Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat tampil memberikan motivasi di depan ratusan pengusaha, di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Sabtu (10/11/2012).
Hari ini Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tampil beda. Bukan dari pakaian, gaya rambut, atau aksesori lainnya. Ia tampil beda karena berada di panggung yang tak biasanya.
Setelah hampir sebulan memimpin Ibu Kota, Jokowi selalu disibukkan dengan berbagai rapat dan pertemuan, memimpin upacara, atau rutinitas yang menjadi trademark-nya, yakni blusukan ke kampung-kampung kumuh dan padat penduduk di penjuru Jakarta. Lain dari biasanya, hari ini ia tampil di depan ratusan pengusaha yang menjadi peserta seminar motivator Andrie Wongso. Bukan untuk memberikan arahan atau sosialisasi peraturan baru, tetapi khusus memberikan motivasi dari cerita masa lalunya sebagai pengusaha.
Dalam kesempatan itu, ia bercerita tentang kehidupan masa kecilnya yang akrab dengan kemiskinan. Tinggal di sebuah rumah bersama yang terletak di bantaran sungai di Solo, Jawa Tengah. Jokowi kecil dan orangtuanya sempat pindah beberapa kali, tetapi selalu saja rumahnya berada di dekat sungai.
Cerita loncat ke fase lain di kehidupan Jokowi. Sekitar tahun 1991-1992, ia tengah membangun usaha mebel dan furnitur yang saat itu belum terlalu besar. Modal usahanya waktu itu kira-kira Rp 20 juta. Dengan modal tersebut, Jokowi hanya mampu melakukan ekspor sebanyak satu kontainer per tiga bulan sekali.
Kisah usahanya itu berubah ketika ketekunannya mulai membuahkan hasil. Di tahun yang sama, datang pesanan 18 kontainer dari luar negeri. Setelah melewati perhitungan yang panjang, akhirnya Jokowi memutuskan mengambil peluang tersebut.
"Pesanannya banyak banget, tetapi gimana caranya. Akhirnya saya ajak teman untuk join memanfaatkan peluang. Usaha harus begitu, memberi sinar pada sesama kita," kata Jokowi di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Sabtu (10/11/2012).
Ia menyampaikan, dalam memulai suatu usaha diperlukan sebuah keberanian. Baginya, tak ada yang perlu ditakutkan untuk menjadi wirausaha, langsung terjun, tentunya setelah memiliki kalkulasi yang jelas. "Nyebur saja sudah, artinya memang keberanian itu nomor satu. Tekun saja dan yakin pintu emas itu pasti ketemu," kata Jokowi yang disambut riuh para peserta seminar.
Setelah menjadi wali kota dan gubernur, pendekatan-pendekatan bisnis itu tetap diterapkannya, termasuk membentuk citra pada produk atau layanan yang diberikan. Dalam sejumlah kesempatan, terutama saat kampanye beberapa waktu lalu, Jokowi kerap mengutarakan agar Jakarta sebaiknya memiliki brand yang bersifat positif, bukan cuma macet dan banjirsumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar