Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Sabtu, 27 Oktober 2012

Jokowi: Bobot Saya Cuma 54 Kilogram

   Jokowi saat santai di Loji Gandrung sewaktu masih menjabat menjadi Walikota Solo

 
Meski hanya sesaat, kehadiran sosok Joko Widodo (50) di atas panggung hiburan peringatan Hari Osteoporosis Nasional Ke-10, akhir pekan lalu, tetap menyita perhatian. Sampai-sampai pembawa acara, Steny Agustaf, mengatakan, saat ini Gubernur DKI Jakarta itu jauh lebih populer daripada para artis.
Karena itu, kita harus bergerak, bergerak, bergerak. Itu saja kuncinya
Mereka yang ada di baris terdepan, persis di bibir panggung, mengulurkan tangan ingin berjabat tangan dengan Jokowi. Mereka yang ada di panggung mendekat ingin berfoto bersama, sedangkan yang berada cukup jauh dari panggung mendekat untuk mengabadikan sosok Jokowi.
Seperti biasa, Jokowi menanggapi semua itu dengan senyum dan menyapa ramah. Ia menyambut baik acara itu, bahkan mengharapkan kegiatan senam dan jalan bersama yang digelar dalam acara itu dapat dilakukan setiap minggu.
Menurut dia, kota yang sehat berawal dari warganya yang juga sehat. ”Karena itu, kita harus bergerak, bergerak, bergerak. Itu saja kuncinya,” katanya.
Buktinya? Ia menunjukkan dirinya sendiri. ”Saya kurus, tetapi sehat. Bobot saya cuma 54 kilogram,” katanya dengan tersenyum sambil menunjukkan lengannya yang kurus. (JOS)
 
Sumber : Kompas Cetak

Hari Libur, Jowoki Tetap Sidak

  Meski libur, Jokowi tetap berkeliling menelusuri kampung-kampung dan instansi-insatansi pemerintah. Nampak Jokowi sedang mengecek perlengkapan pemadam kebakaran di Lenak Bulus, Jakarta selatan, Sabtu (27/10/2012).


Meskipun Sabtu merupakan hari libur bagi PNS, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tetap menggunakan waktu libur tersebut untuk melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang Gubernur. Sejak pagi tadi, pria yang akrab disapa Jokowi itu kembali berkeliling Jakarta, menuju tempat-tempat yang menurutnya perlu mendapat perhatian khusus.
Saya lihat siap, alatnya siap, personalnya siap. Yah, yang ini baik lah, saya apresiasi. Jakarta kan sering kebakaran, kalau tidak dikontrol bahaya. Tapi yang di sini saya berikan apresiasi
-- Joko Widodo
Saat melakukan sidak, seperti biasa Jokowi memilih mengendarai Kijang Innovanya diikuti dua sepeda motor pengawal dari Dinas Perhubungan. Jokowi beserta istrinya, Iriana, meninjau Kali Poncol, Kecamatan Mampang, Kelurahan Kuningan Barat, Jakarta Selatan. Inspeksi mendadak ini sontak menjadi perhatian warga.
"Kami juga kaget kok pas Pak Jokowi datang, tadi dia tidak banyak ngomong. Cuma datang lalu memerhatikan kali, setelah itu ke kantor lurah, terus pulang," ujar Nurdin, warga yang tinggal di tepi Kali Poncol.
Saat sidak, Jokowi merasa khawatir dengan kondisi perumahan di pinggir kali itu. ""Rencananya rumah yang tidak layak huni di sekitar sini, akan dikeruk," katanya tanpa penjelasan lebih lanjut.
Jokowi hanya beberapa menit meninjau permukiman kumuh itu lalu pergi lagi. Dari Poncol, Jokowi langsung menuju Kantor Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan di Lebak Bulus. Lagi-lagi, kedatangan Jokowi sontak mengagetkan para petugas pemadam kebakaran. Jokowi langsung menuju ke parkiran mobil kebakaran dan meminta petugas untuk menghidupkan mesin mobil pemadam kebakaran tersebut.
"Saya lihat siap, alatnya siap, personalnya siap. Yah, yang ini baik lah, saya apresiasi. Jakarta kan sering kebakaran, kalau tidak dikontrol bahaya. Tapi yang di sini saya berikan apresiasi," kata Jokowi.

Sumber : kompas.com

Usai Bagi-bagi Uang, Jokowi Pulang ke Rumah Dinas

  Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kembali mengunjungi warga rusun Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (26/10/2012). Kunjungan Jokowi tersebut usai halal bil halal di Balai Kota .


 
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dipastikan tidak melanjutkan kunjungan ke kampung-kampung di Ibu Kota. Setelah melangsungkan shalat Jumat, Jokowi dan staf langsung pulang ke rumah dinas. Jokowi bersama stafnya mengikuti shalat Jumat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Jumat (26/10/2012).
Seusai shalat, Jokowi pun langsung dikerumuni oleh masyarakat, baik yang hanya sekadar menyapa, bersalaman, maupun bahkan mengabadikan momen bertemu Gubernur menggunakan kamera ponsel masing-masing. Dalam pertemuan langsungnya dengan warga, Jokowi membagi-bagikan uang pecahan Rp 5.000 untuk anak-anak dan pengemis, khususnya yang berada di sekitar masjid.
Aksi Jokowi itu membuat anak-anak antusias sambil menyebut-nyebut orang nomor satu di Jakarta tersebut. "Pak, saya mana, Pak. Pak Jokowi, saya belum," ujar anak-anak yang langsung disambut dengan pemberian uang oleh Jokowi. Yang unik, ulah anak-anak tersebut sempat mengganggu jalannya wawancara antara Jokowi dan para pewarta. Meski demikian, mantan Wali Kota Solo itu langsung menenangkan anak-anak yang terus memanggil-manggil namanya tersebut.
Kedatangan Jokowi sempat pula membuat suasana masjid menjadi semarak. Pria yang memenangi Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 lebih dari 50 persen tersebut terus menjadi pusat perhatian warga yang juga telah selesai melaksanakan shalat.
Tak tampak pengamanan berarti dari petugas protokoler Jokowi. Hal itulah yang membuat suasana menjadi sedikit kacau. Pasalnya, warga tak henti-hentinya mengerubuti Jokowi. Setelah melaksanakan ibadah shalat Jumat, dengan menggunakan mobil khasnya, Toyota Innova B1123 RFR berwarna hitam, Jokowi kembali ke rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati Nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat.
Hingga kini para pewarta tampak masih setia menunggu kelanjutan aksi Jokowi blusukan ke kampung-kampung di Jakarta. Belum ada kepastian lebih lanjut mengenai ke mana jadwal kunjungan Jokowi selanjutnya.

Sumber : kompas.com

Di Tanah Tinggi, Jokowi Cek Hasil Sidak 10 Hari Lalu

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mendatangi Pasar Lokbin, Cempaka Sari, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2012). Kedatangan Jokowi untuk meninjau dan mendengarkan keluhan para pedagang yang berjualan di pasar tersebut. Warga yang kebetulan berada di sekitar Jokowi, berebut bersalaman dengan Gubernur yang kian populer di DKI itu.


 
Meski tengah merayakan hari raya Idul Adha 1433 H/2012, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tetap melaksanakan tugas. Jokowi kembali mengecek tempat yang pernah dikunjunginya dalam inspeksi mendadak (sidak) beberapa waktu lalu. Dirinya ingin memastikan apakah hal-hal yang diinstruksikan telah diselesaikan.
Setelah melaksanakan ibadah shalat Id di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (26/10/2012) pagi, mantan Wali Kota Solo tersebut melanjutkan pantauan di Rusun Tanah Tinggi (Rustanti), Johar Baru, Jakarta Pusat. Jokowi mengecek operasional pompa air yang sebelumnya sempat rusak, kini sudah diperbaiki.
"Sepuluh hari lalu saya ke sini, minta pompa air di sini diperbaiki, minta dicat ulang. Saya lihat sudah siap semua, pompa tinggal dipasang, dan kata Pak RW sudah jalan," ujar Jokowi kepada wartawan di sela-sela kunjungannya.
Pria yang mengenakan baju kemeja putih saat kunjungan kerjanya itu juga mengungkapkan, setiap pemimpin harus turun ke lapangan dan memeriksa kondisi yang sebenarnya. Dengan demikian, keputusan yang tepat dan cepat demi kepentingan warga pun dapat diambil.
"Artinya, apa yang sudah saya perintahkan, akan saya kontrol lagi ke depannya," lanjutnya.
Tak hanya memantau Rustanti, Jokowi yang didampingi sang istri juga menyempatkan diri untuk mengucapkan selamat Hari Raya Idul Adha kepada warga setempat.
Bentuk komunikasi Jokowi itu pun disambut antusias oleh warga. Een (40), warga RT 7 RW 13 Rumah Susun Tanah Tinggi, mengapresiasi positif kedatangan orang nomor satu di Jakarta tersebut. Menurut ibu dua anak ini, orang-orang seperti dirinya layak untuk dikunjungi oleh pemimpinnya sendiri. "Iya, dia kan janji mau benerin pompa, kan memang sempat mati, airnya enggak naik. Sekarang sih sudah. Warga sini senangnya bukan main," ujarnya.
Selanjutnya, setelah mengunjungi Rustanti, Jokowi diketahui beristirahat di rumah dinasnya, Jalan Taman Suropati No 7, Menteng, Jakarta Pusat. Rencananya, setelah istirahat dan melaksanakan shalat Jumat, Jokowi akan melanjutkan kunjungannya ke tempat-tempat yang pernah dikunjunginya dalam sidak.

JK dan Jokowi Dampingi Presiden SBY di Istiqlal

 
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kedua kiri), Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kiri), dan wakil mentri agama Nasaruddin Umar (kanan), melaksanakan sholat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (26/10). TEMPO/Tony Hartawan

Kamis, 25 Oktober 2012

Jokowi Pilih Hari Baik Launching Kartu Sehat

  Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Basuki, memimpin pertemuan dengan lurah dan camat di Balai Agung Kompleks Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2012). Pertemuan yang di hadiri oleh Bupati, Walikota, Lurah, dan Camat se-Jakarta tersebut bertujuan untuk memberikan pengarahan mengenai birokrasi yang dapat melayani masyarakat dan harus memulai pelayanan masyarakat tepat waktu sehingga semakin optimal.


 
Warga Jakarta sudah tidak sabar mendapat Kartu Pintar dan Kartu Sehat yang dijanjikan Joko Widodo saat kampanye. Menurut Jokowi yang saat ini sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta, Kartu Sehat akan dibagikan pada hari baik.

Hari baik yang dimaksud Jokowi adalah hari Pahlawan, yang jatuh pada 10 November 2012. Dia menyadari warga Jakarta sudah tidak sabar mendapatkan kartu tersebut.

"Pas hari Pahlawan lah baru kita launching kartu sehat dan kartu pintar, itu hari yang baik," kata Jokowi di Mabes Hankam di Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (25/10/2012).

Sebelumnya, Jokowi akan melaunching Kartu Sehatnya itu pada saat hari Sumpah Pemuda pada (28/10/2012).

"Tadinya mau pas Sumpah Pemuda, tapi waktunya kurang, jadi pas hari Pahlawan saja. Tapi enggak papa, yang penting kan itu dilakukan pada hari baik, masak kegiatan baik dilakukannya pada Sabtu kliwon," ujar Jokowi.

Kartu Sehat itu, kata Jokowi, dapat digunakan untuk melayani pasien cuci darah. Kartu ini juga sebagai jaminan kesehatan bagi masyarakat.

Untuk Kartu Sehat, beberapa waktu lalu Basuki sempat menyampaikan bahwa pembagiannya juga tak akan berbelit. Semua warga yang menerima pelayanan kesehatan di Puskesmas atau rumah sakit kelas tiga dapat memperoleh kartu tersebut di puskesmas atau sebagian lainnya akan langsung diserahkan oleh Jokowi.
Sementara Kartu Pintar rencananya akan dibagikan kepada seluruh siswa SMA/SMK pada 1 November 2012. Para siswa yang memiliki kartu ini berhak menerima Rp 240 ribu per bulan yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan personal masing-masing siswa. Misalnya ongkos ke sekolah, pembelian buku tulis/cetak, seragam sekolah, dan lain sebagainya

Jokowi dan Kisah Pentungan Satpol PP


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berdialog dengan pedagang di Pasar Abdul Gani, Jalan Abdul Gani, Galur, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2012). Kedatangan Jokowi untuk meninjau dan mendengarkan keluhan para pedagang yang berjualan di pasar tersebut.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memberikan kuliah umum Puspen-PPWI dengan judul "Kepemimpinan yang Memuliakan Pelayanan Publik". Di sana, Jokowi menceritakan pengalaman-pengalaman uniknya semasa ia menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Saya ingin PKL itu ditata, bukan digusur-gusur.
-- Joko Widodo
Salah satu cerita yang dibagikan oleh Jokowi adalah tentang perbincangannya dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kepala Satpol PP). Saat itu, Kepala Satpol PP Kota Solo meminta tambahan anggaran untuk membeli pentungan.
"Pas itu dia minta saya buat menambah 600 pentungan. Langsung saja saya jawab, terus?" kata Jokowi di Aula Puspen Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (25/10/2012).

Tidak sadar Jokowi marah, Kepala Satpol PP itu malah minta tambahan 600 tameng dan senjata api.

Jokowi tetap menanggapi sang Kepala Satpol PP dengan bertanya, "Terus?"

Kepala Satpol PP tersebut malah lebih detail lagi meminta tambahan empat senjata api.

"Pistolnya juga, Pak, empat unit," kata Jokowi sambil menirukan gaya sang Kepala Satpol PP.

Tentu saja bukan tanggapan manis yang didapat si Kepala Satpol PP, melainkan bentakan.

"Pas itu jadinya ya saya bentak aja. Pak tolong ya diingat, selama saya menjadi wali kota, jangan sekali-sekali meminta barang-barang itu," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan kalau di dalam dirinya memang sudah tertanam prinsip bahwa masyarakat bukanlah untuk dipukul.

"Besok semua pentungan dan tameng harus dikumpulkan. Tolong langsung saja dimasukkan ke dalam gudang. Selama saya jadi wali kota, jangan dibuka," kata Jokowi, disambut riuh peserta yang datang.

Untuk Jakarta, Jokowi meminta kepada Satpol PP agar pendekatan kepada pedagang kaki lima dilakukan secara persuasif, bukan dengan pentungan Satpol PP.

"Soal penertiban (PKL), jangan sampai seakan-akan karena perintah saya. Saya akan panggil Kepala Satpol PP. Saya ingin PKL itu ditata, bukan digusur-gusur," kata Jokowi.

Sumber : kompas.com

Jokowi: Jangan Kaget! Saya Bisa Datang Kapan Saja


  Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Basuki, memimpin pertemuan dengan lurah dan camat di Balai Agung Kompleks Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2012). Pertemuan yang di hadiri oleh Bupati, Walikota, Lurah, dan Camat se-Jakarta tersebut bertujuan untuk memberikan pengarahan mengenai birokrasi yang dapat melayani masyarakat dan harus memulai pelayanan masyarakat tepat waktu sehingga semakin optimal.


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengingatkan akan terus memantau hasil dari inspeksi mendadak (sidak) ke kantor kelurahan dan kecamatan. Bahkan, dia bisa tiba-tiba datang kapan saja, semaunya.
Kita ini pelayannya masyarakat. Kayak konsumen yang datang ke kita, layaknya raja
-- Joko Widodo

"Setiap hari, nanti saya akan datang ke tempat pelayanan dan jangan kaget! Saya bisa datang pagi dan bisa datang sore-sore pas sudah mau tutup jam empat (sore)," kata Jokowi di Balaikota DKI, Jakarta, Kamis (25/10/2012).
Selanjutnya, Jokowi melemparkan candaannya dengan mengatakan bahwa ia akan datang hanya untuk sekadar bermain, tidak untuk marah-marah kepada para perangkat daerah.

"Saya datang pun enggak mau marah-marah kok, hanya mau dolanan (main) saja, tetapi kalau saya lihat ada yang enggak beres, ya saya catat. Seperti saat kemarin, enggak ada yang saya catat. Saya ini berpikirnya ke depan," kata Jokowi sambil tertawa.

Jokowi mengingatkan agar birokrasi di bawahnya untuk selalu melayani masyarakat. Menurutnya, masyarakat harus selalu dapat dilayani bak raja dan birokratnya adalah pelayan warga.

"Kita ini pelayannya masyarakat. Kayak konsumen yang datang ke kita, layaknya raja," kata Jokowi.

Meskipun demikian, ia memuji sumber daya manusia (SDM) yang ada di Jakarta. Hanya, pola pelayanan yang harus tetap diubah.

"Yang sederhana saja, tetapi segera dijalankan. Saya yakin dengan SDM dan resource yang ada, semuanya dibenahi, public service yah harus kayak gitu," ujarnya.

Selain itu, ia juga ingin membenahi semua infrastruktur dan fasilitas di kantor kelurahan, kecamatan, dan wali kota. Bahkan, saat pemaparannya, Jokowi ingin mengubah kantor instansi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menjadi seperti bank, segala aksesnya terbuka dan tidak ada ruang tertutup.

Sumber : kompas.com

Jokowi Bergaya "Stand Up Comedy" di Depan Camat dan Lurah


  Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (dua kiri) bersama Wakil Gubernur, Basuki Tjahja Purnama (kiri), dan Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Fadjar Panjaitan (kanan), saat jumpa pers usai melakukan rapat dengan kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD), di Balaikota, Jakarta Pusat, Senin (15/10/2012). 
 
Pertemuan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dengan wali kota, camat, dan lurah di Balaikota Jakarta berlangsung santai. Tidak ada ketegangan atau bahkan sinyal marah karena ketika sidak tidak menemui camat dan lurah.

Jokowi bicara layaknya peserta stand up comedy, memegang mikrofon sambil berdiri. Dia memberikan presentasi mengenai gebrakannya membenahi birokrasi dan fasilitas pelayanan.

Sesekali Jokowi mengeluarkan candaan ataupun sindirannya yang nyelekit kepada para peserta yang datang. Tidak lebih dari 30 menit Jokowi memberikan paparannya tersebut.
"Saya enggak ingin berbicara banyak-banyak. Soal yang kemarin-kemarin, saya sudah enggak mau urus, biarlah kemarin saja," kata Jokowi yang didampingi Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama dan Sekda Fadjar Panjaitan, Kamis (25/10/2012).

Jokowi mengatakan, salah satu kekurangan di kelurahan dan kecamatan adalah masih banyaknya ruang tertutup sehingga akses pelayanan masyarakat pun semakin terbatas.

"Pakai sistem loket itu sudah 200 tahun ketinggalan zaman," ujarnya.

Jokowi pun memaparkan presentasinya dengan sedikit candaan khasnya.

"Saya cuma pengen semua punya visi yang sama terkait untuk melayani masyarakat ini. Jangan sampai yang kemarin-kemarin saya cek itu enggak bisa tidur, jadi tidur saja. Tenang saja, yang kemarin itu enggak ada tulisan apa-apa kok," kata Jokowi dan disambut dengan gelak tawa para peserta yang datang.

