Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie.
Pencalonan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical dalam Pemilu Presiden 2014 masih menimbulkan perdebatan di internal partai berlambang pohon beringin itu. Kini, mulai mengemuka opsi Golkar mengusung calon presiden dari partai lain dengan calon wakil presiden dari internal Golkar.
Ketua DPP Partai Golkar Yorrys Raweyai mengatakan, internal partainya terus mengamati elektabilitas Golkar dan Ical dari waktu ke waktu. Suara Golkar, kata Yorrys, terlihat tidak stabil lantaran kini melorot di bawah bayang-bayang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
"Jika kondisi ini terus terjadi, Golkar tentu harus berkoalisi. Kalau Ical kan sudah final. Dia menutup ruang hadirnya kandidat lain di Golkar. Maka dari internal ada pandangan, kita ajukan saja cawapres untuk dipasangkan dengan capres partai lain," kata Yorrys saat dihubungi Selasa (11/3/2014).
Yorrys mengungkapkan, ada dua nama kader Golkar yang cukup menonjol saat ini, yaitu Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla. Yorrys bahkan melihat sosok Jusuf Kalla atau yang akrab disapa JK bisa saja berpasangan dengan Joko Widodo alias Jokowi.
"Kalau dari survei dan pengamat kan itu pasangan yang sesuai. Beda dengan Ical yang dipasangkan dengan siapa pun juga akan melorot," imbuh Yorrys.
Sementara itu, Akbar Tanjung, kata Yorrys, saat ini memang belum begitu terekspos oleh pemberitaan. Namun, Yorrys melihat Akbar adalah sosok potensial menjadi cawapres.
Yorrys mengaku, sudah muncul keraguan atas elektabilitas Ical yang tak membaik. Jika Ical terus dipaksakan menjadi capres, anggota Komisi I DPR itu pun yakin Golkar tak akan memenangi pertarungan pemilihan presiden.
Jika Golkar tetap ingin memenangi Pilpres, Yorrys berpendapat perlunya digelar rapat pimpinan khusus (rapimnasus) setelah pemilihan legislatif. Rapimnasus itu, katanya, bisa menjadi wadah mengevaluasi pencalonan Ical sebagai presiden.
"Bisa saja pencapresan Ical diubah kalau ternyata suara Golkar kalah. Kalau kalah, kami juga tidak bisa memaksakan ajukan capres bila mau berkoalisi dengan partai yang lebih besar, misalnya PDI-P," pungkas Yorrys.
Sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar