Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Kamis, 15 Mei 2014

Abraham Mengaku Sudah Direstui KPK Maju sebagai Cawapres



Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengaku sudah direstui KPK untuk maju sebagai bakal calon presiden pendamping bakal calon presiden PDI-Perjuangan Joko Widodo (Jokowi). Menurut Abraham, tidak ada penolakan di internal KPK jika dia nantinya dilamar Jokowi.

"Sudah," kata Abraham di Jakarta, Kamis (15/5/2014), saat ditanya apakah internal KPK sudah merestuinya untuk maju sebagai bakal cawapres.

Abraham mengaku sudah berkonsultasi dengan pimpinan KPK lainnya terkait kemungkinan dia maju dalam Pemilihan Presiden 2014. "Jadi misalnya pimpinan KPK itu di mana pun, di mana pun orang-orang KPK berada, yang penting dia bisa membawa misi pemberantasan korupsi, itu intinya sebenarnya," kata Abraham.

Dia lantas mencontohkan mantan pimpinan KPK yang kini mengabdi di lembaga lainnya. Abraham menyebut mantan Wakil Ketua KPK M Jasin yang kini menjadi Inspektur Jenderal Kementerian Agama, mantan Wakil Ketua KPK Haryono Umar yang kini menjadi Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki yang pernah menjabat Wakil Kepala Badan Pemeriksa Keuangan.

"Itu semua mempunyai fungsi yang sangat strategis, yaitu membawa misi pemberantasan korupsi. Jadi di mana pun nanti kita berada, misi yang harus kita bawa dan tidak pernah akan hilang dari diri kita sudah menyatu, yaitu pemberantasan korupsi," sambung Abraham.

Namun, saat ditanya apakah sudah pasti akan menjadi bakal cawapres Jokowi, Abraham mengatakan bahwa dia hanya akan mengikuti arah takdir. Mengenai ada atau tidaknya pembicaraan dengan PDI-P terkait hal ini, pria kelahiran Makassar itu menjawab "komunikasi batin" seraya tersenyum.

Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Zulkarnain menyarankan agar Abraham tetap bertugas di KPK hingga masa jabatannya berakhir pada 2015 mendatang. Menurut Zulkarnain, kontrak Abraham sebagai Ketua KPK adalah memberantas tindak pidana korupsi. Dia pun berharap rekannya itu berkomitmen pada pemberantasan korupsi.

Sumber: kompas.com

Cawapres bagi Jokowi Diumumkan di Hari Kebangkitan Bangsa

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo memberikan sambutan saat acara deklarasi di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Jakarta, Rabu (14/5/2014). Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Nasional Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa akan mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden 2014 pada 9 Juli 2014 mendatang.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menyatakan akan mengumumkan bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo alias Jokowi pada 20 Mei 2014. Tanggal tersebut dianggap sesuai dengan semangat membawa perubahan dan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.

"Tanggal 20 Mei, hari bagus, pas Hari Kebangkitan Nasional," kata Sekretaris Jenderal DPP PDI-P, Tjahjo Kumolo, saat dijumpai di acara peletakan batu pertama Kantor DPP PDI-P di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Jumat (16/52014).

Di tempat terpisah, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto menuturkan, hari baik yang akan dipilih partainya untuk mengumumkan bakal cawapres Jokowi adalah di antara 18-20 Mei 2014. Dari seluruh tanggal tersebut, menurutnya, 20 Mei adalah waktu yang sangat tepat untuk dijadikan momentum.

"Di antara hari itu ada yang paling bagus, di mana sesuai dengan semangat Pak Jokowi ingin melakukan perubahan, di Hari Kebangkitan Nasional," pungkasnya.

Nama dan waktu pengumuman bakal cawapres Jokowi terus menjadi teka-teki. Wakil Sekjen PDI-P Achmad Basarah sempat mengatakan partainya akan mengumumkannya di hari Jumat. Namun, sampai Jumat terakhir jelang waktu pendaftaran pasangan capres-cawapres, dipastikan tak ada rencana pengumuman itu.

Mengenai calonnya, saat ini namanya telah mengerucut antara Ketua KPK Abraham Samad dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Selain PDIP, Jokowi didukung PKB dan Partai Nasdem.

Sesuai Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tahapan Pilpres, pendaftaran pasangan capres dan cawapres 18 hingga 20 Mei 2014, pemeriksaan kesehatan pada 19 hingga 23 Mei 2014, verifikasi kelengkapan persyaratan administrasi 18 hingga 23 Mei 2014, pemberitahuan hasil verifikasi administrasi 22 hingga 24 Mei 2014, perbaikan kelengkapan persyaratan 24 hingga 26 Mei 2014.

Selanjutnya, perbaikan kelengkapan persyaratan pada 25 hingga 27 Mei 2014, penyerahan perbaikan kelengkapan persyaratan 25 hingga 27 Mei 2014, verifikasi hasil perbaikan kelengkapan persyaratan 26 hingga 29 Mei 2014, dan pemberitahuan hasil verifikasi perbaikan 28 hingga 30 Mei 2014.

Sedangkan, penetapan nama-nama pasangan capres dan cawapres 31 Mei 2014, pengambilan nomor urut pasangan capres dan cawapres pada 1 Juni 2014.

Sumber: kompas.com

Rabu, 14 Mei 2014

Prabowo Kaget Aburizal Alihkan Sinyal kepada Jokowi


Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo bertemu Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, di Pasar Gembrong, Jakarta, Selasa (13/5/2014).

Bakal calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, terlihat kaget saat ditanya soal beralihnya dukungan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie kepada bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Joko Widodo. Prabowo justru balik bertanya kepada wartawan.

"Oh ya?" ujar Prabowo, dengan ekspresi terkejut, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (13/5/2014).

Aburizal alias Ical dan Jokowi bertemu di Pasar Gembrong, Jakarta, Selasa petang.

Awalnya, wartawan menanyakan kelanjutan penjajakan koalisi Gerindra dan Golkar yang seakan tak menunjukkan kemajuan. Prabowo hanya menjawab singkat bahwa komunikasi masih terus berjalan. Ketika ditanya tentang peluang koalisi kedua partai setelah Ical mengarahkan dukungan ke Jokowi, lagi-lagi Prabowo malah balik bertanya. 

"Oh ya? Saya tidak tahu. Sudah ada deklarasi?" ujarnya lagi.

"Oh begitu yah. Saya belum.. belum.. mendengar soal itu," katanya pelan.

Prabowo mengatakan, Gerindra akan mempelajari kembali kemungkinan koalisi kedua partai. Ia dan Aburizal sendiri telah dua kali melakukan pertemuan. Pertama, Prabowo menyambangi kediaman Ical, sekitar dua pekan lalu. Kemudian, kunjungan berbalas. Ical mengunjungi Prabowo ke Bukit Hambalang, Bogor, dengan menggunakan heli pribadinya pada 5 Mei lalu.

Seusai pertemuan, Ical menyatakan siap menurunkan targetnya dari capres menjadi cawapres. Ia pun tak keberatan jika dilamar sebagai pendamping Prabowo. 

Jika Partai Golkar resmi mengumumkan koalisi dengan PDI-P, gerbong pengusung Jokowi akan menjadi tandingan berat bagi Prabowo dan pasangannya, Hatta Rajasa. PDI-P saat ini telah merangkul Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sementara itu, Prabowo baru didukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Sumber: kompas.com

Jokowi-JK Kalahkan Prabowo-Hatta di Survei, Apa Kata PAN?

Pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kantor kepresidenan, Selasa (13/5/2014).

Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional hampir dipastikan berkoalisi dengan mengusung pasangan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden. Survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Selasa (13/5/2014) siang menunjukkan elektabilitas pasangan ini masih di bawah elektabilitas calon presiden PDI-P, Joko Widodo, jika dipasangkan dengan politisi Golkar, Jusuf Kalla. Duet Jokowi-JK menguat setelah adanya wacana Golkar akan merapat ke PDI-P.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN Viva Yoga mengatakan, hasil survei itu tak bisa dijadikan patokan.

"Itu kan masih survei, belum tentu sesuai. Saya disurvei tidak masuk DPR, nyatanya sekarang masuk," kata Yoga, yang hadir dalam jumpa pers rilis survei tersebut.

Hasil survei, menurut dia, bisa berubah sesuai dengan waktu dan dinamika yang ada di masyarakat. Ia yakin, dalam waktu dua bulan ini, Prabowo dan Hatta akan berhasil meningkatkan elektabilitasnya.

"Masyarakat kita itu dinamis. Kalaupun hasil (survei) ini bisa dijadikan patokan, tentu bisa berubah," ujarnya.

Yoga juga mengaku tidak setuju dengan hasil survei Indikator yang menyebut figur calon wakil presiden tidak berpengaruh terhadap calon presiden.

"Saya tidak sepakat faktor cawapres tidak berpengaruh secara signifikan. Saya yakin kalau dipasangkan dengan Hatta, bisa sangat berpengaruh dengan kualitas dia yang sedemikian mumpuni. Untuk apa capres hati-hati dalam memilih dan meneliti calon wakil presidennya kalau tidak berpengaruh," ujarnya.

Dalam survei itu, Jokowi-Jusuf Kalla mendapatkan sebesar 51,0 persen, sedangkan Prabowo-Hatta sebesar 32,4 persen. Sisanya sebanyak 16,6 persen menjawab tidak tahu.

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dengan jumlah sampel 1.220 orang. Margin of error plus-minus 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Metode dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 20-26 April 2014. Survei ini dilakukan Indikator Politik Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI) dan Australian National University (ANU).

Sumber: kompas.com

Survei: Elektabilitas Jokowi-JK Lebih Tinggi daripada Prabowo-Hatta


Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan).

Elektabilitas bakal calon presiden PDI-P, Joko Widodo, dan politikus Partai Golongan Karya, Jusuf Kalla, lebih tinggi jika dibandingkan bakal capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, jika dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa. Demikian hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia pada akhir bulan lalu.

"Jokowi jika dipasangkan dengan Jusuf Kalla memiliki persentase tertinggi," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di kantor Indikator, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/5/2014).

Burhanuddin mengatakan, pada saat responden disodorkan dua pasangan nama capres dan cawapres, yaitu Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta, elektabilitas Jokowi-Jusuf Kalla sebesar 51,0 persen, sedangkan Prabowo-Hatta sebesar 32,4 persen. Sisanya sebanyak 16,6 persen menjawab tidak tahu.

Ketika responden dimintai tanggapan tentang duet Jokowi-JK dan Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie berpasangan Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat Wiranto, Jokowi-JK mendapat 60,2 persen, sedangkan Aburizal-Wiranto sebesar 18,8 persen. Sebanyak 20,9 persen responden menjawab tidak tahu.

Ketika ketiga pasangan itu ditawarkan kepada responden, Jokowi-JK tetap memperoleh persentase tertinggi, yakni 44,2 persen. Adapun Prabowo-Hatta mendapatkan 29,0 persen suara responden dan Aburizal-Wiranto mendapat 12,2 persen suara responden. Sebanyak 14,5 persen responden menjawab tidak tahu.

Berdasarkan hasil survei tersebut, Burhanuddin mengatakan bahwa figur cawapres cukup berpengaruh. Namun, figur capres tetap menjadi faktor kunci dalam meraup dukungan. Burhanuddin juga melihat bahwa Jokowi masih mendapat dukungan terbesar dibanding kandidat yang lain. Namun, kata dia, dalam satu bulan terakhir, selisih dukungan antara Jokowi dengan pesaing terkuat, Prabowo, semakin kecil.

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dengan jumlah sampel 1.220 orang. Margin of error plus-minus 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Metode dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 20-26 April 2014. Survei ini dilakukan Indikator Politik Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI) dan Australian National University (ANU).

Sumber: kompas.com