Sumber : kompas.com

Rabu, 24 Oktober 2012

Jokowi: Mungkin November Mulai Ada Realisasi

  Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo memerhatikan bantaran Ciliwung di Kawasan Bukit duri, Jakarta Selatan, Selasa (16/10/2012). Sehari setelah dilantik, gubernur baru Jakarta tersebut langsung mengunjungi kawasan padat penduduk dan bantaran Ciliwung.

Joko Widodo mengaku mendapat banyak masukan terkait permasalahan yang dihadapi masyarakat Jakarta dari peninjauan ke daerah-daerah yang bermasalah, seperti masalah perumahan, kemacetan, banjir, dan pasar-pasar tradisional. Jokowi pun mengandalkan keahliannya dalam berkomunikasi bersama warga.

"Ya, pokoknya kita dapat masukan, dapat input banyak, dapat masalah, dapat problem yang harus diselesaikan. Kita ini kan baru proses-proses seperti itu," kata Jokowi, di Jakarta, Rabu (24/10/2012).

Bahkan, Jokowi berani memasang target bahwa pada pertengahan November tahun ini segala realisasi dari hasil tinjauannya turun langsung ke lapangan akan mulai terlihat masyarakat.

"Nanti, mungkin mulai bulan November akan ada realisasi-realisasi," kata Jokowi.

Ia pun memberikan contoh, misalnya saat ia melakukan peninjauan di Tanah Tinggi, di mana warganya mengeluhkan sulitnya mendapatkan akses air bersih.
"Keluhannya air tidak naik, air tidak bersih, catnya sudah ini itu, ya kan nanti kita lihat ke sana lagi, yang kemarin sudah dicat atau belum," kata Jokowi.

Selanjutnya, awal November, ia juga berencana akan mengecek Rumah Susun Sementara Sewa (Rusunawa) Marunda.

"November awal kita cek sudah belum di Marunda, yang catnya sudah kayak begitu, lumutnya kayak begitu, sudah dicat atau belum. Nanti dicek pasti sudah realisasi," ujar Jokowi.

Jokowi pun mengatakan akan melakukan peninjauan ini setiap hari.

"Bukan sidak kok, tapi ya rahasia, ha-ha-ha," seloroh Jokowi.

Selain itu, kinerjanya ini juga akan menjawab beberapa nada miring yang menghampirinya. Jokowi kerap dikatakan sedang melakukan pencitraan terkait kegiatannya turun ke lapangan.

"Ya, biar saja, biar masyarakat saja yang menilai. Terima kasih sudah memberikan saya masukan dan input. Enggak apa-apa kalau saya dibilang pencitraan," ujarnya.

Sidak Mengecewakan, Jokowi Panggil Lurah-Camat Pagi Ini

"Sekarang banyak ruang tertutup harus dibuat terbuka."


Joko Widodo
Joko Widodo (VIVAnews/Anhar Rizki)


Gubernur DKI, Joko Widodo, akan mengumpulkan Lurah dan Camat se-Jakarta, pagi ini, Kamis 25 Oktober 2012. Joko Widodo akan memberikan arahan khusus untuk para camat dan lurah itu.

"Akan saya kumpulkan camat di Balaikota," kata Joko Widodo usai menghadiri acara pengumuman lomba 'Surat Untuk Jokowi' di Jakarta, semalam.

Mantan Walikota Solo ini mengatakan, dirinya perlu memberi pengarahan khusus kepada camat dan lurah itu. Sebab, mereka merupakan rekan kerjanya sebagai gubernur DKI Jakarta. Selain itu, tambah Joko Widodo, pengarahan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

"Perlu disampaikan kepada lurah dan camat karena mereka partner saya. Ini masalah pelayanan masyarakat untuk membangun sebuah sistem. Sekarang banyak ruang tertutup harus dibuat terbuka," ujarnya.

Sebelumnya, pria yang akrab disapa Jokowi ini melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah kecamatan dan kelurahan di Jakarta. Hasilnya memprihatinkan. Jokowi tidak menemukan camat dan lurah yang kantornya dia kunjungi. Padahal waktu itu sudah masuk jam kerja.

Jokowi seolah kecewa. Di sebuah kantor kelurahan, Jokowi hanya bisa duduk di sebuah kursi. Entah apa yang dia rasakan waktu itu. Yang jelas, dia menepok jidatnya setelah tak bisa menemukan perangkat yang berada di bawah koordinasinya itu. (eh)


© VIVA.co.id

Jokowi: Yang Pintar Itu Masyarakat, Bukan Jokowi

Kurnia Sari Aziza Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo meninjau lokasi banjir di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Selasa, (23/10/2012). Ia didampingi oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI, Ery Basworo; Kepala Dinas Perumahan DKI, Novizal; dan Kepala Dinas Kesehatan DKI, Dien Emmawati. 
 

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memberikan apresiasi kepada para pemenang lomba menulis "Surat untuk Jokowi". Menurut dia, perlombaan tersebut dapat dijadikannya sebagai media alternatif untuk mendengar jeritan hati masyarakat.

Yang penting itu realisasinya. Ide, gagasan, itu akan muncul dari masyarakat. Jadi, yang pintar itu ya masyarakatnya, bukan Jokowi-nya 
 
-- Joko Widodo
"Ini semuanya proses mendengar. Bisa lewat surat, lewat Kaskus atau Twitter, semuanya bisa. Zaman juga sudah canggih," kata Jokowi di Hotel Novotel, Jakarta, Rabu (24/10/2012) malam.
Menurut dia, setelah proses mendengar adalah proses mengambil sebuah kebijakan dan realisasi.

"Yang penting itu realisasinya. Ide, gagasan, itu akan muncul dari masyarakat. Jadi, yang pintar itu ya masyarakatnya bukan Jokowi-nya. Ha-ha-ha," kata Jokowi seraya tertawa.

Jokowi pun berjanji pada pertengahan November realisasi kinerjanya sebagai Gubernur DKI akan segera terlihat.

Lomba menulis "Surat untuk Jokowi" ini berlangsung sejak 12 hingga 17 Agustus 2012 melalui Facebook. Lomba ini dan diprakarsai pengusaha muda Charles Honoris dan praktisi media sosial Sony Subrata.

Pemenang lomba adalah Muhammad Ramadhani (16), siswa kelas XII IPS SMA Negeri 91, Jakarta Timur. Dia menulis surat berjudul "Jakarta Baru? Mungkin Gak Sih?!. Melalui surat itu, Rama berhasil membawa pulang sebuah notebook.

Sumber : Kompas.com 

Surat Ramadhani untuk Pakde Jokowi dan Koh Ahok

"Kapan sih Jakarta bisa manusiawi?"

Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama usai dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama usai dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
Hanya butuh 15 menit bagi Muhammad Ramadhani, pelajar kelas 3 SMA 91 Jakarta Timur untuk membuat secarik surat untuk pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Judulnya, "Jakarta Baru? Mungkin gak sih?!".

Surat yang menyebut Jokowi dengan panggilan akrab "Pakde", dan "Koh Ahok" untuk Basuki, memenangkan ajang lomba menulis surat untuk Jokowi yang diadakan di Facebook sejak 12-17 Agustus 2012.

Isi surat itu adalah curahan hati seorang pelajar asal Bekasi, yang sekolah di Jakarta, dan frustasi dengan Ibukota yang makin tak manusiawi. Uniknya Ramadhani menulis dengan bahasa gaul, ala anak zaman sekarang.

Siswa 16 tahun itu mendambakan transportasi umum yang nyaman, pembangunan yang merata hingga pelosok dan pinggiran Jakarta, nongkrong di tengah pemandangan hijau alih-alih pemandangan angkot dan polusi udara. "Kapan sih Jakarta bisa manusiawi, jalan-jalan ke kota bisa dengan jalan kaki tanpa harus diseruduk dari belakang oleh angkot atau ditabrak motor yang nyelonong masuk ke trotoar?"

Berikut isi surat Ramadhani:
"Jakarta, identik banget dengan yang namanya kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial terutama yang kaya dengan yang miskin.

Gw mau nulis surat bwt pakde jokowi dan koh ahok yang semoga terpilih menjadi pasangan gubernur DKI Jakarta. Perkenalkan, nama gw Rama. Gw tinggal di Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi. Kenapa gw antusias dengan pilkada Jakarta kali ini? Karena gw bersekolah dan melakukan aktivitas sehari-hari itu utamanya di daerah Jakarta. Gw lebih hafal daerah Jakarta daripada Bekasi, maklum soalnya gw Bekasinya, Bekasi pinggiran deket Ibukota.

Gw mau bahas mengenai transportasi dan fasilitas nih pakde. Masalah yang mendasar tentang transportasi itu adalah kurangnya angkutan umum yang nyaman dan massal. Ye gini aja dah, gw jalan dari Pondok Gede ke Ciputat. Itu kalo gw naek angkot, notabene gw harus muter2 naek turun angkot dengan biaya bisa ampe 6000 sekali pergi. Tapi kalo gw bawa motor, dengan duit 10.000 itu bisa bwt pulang pergi sampe 3 hari ke depan dengan jarak yang sama.

Intinya masyarakat DKI dan pinggiran DKI itu lebih mementingkan menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Kapan sih Jakarta bisa manusiawi, jalan jalan ke Kota bisa dengan jalan kaki tanpa harus diseruduk dari belakang oleh angkot ato ditabrak ma motor yang nyelonong masuk ke trotoar?

Gw liat realita pembangunan di Jakarta itu cuma berputar di situ-situ aja. Contohnya cuma di daerah Sudirman dan sekitarnya, di situ enak ada pepohonan rindang dan trotoar yang lumayan lebar. Tapi coba liatin deh klo lo pergi ke daerah pinggiran Jakarta. Boro-boro liat ada trotoar, liat pohon pun gak ada! Jangan bangun cuma di pusat kota doang dong! Pinggiran Jakarta juga harus! Kalo bisa tiap jalan itu harus ada trotoar dan zebra cross, percuma kalo angkutan umum massal diadakan tapi trotoar pun gak ada.

Gw sangat mendukung Jokowi dan Ahok ini. Kenapa? Karena mereka punya konsep yang modern yaitu Move People Not Cars. Dan gw suka banget konsep ini, mengurangi polusi dengan meninggalkan kendaraan pribadi dan jalan kaki.

Jakarta Baru mungkin terjadi kalo pemimpinnya bisa mempengaruhi bawahan-bawahannya dan juga rakyatnya untuk bersikap adil dan jujur. Dan juga dengan pembangunan yang progresif dan juga manusiawi. Jangan sampe benerin jalan aja bisa makan waktu 2 hari. Haduh haduh.

Jakarta Baru yang gw idamkan adalah di mana kita bisa nongkrong di luar dengan view yang 'green' bukan tempat nongkrong dengan pelataran polusi udara dan angkot merajalela. Bebaskan lahan untuk dibuat taman yang luas dan bener2 Green dan juga semoga para saudara-saudara gw yang tinggal di daerah yang 'kurang' seperti Penjaringan dan Koja. Semoga mereka cepet deh diberikan fasilitas oleh pemerintah biar kesannya gak kumuh.

Semoga pakde Jokowi dan koh Ahok bisa mewujudkan Jakarta Baru ya! I put my hopes high up in you both!

