Dua kelompok mahasiswa terlibat aksi saling serang di Jl. Dewi
Sartika dan berlanjut di Jl. Harapan, samping Rumah Sakit Budi Asih,
Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (23/10/2012).Setelah insiden
tersebut, suasana sekitar wilayah itu pun dalam kondisi mencekam.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi merasa prihatin dengan
berulangnya kejadian tawuran di Jakarta. Ia menilai kejadian ini selalu
terjadi karena kurangnya ruang berkomunikasi untuk warga Ibu Kota.
Peristiwa
tawuran kembali terjadi pada Selasa (23/10/2012) dini hari. Dua
kelompok mahasiswa terlibat bentrok di Jalan Dewi Sartika dan berlanjut
di Jalan Harapan, Cawang, Jakarta Timur. Bentrokan itu diduga dipicu
oleh insiden sebelumnya yang mewarnai dua kelompok mahasiswa tersebut di
Universitas Jayabaya, Pulomas, Jakarta Timur.
Menanggapi hal tersebut, Jokowi menekankan perlunya kesempatan berinteraksi antarwarga. "Yang penting itu ruang komunikasinya kok, dimulai dari kampung-kampung. Itulah perlunya ruang publik dan interaksi masyarakat, perlunya intervensi sosial," kata Jokowi saat berkunjung di Kampung Pulo, Jakarta, Selasa siang.
Ia mengatakan, permasalahan tawuran dan bentrok antarwarga itu tidak bisa sehari dua hari diselesaikan. Ia mengajak warga untuk mulai membangun ruang interaksi dari kampung serta memperbanyak ruang publik, ruang komunikasi, dan ruang kreatif bagi warga.
Jokowi mengatakan, masalah tersebut menjadi salah satu perhatiannya selain masalah-masalah lain yang terjadi di kalangan warga, termasuk penataan kampung, monorel, dan pembangunan mass rapid transit (MRT).
Pada Selasa dini hari, bentrok antarmahasiswa di Cawang. Kekerasan itu terjadi dalam sebuah acara mahasiswa bertajuk Rekonsiliasi BEM se-Nusantara yang diselenggarakan di Lantai 8 Aula Universitas Jayabaya, Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur.
Dalam acara yang turut dihadiri perwakilan BEM se-Indonesia tersebut, seorang mahasiswa Makassar melakukan orasi di depan mahasiswa lainnya. Karena terlalu lama, seorang kawannya menyuruhnya untuk berhenti. Namun, mahasiswa itu malah melempar mikrofon ke arah mahasiswa lain sehingga menimbulkan kericuhan.
Empat orang mahasiswa Trisakti yang merasa turut menjadi inisiator dalam acara tersebut pun melerai kericuhan. Namun nahas, keempatnya malah menjadi bulan-bulanan puluhan mahasiswa asal Makassar hingga mengalami luka-luka dan memar di sekujur tubuhnya.
Tak terima diperlakukan seperti itu, keempat mahasiswa itu melapor ke Polrestro Jakarta Timur. Rupanya, peristiwa itu berbuntut panjang. Dini hari kemarin, sekelompok mahasiswa asal Makassar yang menyewa wisma tersebut terlibat bentrok dengan mahasiswa Trisakti. Tidak ada korban jiwa atas insiden itu, tetapi lapak-lapak pedagang yang berada di arena perang antarmahasiswa itu banyak yang pecah.
Sumber : Kompas.com
Menanggapi hal tersebut, Jokowi menekankan perlunya kesempatan berinteraksi antarwarga. "Yang penting itu ruang komunikasinya kok, dimulai dari kampung-kampung. Itulah perlunya ruang publik dan interaksi masyarakat, perlunya intervensi sosial," kata Jokowi saat berkunjung di Kampung Pulo, Jakarta, Selasa siang.
Ia mengatakan, permasalahan tawuran dan bentrok antarwarga itu tidak bisa sehari dua hari diselesaikan. Ia mengajak warga untuk mulai membangun ruang interaksi dari kampung serta memperbanyak ruang publik, ruang komunikasi, dan ruang kreatif bagi warga.
Jokowi mengatakan, masalah tersebut menjadi salah satu perhatiannya selain masalah-masalah lain yang terjadi di kalangan warga, termasuk penataan kampung, monorel, dan pembangunan mass rapid transit (MRT).
Pada Selasa dini hari, bentrok antarmahasiswa di Cawang. Kekerasan itu terjadi dalam sebuah acara mahasiswa bertajuk Rekonsiliasi BEM se-Nusantara yang diselenggarakan di Lantai 8 Aula Universitas Jayabaya, Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur.
Dalam acara yang turut dihadiri perwakilan BEM se-Indonesia tersebut, seorang mahasiswa Makassar melakukan orasi di depan mahasiswa lainnya. Karena terlalu lama, seorang kawannya menyuruhnya untuk berhenti. Namun, mahasiswa itu malah melempar mikrofon ke arah mahasiswa lain sehingga menimbulkan kericuhan.
Empat orang mahasiswa Trisakti yang merasa turut menjadi inisiator dalam acara tersebut pun melerai kericuhan. Namun nahas, keempatnya malah menjadi bulan-bulanan puluhan mahasiswa asal Makassar hingga mengalami luka-luka dan memar di sekujur tubuhnya.
Tak terima diperlakukan seperti itu, keempat mahasiswa itu melapor ke Polrestro Jakarta Timur. Rupanya, peristiwa itu berbuntut panjang. Dini hari kemarin, sekelompok mahasiswa asal Makassar yang menyewa wisma tersebut terlibat bentrok dengan mahasiswa Trisakti. Tidak ada korban jiwa atas insiden itu, tetapi lapak-lapak pedagang yang berada di arena perang antarmahasiswa itu banyak yang pecah.
Sumber : Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar