Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI), Effendi Gazali, menilai gaya bicara keras Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama harus dilakukan secara tepat. Menurutnya, gaya berbicara keras ini tidak dapat dilakukan terus-menerus, tetapi perlu dilakukan di saat yang tepat.
Hal itu disampaikan oleh Effendi terkait perseteruan antara Basuki dan Wakil Ketua DPRD DKI, Abraham Lunggana, dalam beberapa hari terakhir. Basuki dan Lulung, sapaan Lunggana, berbeda sikap tentang penertiban pedagang kaki lima di Tanah Abang. Effendi setuju bahwa kawasan Tanah Abang memang harus ditertibkan. Namun, ia menilai penertiban itu harus dilakukan dalam momen yang tepat. "Momentum penertibannya kurang tepat sebab jelang Lebaran," ujar Effendi sebagaimana dikutip Tribunnews, Sabtu (27/7/2013).
Selain itu, Effendi menyoroti sikap Basuki yang secara terus-menerus menunjukkan sifat keras terhadap PKL. Menurutnya, Basuki semestinya memberikan jeda dalam memberikan pernyataan-pernyataan keras karena hal itu dapat mengundang reaksi keras.
"Cara berkomunikasi Basuki yang low context itu tidak bisa dipakai terus-terusan, seperti menabuh genderang perang. Harus ada jedanya, nanti di mana perlu keras lagi," katanya.
Effendi mengatakan, permasalahan yang terlanjur memanas antara PKL pasar Tanah Abang dengan Pemprov DKI Jakarta menjadi batu ujian Basuki dan Gubernur DKI Joko Widodo. Ia berharap langkah yang diambil oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu menyenangkan seluruh pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar