Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Kamis, 19 Desember 2013

Berkat Jokowi, Kini Taman Bukan Lagi Tempat Pacaran

Taman Tanah Abang Petojo Jadi Lokasi Layak Anak Belasan anak-anak tengah asyik bermain arena permainan di Taman Tanah Abang Petojo, Jakarta, Rabu (18/12/2013). Lokasi tersebut sudah dipersiapkan menjadi lokasi layak anak di Jakarta Pusat. Kompas.com/Ummi Hadyah Saleh

Warga Kelurahan Petojo mengaku senang dengan disediakannya mainan di Taman Tanah Abang III, tepat di belakang kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Dengan begitu, warga bisa bercengkrama dengan anak-anak dan suami di ruang terbuka.

Di taman tersebut, Wali Kota Jakarta Pusat telah menyediakan berbagai arena permainan. Misalnya, perosotan dan ayunan. Adanya alat permainan ini membuat anak-anak mau bermain di taman tersebut. Sebelumnya, menurut Soleha yang merupakan warga Petojo, taman tersebut selalu sepi.

"Dulu waktu belum ada permainan, tamannya sepi. Malah jadi tempat pacaran. Sekarang jadi setiap hari ke sini," katanya, Rabu (18/12/2013).

Pantauan Kompas.com pada Rabu sore, terdapat lima arena bermain di lokasi layak anak. Belasan anak-anak tampak menikmati arena permainan yang ada. Ada juga beberapa anak laki-laki tengah asyik bermain bola di lapangan taman tersebut.

Menurut Soleha, warga sangat senang dengan adanya permainan di taman tersebut. Hal itu, kata dia, bukan hanya membuat anak-anak senang, tapi juga orangtuanya. Bersama keluarga lain, mereka bisa bercengkrama dan bersosialisasi sesama warga.

"Setuju sekali dan senang kalau Petojo jadi lokasi layak anak, jadi kan enggak susah-susah nganterin anak main, karena deket rumah," kata Sjawal, warga yang juga sedang bermain di taman, mengamini ucapan Soleha.

"Dulu, waktu belum ada permainan enggak pernah ke sini, karena ada permainannya jadi rame lokasinya," imbuh Sjawal lagi.

Selain itu, Soleha mengatakan, di rumah setiap warga kini sudah terpasang stiker Jakarta Kota Layak Anak. Stiker tersebut, kata dia, berisi imbauan kepada warga untuk mengawasi jam belajar anak dari pukul 19.00 hingga pukul 21.00 .

"Di rumah saya udah ditempelin stiker yang ada tanda silang menonton televisi di jam-jam yang telah ditentukan," ujarnya.

Jakarta menjadi Kota Layak Anak merupakan program Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang ditargetkan bisa terwujud di seluruh wilayah Jakarta pada 2018.

Beberapa program kota layak anak yakni, membuka ruang terbuka hijau untuk public space, taman bermain anak, mempermudah akses akta kelahiran, pembentukan forum anak-anak, dan sebagainya.

Sumber: kompas.com

Minggu, 15 Desember 2013

Dituding Tak Manusiawi, Ini Kata Jokowi..

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meninjau Waduk Tomang Barat, Grogol, Jakarta Barat, Jumat (27/9/2013). Waduk itu akan dinormalisasi seusai penataan Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio. | KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menampik tudingan tak manusiawi dalam penertiban permukiman di Taman Burung Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Menurut pria yang akrab disapa Jokowi, penertiban telah terencana dan sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur.

"Ndak, terencana, ndak manusiawi gimana sih, kita itu kan sudah sosialisasi kepada warga sebelumnya," ujarnya kepada wartawan di sela kesibukannya di Balaikota, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu, Jokowi menegaskan, warga yang rumahnya dibongkar memang tidak memenuhi kriteria mendapatkan rumah susun sebagai relokasi. Sebab, mereka tidak ber-KTP DKI dan mengontrak kepada warga yang menguasai lahan yang diketahui milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut.

"Ada pemilik yang punya 20 rumah di situ, masak kita berikan rusun? Hati-hati, tanah itu punya negara, bisa pidana," ujarnya.

"Kalau seperti Ria Rio, Pluit, pasti kita ajak bicara dulu. Wong ini mereka juga mendirikan rumah terus. Dianggap kalau mendirikan rumah, nanti dituker sama rusun yang lebih gede. Kita ini enggak sembarangan, tapi lihat yang terjadi di lapangan juga," lanjutnya.

Yang mengejutkan pihaknya, lanjut Jokowi, ketika sosialisasi kepada warga dilakukan, Pemprov DKI yang didampingi aparat kepolisian menemukan puluhan senjata tajam dan bom molotov di rumah warga. Jokowi mengaku tidak mengetahui kegunaan senjata itu, apakah akan digunakan untuk melawan Satpol PP dan personel Polri saat tindak penertiban dilakukan atau tidak.

Kompas.com belum dapat mengonfirmasi Kepala Kepolisian Sektor Metro Penjaringan AKBP Suyudi. Pesan singkat yang dikirimkan belum dibalas dan kontak melalui telepon pun belum tersambung.

Jokowi dinilai tidak manusiawi oleh pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwana Joga karena tidak menyediakan rusun untuk warga yang tergusur di penertiban Taman Burung. Pemerintah Provinsi Jakarta dianggap hanya bisa melakukan penertiban tanpa memberikan solusi tempat tinggal.

"Kalau penertiban terus dilakukan, akan memberikan efek kurang baik atas persepsi masyarakat ke pemprov. Artinya, gubernur dikatakan tak manusiawi," ujarnya.

Sumber: kompas.com

Tiga Alasan Elektabilitas Jokowi Selalu Tinggi


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Selasa (10/12/2013) menggunakan kereta listrik untuk meninjau lokasi tabrakan kereta komuter dan truk tangki di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang terjadi sehari sebelumnya. | KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menilai, ada tiga alasan yang membuat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi tidak pernah rendah dalam sejumlah survei kandidat calon presiden 2014. Ketiganya disebabkan oleh kurang maksimalnya kinerja mesin partai politik dalam melakukan kaderisasi.

Hamdi berpendapat, saat ini masyarakat telah mengultuskan Jokowi sebagai sosok "Ratu Adil". Di dalam mitologi, sosok Ratu Adil digambarkan sebagai sosok pemimpin yang mampu membawa keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi masyarakat. "Sosok itulah yang dianggap masyarakat ada di dalam diri Jokowi," kata Hamdi dalam diskusi yang diselenggarakan lembaga riset Cyrus Network di Jakarta, Minggu (15/12/2013).

Menurut Hamdi, pengultusan itu pada akhirnya membuat sejumlah lembaga survei enggan untuk melakukan riset buruk terkait Jokowi. Namun, ia menegaskan, kultus tersebut tidak terlepas dari akibat belum adanya kandidat kuat calon presiden dari partai politik yang dianggap dapat mewakili keinginan masyarakat.

Saat ini, parpol mengusung figur lama yang tengah menjabat sebagai ketua umum parpol. Sebut saja Partai Golkar yang mengusung ketua umumnya Aburizal Bakrie, Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto, atau PDI Perjuangan dengan Megawati Soekarnoputri. "Generasi mereka ini sudah lewat. Yang terjadi justru emoh politik," kata Hamdi.

Hal lain yang menyebabkan nama Jokowi jadi favorit adalah keengganan parpol mengeluarkan kader berkualitas. Parpol di Indonesia cenderung hanya ingin menonjolkan sosok kader yang dianggap dekat dengan pimpinan parpol. Hal itu secara tidak langsung menyebabkan timbulnya oligarki politik di dalam parpol.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi mengatakan, tingginya elektabilitas Jokowi membuat kondisi perpolitikan Indonesia jelang Pemilu 2014 tidak kondusif. Hal itu menyebabkan sosok pimpinan yang dianggap mampu mewakili aspirasi masyarakat hanya ada satu, yakni Jokowi. Jika Jokowi maju dan menang dalam pemilu mendatang, seolah ia menang tanpa melalui tahap kompetisi. "Persoalannya, ketiadaan kompetisi ini apakah jadi yang terbaik atau tidak?" ujar Hasan.

