Pedagang tanaman hias di kawasan Senayan memundurkan tanaman-tanamannya sebagaimana instruksi Wakil Gubernur Basuki Tjahja Purnama, Selasa (20/8/2013).
Ada yang berbeda di Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2013) sore. Trotoar di sisi selatan jalan, mulai dari Balai Sidang Senayan sampai gerbang Jalan Gelora Bung Karno, tampak lengang. Padahal, biasanya ruas jalan sepanjang 500 meter itu sulit dilewati karena macet.
Pada hari-hari sebelumnya, di pinggir ruas jalan itu terdapat tanaman-tanaman hias yang dijual berjejer dan menutup hampir seluruh trotoar jalan. Nyaris tak ada tempat bagi pejalan kaki di tempat ini karena jalur pedestrian menjadi tempat etalase tanaman hias.
Sore ini trotoar itu tampak agak lengang. Tanaman-tanaman hias di sana disusun agak mundur dari biasanya. Alhasil, trotoar pun mulai terlihat wujudnya, setidaknya selebar 1,5 meter dan memudahkan pejalan kaki.
Bukan itu saja, pemandangan tanaman hias para pedagang kini bisa dinikmati mata dan tidak lagi mengganggu para pejalan kaki. Meski demikian, masih ada sebagian ruas trotoar yang masih tertutup tanaman hias. Hal itu terlihat mulai dari pintu gerbang Jalan Gelora Bung Karno sampai ke Jalan Asia Afrika.
Walaupun belum semua pedagang berbenah, kesadaran untuk meluangkan ruang bagi pedestrian itu patut diapresiasi. Pedagang sadar bahwa suatu saat bisa diusir. Apalagi setelah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta mereka mundur dua meter jika tidak ingin diusir.
"Instruksi resmi belum ada. Kita baru dengar-dengar saja dari media. Habis itu, saya gerakin teman-teman supaya nurut aturan dan kasih jarak trotoar untuk pejalan kaki 1,5 meteran," kata Mansyur (41), salah satu pedagang tanaman hias di Jalan Gerbang Pemuda, saat ditemui Wartakotalive.com, Selasa sore.
Pedagang tanaman hias di sekitar kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, memundurkan tanaman-tanaman yang dijualnya seusai instruksi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Selasa (20/8/2013). Mantan Wakil Ketua Paguyuban Pedagang Tanaman Hias Gelora itu mengatakan, apa yang mereka lakukan saat ini murni kesadaran mereka. Mansyur melihat Pemprov DKI sekarang ini tidak main-main menegakkan aturan, apalagi menyangkut fasilitas umum.
"Ini murni kesadaran kami. Soalnya Ahok (Basuki) kayaknya enggak main-main kalau soal fasilitas umum. Pelajarannya sudah ada. Lihat aja Pasar Tanah Abang dan Jatinegara. PKL yang di trotoar direlokasi dan jadi nyaman berlalu lintas di sana," kata Mansyur.
Mansyur mengaku, ajakannya kepada sesama pedagang tanaman hias di Senayan itu mendapat sambutan positif. Sebagian besar mendukungnya, meski masih ada yang enggan melakukan hal serupa.
"Tapi pelan-pelan saya yakin mereka mau nurut. Apalagi mereka cari makan di sini. Kalau enggak, biarin saja mereka diusir Ahok," kata ayah dua anak yang tinggal di Kemandoran, Jakarta Selatan, itu.
Mulai siang tadi, Mansyur bersama beberapa pedagang lain mulai memundurkan tanaman hias mereka dari trotoar jalan. Mereka mundur 1,5 meter dan nantinya akan benar-benar bergeser 2 meter.
Mansyur mengaku berdagang tanaman hias di Jalan Gerbang Pemuda sejak tahun 2002. Usaha itu diawali oleh kakaknya sejak 1982. "Sedih, Bang, kalau diusir dari sini. Sudah 10 tahun lebih dagang di sini. Bakalan susah kita kalau diusir atau direlokasi ke tempat lain," kata Mansyur.
Maka dari itu, Mansyur berharap para pedagang tanaman hias diperbolehkan berjualan di tempat itu. Mereka berjanji akan tertib dan menyediakan ruang untuk pejalan kaki.
Menurut Mansyur, ada sekitar 250 pedagang tanaman hias mulai dari Jalan Gerbang Pemuda sampai Jalan Asia Afrika. Total ada enam kelompok pedagang yang dikelompokkan berdasarkan urutan lapak.
"Alhamdulillah di kelompok saya, yaitu kelompok 1 yang jumlahnya 55 pedagang, akan saya upayakan mau tertib dan menurut dengan memberi trotoar bagi pejalan kaki selebar 2 meter," kata Mansyur.
Tetap di Senayan
Mansyur berharap semua pedagang di tempat itu tak direlokasi. Ia menilai kawasan itu sudah menjadi tempat wisata. Tamu-tamu negara dari luar negeri, katanya, biasa melihat-lihat dan membeli tanaman di sana.
Ia menuturkan, sebenarnya lima tahun lalu Gubernur Fauzi Bowo sudah memberikan aturan bahwa pedagang harus memberi ruang satu meter di trotoar jalan. Pemprov DKI memberi batas garis kuning selebar satu meter di trotoar jalan. Namun, larangan itu tak digubris, semua pedagang tetap menempatkan tanaman hias pada area larangan di jalur pedestrian. Bahkan, kata Mansyur, tidak ada ketegasan dari pemerintah sehingga pedagang pun tak takut melanggar aturan.
Kini garis kuning yang dimaksud Mansyur itu masih tampak di sisi trotoar. Bahkan pedagang memundurkan tanamannya setengah meter di belakang garis kuning itu.
Hakim (46), pedagang lain, mengatakan, lokasi Senayan yang strategis dan keberadaan mereka yang sudah puluhan tahun membuat mereka mudah didatangi pelanggan. "Semoga Pak Ahok masih memberi kami tempat di sini. Kami berjanji akan tertib," katanya.
Menurut Hakim, janjinya bukan sekadar janji. Selain memundurkan tanaman jualannya dari trotoar sejak Selasa, ia bersama pedagang lain juga mengecat secara swadaya sisi trotoar dengan cat hitam dan putih. "Supaya rapi dan indah. Kan pemerintah mau merapikan Jakarta. Ini kami bantu juga," katanya tersenyum.
Hari ini Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta para pedagang tanaman hias di kawasan Senayan untuk tidak menduduki trotoar. Mereka harus mundur dua meter atau dipaksa pergi. Selain itu, tidak boleh ada bangunan di atas trotoar dan harus dibongkar semua.
"Pilihannya, mau diusir
abis atau mundur dua meter dan enggak boleh ada rumah? Itu saja," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Selasa.