Basuki Tjahaja Purnama yang kerap mengeluarkan kata-kata tegas, seperti "komunis" dan "warga miskin tahu dirilah" membuatnya disebut sebagai sosok yang gampang marah. Disebut begitu, Wakil Gubernur DKI Jakarta itu hanya tertawa.
Menurut Basuki, ada alasannya mengapa dia kerap bersikap tegas. Apalagi berhadapan dengan orang keras kepala alias ngeyel.
"Saya enggak sumbu pendek. Saya kira kalau orang dimarahin, ngeyel, enggak ngerti kan," kata Basuki dalam bincang dengan Rosi, seperti dilansir di Youtube.
Dia mencontohkan terkait warga di Waduk Pluit yang meminta macam-macam karena menolak direlokasi. Menurutnya, Pemprov DKI sudah memberikan solusi yang baik, yakni menyediakan rusun untuk tempat tinggal mereka. Namun, hal itu ditolak, dan malah meminta pembagian tanah untuk dibuat rumah.
"Rusunawa aja disewakan, dikasih orang. Apalagi tanah, tanah Jakarta terbatas," cetus pria berkacamata tersebut.
"Kalau kayak gitu, saya minta tolong dudukin aja Monas dan Balaikota. Nanti kalau diusir, minta bagi lahan, lumayan. Mana ada cara bagi lahan kayak gitu, ya saya semprot," tutur dia.
Kata-kata "komunis", ucap dia, terlontar bukan ditujukan untuk warga, tapi LSM yang memanfaatkan warga. Dia mengerti bahwa LSM khawatir jika orang miskin kota menjadi lebih sejahtera sehingga mereka kehilangan yang harus dikerjakan.
"Saya bukan memaki warga, saya memarahi oknum LSM yang mengatasnamakan warga. Ini beda. Jangan-jangan LSM-nya takut, kalau saya sama pak gubernur bisa menghapuskan orang miskin kota. Entar mereka tidak punya pekerjaan," kata Basuki.
"PKI disamakan sama komunis, ya beda. Caranya komunis. Saya disamakan sama Pak Harto, ya ketawa-tawa aja disamakan sama Pak Harto," ujarnya sambil tertawa.
Menurut pria yang akrab disapa Ahok itu, dia dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak akan menjaga wibawa, meski di depan wartawan. Apalagi untuk urusan negara.
"Dia pikirnya Pak Gubernur ama Wakil Gubernur mau jaim. Enggak ada jaim mah kalo urusan negara," cetusnya.
Menurut Basuki, ada seorang satpam yang mengucapkan terima kasih bisa tinggal di Rusun Marunda, meski bekerja di pelabuhan. Walau tempat pekerjaannya jadi jauh, tetapi anak istrinya bisa tinggal di tempat yang lebih baik.
"Lah wong Marunda masih di Jakarta, masih enggak mau dikasih tempat yang enak," imbuhnya.
Sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar