung Timur itu kepercayaan hingga mempu duduk mendampingi Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Hal inilah yang berbekas di hatinya. Apalagi saat itu dirinya juga belum tentu bisa mencalonkan diri karena jumlah kursi yang belum cukup.

"Pak Prabowo dari dulu dukung saya. Waktu tawarin saya masuk DKI kan itu, berani nggak Pak Ahok masuk? Nanti dipecat dari partainya (Golkar). Tapi tugas negara nih, dan kita bilang mau melakukan perlawanan ini," ucapnya.

"Dari dulu memang mendukung, kalau nggak dukung, nggak mungkin ngajak saya dong," ujar Ahok bangga.

Prabowo Subianto melalui akun Facebook-nya menyatakan siap pasang badan untuk Ahok. Mantan menantu Soeharto ini mendukung Ahok untuk menciptakan pemerintahan yang membela rakyat.

"Saya sampaikan: Selama saudara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berjuang mewujudkan pemerintahan yang membela rakyat, pemerintahan yang tidak tunduk dan melawan para koruptor, para perampok, para penjahat, dan para penjebol uang rakyat, maka selama itulah saya, Prabowo Subianto, bersedia pasang badan mendukung perjuangan Ahok. Selama niat kita tulus, selama niat kita bersih, selama niat kita bukan untuk memperkaya diri, saya yakin Allah SWT bersama segenap rakyat Indonesia mendukung perjuangan kita," tulis Prabowo.

Sumber: liputan6.com

Selasa, 30 Juli 2013

Jokowi pusing PKL di Pasar Minggu kembali marak

Jokowi pusing PKL di Pasar Minggu kembali marak
Jokowi. ©2013 Merdeka.com/Arie Basuki

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) geram dengan apa yang dilihatnya saat blusukan di Pasar Minggu. Jokowi kaget masih banyak pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal di pinggir jalan.

"Bobol, kebobolan kita. Saya kaget kalau tadi ternyata ramai lagi. Padahal sebelumnya saya lihat di situ bersih, gimana mau turun repot nanti," ujar Jokowi usai buka puasa bersama wartawan di rumah dinasnya, Jakarta, Senin (29/7).

Jokowi berjanji selepas Lebaran Jakarta bersih dari para PKL. "Harusnya bersih itu harus dipertahankan, sekali terlambat nanti repot. Nanti ke depannya 6 bulan tungguin seperti itu pasti tidak keluar dan itu harus dijaga," tandasnya.

Menurut Jokowi , salah satu alasan PKL memilih berdagang di sembarang tempat karena konsumen akan lebih mudah menjangkau. Namun, hal itu malah mengganggu ketertiban umum, karena akan menimbulkan kemacetan akibat konsumen asal memarkir kendaraannya.

Jokowi lantas menyalahkan Satpol PP karena kurang tegas terhadap para PKL. "Kita akan menerapkan manajemen penjagaan lapangan semua yang ingin berdagang di dalam dan pembeli juga dan sekali ada salah satu pedagang yang keluar iya yang lain ikutan, Satpolnya kurang tegas," katanya.

Jokowi mengatakan, pemindahan PKL yang dilakukannya bukan untuk menzalimi mereka. Sebab, dia telah menyediakan tempat yang tepat bagi para PKL untuk berdagang.

"Kita tidak menggusur hanya memberi solusi, kalau gusur itu gak ada solusi ini ada solusinya dan yang sudah mendaftar di Tanah Abang Blok G sudah 300 dan sisanya 300 lebih," tegasnya.

Sumber: merdeka.com

Ternyata Jokowi pernah penjarakan 4 PKL di Solo

Ternyata Jokowi pernah penjarakan 4 PKL di Solo
Jokowi dan Marzuki Ali mengisi kuliah Sespimti Polri. ©2013 Merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman


Nama Joko Widodo mulai moncer saat menjabat wali kota Solo. Salah satu penyebabnya, pria bertubuh kurus itu dianggap mampu menyelesaikan masalah pedagang kaki lima (PKL) di kota batik itu dengan humanis tanpa kekerasan.


Tapi ada lain yang rupanya tak banyak diketahui orang dari sosok Jokowi. Pria klimis ini ternyata juga pernah galak pada PKL di Solo. Saking galaknya, PKL yang ngeyel ditertibkan itu dia penjarakan.

"Ada satu rahasia Pak Jokowi. Tadi saya tanya sama beliau. Pak, bapak kan terkenal baik sama PKL, negosiasi-negosiasi terus sampe berhasil. Saya nggak percaya, namanya pedagang, orang nih ngelunjak, pingin modal kecil tapi untung besar," cerita Ahok menirukan pertanyaan ke Jokowi.

"Sambil senyum-senyum dia (Jokowi) bilang gini, saya waktu baru jadi wali kota Solo enam bulan, saya pidanain empat orang PKL. Dia ngomong gitu," tambah Ahok menirukan ucapan Jokowi.

Perbincangan Jokowi dan Ahok itu terjadi saat rapat pimpinan rutin, pagi tadi di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (29/7).

Jokowi mengaku empat orang PKL itu dipenjarakannya selama tiga bulan. "Walaupun itu tipiring (tindak pidana ringan), ya tiga bulan juga lumayan kata beliau, kan tiga bulan juga bikin kapok," ujarnya.

Ahok menilai tindakan Jokowi itu cukup tepat sebagai peringatan. Bahwa manusia yang baik wajib taat aturan.

"Kita manusiawi tapi kamu bukan berarti boleh nginjek hukum. Anda salah ya salah, jangan ngelunjak, makanya dulu saya marahkan," tegas pria berkacamata ini.

Ahok berharap sikap keras kepala PKL di Jakarta tak sampai terulang seperti di Solo. Dia meminta pedagang menaati aturan.

"Negara nggak boleh kalah dengan preman mana pun dan harus tegakkan. Gitu juga ini (PKL) sama, lama-lama minta di mal aja dagangnya," sindir Ahok.

Sumber: merdeka.com

Open House ala Jokowi, blusukan ke rumah warga saat Lebaran

Open House ala Jokowi, blusukan ke rumah warga saat Lebaran
Jokowi di Pintu Air Manggarai. ©2013 Merdeka.com

Sudah menjadi tradisi para pejabat di negeri ini menggelar 'open house' saat Hari Raya Idul Fitri. Bagaimana dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi )?

Mantan wali kota Solo itu mengaku akan bersilaturahmi dengan masyarakat. Jokowi akan blusukan menemui warga pada hari pertama dan kedua Lebaran.

"Open House jadi untuk rakyat hari pertama dan hari kedua juga. Saya yang kemasyarakat loh ya, bukan saya nunggu di sini gak. Saya yang datang ke masyarakat," ujar Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Senin (29/7).

Namun demikian, Jokowi mengaku tidak akan melakukan kebiasaannya saat blusukan yakni membagi-bagikan hadiah ke warga. Jokowi tidak akan memberi sembako ke warga saat Lebaran nanti.

"Waduh, Lebaran bagi sembako. Jadi nanti salat Idul Fitri di Istiqlal bareng presiden, kemudian dengan PNS di Balai Kota. Trus kemasyarakat," pungkasnya.

Sumber: merdeka.com