© VIVA.co.id

Teh Pahit Gubernur Jokowi


Seharian menyusuri daerah kumuh. Dari teh pahit sampai tempe mendoan.
Sang gubernur tak ada di rumah dinasnya pagi itu. Dua lelaki penjaga berdiri setengah mengantuk di depan rumah di Jalan Suropati, Jakarta Pusat. Hari masih terang-terang tanah. Bangunan tua tahun 1920, dengan jejak kolonial, bersemburat cahaya temaram. Di garasi, teronggok diam tiga mobil. Salah satunya, Kijang Innova.
Inilah rumah dinas Joko Widodo, Gubernur baru DKI Jakarta.
Seorang lelaki berbaju batik  menjelaskan, Joko Widodo atau Jokowi memang rapat di rumah itu semalam bersama wakilnya Basuki Tjahya Purnama alias Ahok. "Tapi ia tidak tidur di sini," ujar Devid Agus Yunanto, si lelaki berambut cepak,  salah seorang ajudan Jokowi.
Tak jelas di mana Jokowi bermalam. Biasanya, kata Devid, Jokowi tinggal di rumah kerabatnya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Selama repot-repot saat masa kampanye, dia kerap berangkat dari rumah bergaya Solo itu, di Jalan Batu Gang Arab.
“Silakan cari ke Balaikota,” kata Devid. Dia lalu pergi.
Tak lama, Innova hitam itu meluncur keluar rumah. Wartawan VIVAnews membuntutinya. Mobil itu melaju kencang. Setelah sejumlah belokan menuju ke Cikini, mobil itu melambat, tepat di seberang Taman Ismail Marzuki (TIM). Lampu sennya berkedip, tanda merapat ke kanan. Mobil itu masuk ke pelataran parkir Hotel Alia, sebuah hotel bintang tiga--bukan empat atau lima--di bilangan Cikini.
Di lobi hotel sederhana itu, semua petugas bungkam. Mereka menggeleng atau menjawab tak tahu ketika ditanya apakah Jokowi menginap di situ.
Tiba-tiba, seorang lelaki jangkung, menyapa dengan senyum khas.
"Lho, kamu ngejar saya sampai ke sini?" Dia lalu tertawa lebar. Dialah Jokowi.
Sejak Rabu malam, dia dan istrinya rupanya menginap di hotel itu. Ada sejumlah tamu hotel mendekat dan menyapanya pagi itu. Jokowi menyalami mereka, dan lalu bergegas menuju Kijang Innova yang dia sewa sejak masa kampanye itu.
Dua orang ajudannya, Devid dan Ridwan, tampak agak berkeberatan ketika wartawan VIVAnews Luqman Rimadi meminta Jokowi melanjutkan perbincangan di mobil. Tapi Jokowijustru mempersilakan. "Boleh saja. Ayo, bareng saya ke Balaikota. Kapan lagi kamu naik mobil bareng Gubernur, mau tanya apalagi?" kata Jokowi sambil tertawa.
"Semua sudah siap kan, Devid?" Jokowi bertanya kepada sang ajudan. Devid adalah orang kepercayaan dalam kerja sehari-hari Jokowi. Lelaki itu telah membantunya sejak dia menjabat Walikota Solo. Di Jakarta, Devid tetap menjadi “juru giring”, mengatur agenda Jokowi yang padat.
Meski kini menjadi gubernur, Jokowi tak megubah kesahajaannya. Ia, misalkan, tetap saja akrab dengan para ajudan. Dia juga masih saja berbagi satu kamar jembar dengan para ajudannya, saat bertugas keluar kota. Alasannya simpel: supaya hemat dan gampang koordinasi.
Juga, setiap kali makan. Jokowi selalu satu meja dengan para ajudan, pengawal, maupun sopirnya. Soal ini ada yang unik. Jokowi punya semacam kebiasaan saat makan bersama itu. Setiap mereka diharuskan memilih menu makanan berbeda, tak boleh sama. Tujuannya satu: supaya bisa saling icip.
* * *
Pintu mobil itu ditutup. Sopir mulai menginjak gas. Dua sepeda motor vooreijder Dinas Perhubungan yang menunggu di seberang hotel, ikut bergerak. Tak ada sirine. Yang menarik, mereka juga tak mengawal sangar di depan seperti biasanya, melainkan cukup menguntit di belakang.
Di kabin depan mobil, duduk ajudan Devid dan sopir. Di lajur kedua, Jokowi bersama Luqman Rimadi dari VIVAnews. Sementara, di kursi belakang duduk Ridwan, yang seperti tenggelam di tengah baju-bajuJokowi yang bergelantungan di sisi kiri kabin mobil.
Jokowi bercerita kisahnya selama dua hari menjadi gubernur. Tak ada yang berubah, termasuk dia juga masih jarang sarapan. "Saya sebelum berangkat ndak sarapan. Jarang sekali. Paling nanti siang baru makan," kata Jokowi.
Pagi hari itu dia hanya menyeruput secangkir teh pahit. Panas. Tanpa gula.
Teh pahit itu seperti merefleksikan kebersahajaan Jokowi. Dia bercerita mengapa rumah dinasnya belum juga dia tempati. Katanya itu karena masih terus diberesi. Itu sebabnya, untuk sementara dia tidur di Hotel Alia Cikini.
Bagi seorang gubernur--pejabat setingkat menteri--pilihannya tidur di hotel berbintang tiga itu sungguh di luar dugaan. Standar untuk pejabat tinggi adalah hotel berbintang lima, paling banter bintang empat. Di Alia, Jokowi menyewa sebuah suite room yang harganya Rp750 ribu per malam. "Ya, kalau hotel itu yang murah-murah saja. Ndak usah mahal. Cari yang dekat Balaikota," kata Jokowi.
Jokowi memang dikenal bersahaja sejak memimpin Solo. Dia lebih senang naik taksi, atau mobil sewaan saat menjalankan tugas keluar kota. Ada kisah lucu soal hobi naik taksinya ini. Suatu kali, dia naik taksi ke sebuah pertemuan makan malam. Dia sebetulnya tamu paling ditunggu oleh tuan rumah, tapi petugas keamanan setempat malah mengusir taksi yang ditumpanginya, tak boleh masuk ke halaman rumah. Padahal, tuan rumah sudah siap menyambut di pintu utama.
Jika tugasnya lebih dari satu hari, Jokowi mengaku lebih nyaman pakai mobil rental. Pilihan favoritnya adalah Kijang Innova. Tentu karena mobil itu bisa menampung banyak orang. Tak heran, pada masa kampanye lalu Jokowi memasukkan ajudan, pengawal, dan tim suksesnya di dalam satu mobil itu. Baginya, berdesakan bukanlah masalah.
Bagaimana soal pakaian dinas gubernur yang belum juga dia kenakan hingga hari ketiga? Jokowi bilang itu karena setelah dilantik 15 Oktober lalu, dia langsung turun keliling kampung. Dia sengaja memakai pakaian bebas, tanpa lencana, agar tidak berjarak dengan warga.
* * *
Begitu tiba di pintu gerbang Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jokowi disambut para juru warta. Kerlap lampu blitz, kamera televisi, dan tape perekam mencegatnya.
Tapi yang membuat dia kaget adalah seorang ibu tua berjilbab yang menunggunya sejak pukul 8 pagi bersama suaminya yang juga renta.
Nenek itu adalah Eka Astuti. Sambil menangis dia mendatangi Jokowi, membawa sebuah map. Jokowimengajak orang tua itu masuk ke gedung Balai Agung, tempat ia berkantor. Setelah hampir 15 menit, Nenek Eka keluar. Wajahnya sumringah.
Usai rapat dengan para kepala dinas, Jokowi meluncur ke perkampungan Sungai Tiram, Bambu Kuning, Marunda, Jakarta Utara. Dia ditemani Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Ery Basworo, dan Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah, Novizal.
Mobil Jokowi selalu berada paling depan. Butuh waktu lebih dari satu jam untuk tiba di perkampungan pesisir itu.
Selama menyusuri Marunda, Jokowi membalas teriakan kaum ibu  dengan senyum dan lambaian tangan. "Saya ingin menunjukkan di Jakarta masih ada kampung seperti ini. Jalanan seperti ini, rusak. Rumah seperti ini, kumuh," ujarnya.
Matahari mulai terik, tapi Jokowi tetap antusias berkeliling kampung. Orang-orang tak henti berebut salaman.
Tatkala meninggalkan lokasi, seorang wanita paruh baya datang mendekat. Dia berkaos putih, dengan celana selutut. Si ibu menyodorkan tas plastik. "Ini Pak,  oleh-oleh untuk di jalan," kata ibu itu sambil menggendong anaknya.
Jokowi menerima tas plastik kresek bening yang di dalamnya dilapisi kertas koran. Isinya: tempe mendoan.
"Ya, Bu. Terima kasih," ujar Jokowi sambil tersenyum.
Dia lalu bergegas menuju ke rumah susun Marunda. Butuh waktu 15 menit agar tiba di rumah susun yang dibangun sejak 2007 itu. Jokowi kaget, dan tercengang. Itu sebetulnya rusun megah, namun bak berhantu. Kayu jendela banyak yang terlepas. Temboknya kusam. Dinding berlumut. Lorong-lorong di sela bangunan itu pengap. Dari 26 blok yang dibangun, hanya tujuh yang terhuni.
Kepada para penghuni rusun, Jokowi berjanji memperbaiki dan menambah fasilitas. "Saya ini mau menyelesaikan masalah di sini, akan saya perbaiki segera supaya masyarakat mau tinggal di sini. Yang rusak-rusak diperbaiki. Ini dicat sampai atas," katanya. "Apa perlu masyarakat disubsidi penuh? Sampai tiga tahun juga ndak apa-apa. Dari pada tidak terpakai lima tahun, mau pilih yang mana?" (Baca: Satu Pekan Empat Langkah)
Dari rusun itu, Jokowi menuju ke jalur trase kering Kanal Banjir Timur Pintu Air Marunda. Ia hanya memantau dari dalam mobil jalan yang nantinya diperuntukkan sebagai jalur sepeda. Sesekali Jokowimemerintahkan ajudannya mencatat apa saja yang harus dibenahi. Banyaknya eceng gondok di aliran kanal, mengusik Jokowi. Dia ingin di sepanjang jalur trase kering dibangun taman agar dapat menjadi sarana hiburan bagi warga sekitar.
Puas memantau Kanal Banjir Timur, Jokowi kembali ke Balaikota. Di sana, ia telah ditunggu oleh wakilnya, Basuki "Ahok" Purnama. Mereka menggelar rapat bersama jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah. Berbeda dengan Jokowi yang sibuk turun ke lapangan, mantan Bupati Belitung Timur itu diserahi tugas membereskan berbagai hal di kantor.
Sebelum rapat, Ahok, sudah menerima tamu dari PT Asuransi Kesehatan (Askes). Mereka membahas rencana kerja sama untuk menjadikan Kartu Sehat sebagai proyek percontohan penerapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Rencananya, Kartu Sehat yang dikelola PT Askes ini sudah dapat diterapkan pada Januari 2013. "Memang kami mau kerja sama dengan PT Askes,” kata Ahok.
Ia menanyakan kesanggupan PT Askes mengelola asuransi kesehatan seluruh warga DKI Jakarta yang berjumlah 9,6 juta jiwa. Bila sanggup, maka Pemerintah Jakarta akan menunjuk mereka.
Ahok juga bertemu dengan Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Widoyoko dan Ade Irawan. Pembicaraan berkisar di seputar pencegahan korupsi anggaran daerah. Mereka bertemu sekitar 45 menit.
Rapat dengan Jokowi digelar tertutup. Agendanya membahas berbagai temuan Jokowi selama meninjau lapangan.
Selesai rapat, sekitar pukul 18.30 WIB, Jokowi kembali ke rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati, Menteng. Malam itu dia akan bersua teman lamanya, seorang warga Singapura di Hotel Sultan, Jakarta Selatan. Di rumah dinas itu, dia hanya mampir untuk mandi. Setelah dari Hotel Sultan, dia langsung menuju sebuah hotel di Bandara Soekarno Hatta. Jokowi hendak ke Solo, untuk menghadiri pelantikan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo.
Penerbangannya sebetulnya Jumat pagi. Tapi, Jokowi tak mau kesiangan. "Jam 5 pagi saya harus sudah di bandara. Dari pada kesiangan, ya mending menginap di hotel bandara saja," ujarnya.
Malam tiba. Langit sudah gelap. Besok hari, sang gubernur yang menyihir publik dengan kesahajaannya ini akan kembali bergulat memenuhi harapan yang terlanjur membubung tinggi. Dengan secangkir teh pahit. Panas. Tanpa gula. 
Sumber : viva.co.id

Jokowi: Pasar Ini Parah... Sangat Parah

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berdialog dan mendengarkan curhat para dengan pedagang tradisional di Pasar Abdul Gani, Jalan Abdul Gani Galur, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2012). Kedatangan Jokowi disambut hangat para pedagang maupun warga yang tengah berbelanja di pasar itu.

JAKARTA, Melihat Pasar Senen dan Pasar Lokasi Binaan (lokbin) Cempakasari, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo hanya garuk-garuk kepala. Setelah melihat Pasar Gembrong Lama, Galur, Jakarta Pusat, Jokowi langsung terperangah.

Bukan karena kagum, melainkan karena kondisi pasar yang masih semipermanen dan beratapkan terpal biru membuatnya terhenyak, apalagi gang sempit di Pasar Gembrong Lama menjadikannya seperti pasar senggol. Setiap yang melintas, pasti bersentuhan.

Jokowi lalu mendatangi seorang pedagang sayur dan masuk ke dalam lapaknya. Dia pun mendengarkan curhat para pedagang. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan mengenai kondisi pasar itu. Jokowi sempat geleng-geleng kepala melihat keadaan kumuh di pasar tersebut.

"Pasar ini... wah parah, lebih parah, sangat parah. Lihat saja ini bangunannya semipermanen, jalan buat airnya susah," kata Jokowi di Pasar Gembrong Lama, Galur, Jakarta, Rabu (24/10/2012).

Jokowi juga didampingi oleh Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah DKI Ratnaningsih. Sesekali Jokowi berbincang dengan Ratnaningsih bersama para pedagang. Ajudan Jokowi pun dengan sigap mencatat apa-apa saja yang menjadi keluhan para pedagang dan pengunjung pasar.

Kunjungan Jokowi ke Pasar Gembrong Lama ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar lima menit.

Sebelumnya, Jokowi juga meninjau Pasar Senen Blok III Blok VI dan Pasar Cempakasari, Jakarta Pusat. Di sana, ia juga berkomunikasi dengan para pedagang yang mengakui jika biaya sewa kios mereka terlalu mahal dan juga berkomunikasi dengan kepala pasar tersebut.

Dikatakan Jokowi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI harus membangun pasar dan menjadi pengelola pasar. Dengan begitu, harganya akan terjangkau. Ada kekhawatiran pedagang, kalau mahal, mereka tidak mampu membeli lapak atau kios, akhirnya mereka tersingkir.

"Ya, itu masalahnya. Kita carikan jalan keluarnya. Yang bangun itu Pemerintah. Jadi, pedagangnya tetap masuk. Nanti akan saya panggil Dirut PD Pasar Jaya. Saya mau cepet-cepet pembangunannya. Jangan lama-lama," ujarnya.

Jokowi Benahi Layanan Birokrasi

 

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melakukan kunjungan mendadak ke sejumlah kantor lurah dan camat di Jakarta Pusat, Selasa (23/10). Kunjungan itu dilakukan Joko Widodo untuk membenahi pelayanan publik di DKI Jakarta yang belum prima dilakukan birokrat.
”Bagus, bagus. Saya datang pukul 08.00 belum ada orang. Lurahnya enggak ada, kan, bagus. Itu yang harus dibenahi. Pelayanan yang prima dan birokrasi yang melayani itu yang akan kami tekankan. Birokrasi seperti ini harus diubah,” kata Jokowi.
Jam kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah pukul 07.30. Jokowi mengunjungi Kelurahan Senen, Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan Kecamatan Cempaka Putih sekitar pukul 08.00-09.00. Di ketiga tempat itu, baik camat maupun lurah tidak ada di tempat saat Jokowi tiba.
Jokowi dan rombongan juga melihat ruang pelayanan umum dan ruang pembuatan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) di Kelurahan Cempaka Putih. Dia juga bertanya kepada petugas tentang simulasi pembuatan KTP.
”Kami ke sana, pintunya saja belum dibuka. Ke tempat lain, sama. Loketnya belum dibuka, orangnya tidak ada,” ujar Jokowi.
Dari tiga tempat itu, Jokowi merasa sudah cukup mendapat contoh pelayanan publik di DKI Jakarta. Jokowi berencana memanggil semua camat dan lurah dari enam wilayah administrasi di Jakarta. ”Semua akan dikumpulkan. Biar tahu bagaimana melayani dengan baik,” ujarnya.
Di Kecamatan Cempaka Putih, Jokowi meninjau kantor pelayanan izin mendirikan bangunan (IMB). Di situ, dia mendapati tulisan ”buka” pada loket, tetapi loket masih tutup. ”Pokoknya saya akan keliling dadakan. Ada waktu satu jam, ya, satu jam (keliling),” katanya.

Terapi kejut

Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah mendukung langkah Gubernur Joko Widodo untuk melakukan kunjungan mendadak ke kantor lurah atau kantor camat. ”Ini merupakan terapi kejut untuk para pekerja agar mereka tepat waktu tiba di kantor. Jam kantor itu dimulai pukul 07.30,” ujarnya.
Dia mengaku belum mendapatkan panggilan dari Gubernur terkait dengan kasus itu. Namun, Saefullah sudah mendapatkan penjelasan dari lurah dan camat yang mendapatkan kunjungan itu. Di Kelurahan Senen, menurut Saefullah, belum ada lurah dan wakil lurah. Sementara sekretaris kelurahan sedang mengikuti pendidikan.
Adapun Kantor Kecamatan Senen yang dikunjungi Gubernur adalah kantor kecamatan lama yang terletak di samping Stasiun Pasar Senen. Kantor Kecamatan Senen, kini, sudah pindah ke Jalan Kramat Raya.
Di Kelurahan Cempaka Putih Timur, Saefullah mendapatkan laporan bahwa lurah sedang ke lapangan dalam rangka memonitor persiapan penilaian Adipura. ”Tapi, ada staf di kelurahan itu,” katanya.
Setelah itu, Gubernur juga tidak bertemu Camat Cempaka Putih karena Camat sedang menuju Kantor Wali Kota Jakarta Pusat untuk menghadiri acara PKK. Saat mendapatkan informasi ada kunjungan Gubernur, Camat meminta izin Wali Kota untuk kembali ke kantor. ”Gubernur dan Camat sempat bertemu di halaman kantor kecamatan,” ujar Saefullah.
Setelah kejadian ini, Saefullah menyatakan akan mengingatkan lagi semua jajaran di lingkungan Kantor Wali Kota Jakarta Pusat untuk tertib masuk kerja. Petugas di bawah, seperti lurah, juga harus melakukan presensi sidik jari di kantor kelurahan.
Secara terpisah, Wakil Lurah Senen Rodi mengatakan, ia tengah berkeliling ke terminal saat Gubernur datang ke kantor kelurahan. ”Saya sedang berkeliling dalam rangka persiapan Adipura,” kata Rodi.

Pemacu semangat

Sementara itu, Lurah Senen sedang mengantarkan istrinya ke Kantor Wali Kota Jakarta Pusat untuk mengikuti acara PKK. Meskipun lurah dan wakil lurah tidak ada, Rodi mengatakan, pelayanan kepada masyarakat sudah dibuka saat Gubernur datang. Biasanya, pagi hari, belum ada warga yang datang ke kantor kelurahan.
Wakil Camat Senen Herry Purnama menyatakan sudah siap di kantor kecamatan saat mendengar Gubernur akan mengunjungi kantor kecamatan. Namun, rupanya gubernur datang ke kantor lama yang sudah sepi.
Camat di Jakarta Barat, yaitu Camat Kebon Jeruk Hendra Hidayat, Camat Grogol Petamburan Deni Ramdani, dan Camat Tambora Isnawa Adji, menuturkan, kunjungan mendadak Gubernur semacam itu menjadi pemacu semangat, bukannya ancaman.

Sumber : kompas.com