Sumber: kompas.com

Cyrus: Jokowi Capres Setengah Dewa, Bisa Gabung Partai Mana Saja


Jokowi Capres Setengah Dewa, Bisa Gabung Partai Mana Saja
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri turut hadir dalam acara pembukaan kirab budaya, yang merupakan bagian dari World Royal Heritage 2013 di Monas, Minggu (8/12/2013) siang. | KOMPAS IMAGES/FABIAN JANUARIUS

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo diyakini dapat mendongkrak elektabilitas partai mana pun yang mendukungnya sebagai calon presiden. Asalkan mendukung pencalonan Jokowi saat ini, partai besar maupun kecil akan mendapat dukungan lebih besar. Hal itu disampaikan peneliti Cyrus Network, Eko David Afianto, saat memaparkan hasil riset lembaga riset tersebut di Jakarta, Minggu (15/12/2013). Hasil riset tersebut, ketika Jokowi bergabung dengan partai lain, baik yang sudah dapat dipastikan lolos parliamentary threshold(PT) maupun yang terancam tidak lolos, elektabilitas partai-partai tersebut akan naik.

"Berbeda ketika kandidat lain yang dijadikan calon presiden. Sehingga, Jokowi pada hari ini tidak perlu risau dengan partai. Jokowi bisa bergabung dengan partai mana pun," kata Eko.

Ia menjelaskan, saat Jokowi bergabung dengan PDI Perjuangan, maka suara PDI Perjuangan dapat mencapai titik potensial tertinggi hingga 60 persen. Adapun jika ia bergabung dengan Golkar, maka titik potensial tertinggi yang dapat diraih mencapai 53 persen. Begitu pula ketika ia bergabung dengan Gerindra, maka partai tersebut akan dapat meraih suara hingga 48 persen.

"Dengan catatan jika jauh-jauh hari menyatakan diri sebagai satu-satunya partai yang mengusung Jokowi sebagai calon presiden," ujarnya.

Untuk partai yang terancam tak lolos PT, seperti Partai Bulan Bintang, Nasdem, maupun PKPI, figur Jokowi dapat mengangkat perolehan suara partai tersebut hingga menyentuh angka 40 persen. "Ini adalah salah satu fakta bahwa figur Jokowi adalah capres setengah dewa," kata dia.

Survei Cyrus Network itu dilakukan dalam kurun waktu 13-17 September 2013 dengan metode tatap muka. Survei ini melibatkan 1.020 responden yang dipilih secara acak  dengan usia minimal 17 tahun atau yang sudah menikah yang tersebar di 204 desa/kelurahan di 33 provinsi. Tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen dengan batas kesalahan kurang lebih 3,1 persen.

Sumber: kompas.com

"Nongol" di Iklan TV, Apa Kata Jokowi?


Gubernur DKI Joko Widodo memberikan jempol terbalik bagi penerobos jalur transjakarta sebagai dukungan pada komunitas "Busway Kick". | Fabian Januarius Kuwado

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi tampil dalam iklan layanan masyarakat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait kearsipan. Iklan yang tayang di televisi itu mengampanyekan pentingnya arsip.

Pada awal iklan, ditampilkan warga yang kesulitan mencari dokumen-dokumen penting di rumah saat banjir dan kebakaran, lalu Jokowi muncul pada akhir iklan.

Tampilnya Jokowi di iklan itu menarik karena selama ini beliau diketahui tak mau tampil dalam iklan. Bagaimana tanggapan Jokowi atas iklan itu?

Jokowi mengaku tak tahu-menahu soal tayangan iklan itu.

"Pikiran saya buat apalah, kan itu hampir setiap hari (permintaan ucapan). Saya pikir buat di dalam gedung," kata Jokowi, di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (12/12/2013).

Jokowi mengaku baru melihat tayangan iklan itu di televisi pagi tadi. "Nanti saya urus, tak urus. Lihat saja nanti," kata Jokowi sambil tertawa kecil.

Mengurus bagaimana? "Ya, dicabut, dicabut, saya hentikan," jawab Jokowi.

Selama ini, Jokowi tidak pernah mau wajahnya muncul dalam spanduk atau papan reklame di Jakarta. Seperti diketahui, Jokowi pernah mengaku marah kepada bawahannya ketika wajahnya ada di spanduk.

Anda merasa dibohongi? "He-he-he. Nanti saya hentikan," jawab Jokowi sambil naik ke dalam mobil dinasnya.

Sebelum mobil melaju, Jokowi sempat bertanya ke wartawan di stasiun televisi mana saja iklan itu muncul. Setelah dijawab, sambil tertawa ia kembali bertanya, "Gimana, saya ganteng enggak (di iklan)?" tanyanya.

Sumber: kompas.com