Memutuskan proyek mass rapid transit (MRT) di Ibu Kota bukan hal yang mudah dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Dia mengaku masih perlu didampingi dan diberi banyak nasihat.
"(MRT) Ini kan pertama kali di Indonesia, (kita) belum punya pengalaman di situ sehingga perlu didampingi. Yang mengerjakan rencananya dari Jepang, saya ke Singapura bukan studi banding, tapi meminta advisor (penasihat)," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (1/4/2013).
Atas dasar itu, mantan Wali Kota Surakarta ini beberapa kali menggelar public hearing sebelum memutuskan pembangunan megaproyek tersebut. Dalam public hearing itu, semua pihak diundang, mulai dari unsur masyarakat, LSM, sampai pemerhati transportasi.
Bahkan pada akhir pekan lalu (30-31 Maret 2013), Jokowi mengajak Asisten Gubernur Bidang Pembangunan Wiryatmoko serta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sarwo Handayani ke Singapura untuk bertemu beberapa pihak yang dianggap berpengalaman dengan pembangunan MRT. Jokowi mengaku bertemu perwakilan dari Singapura dan Shanghai (China) selama berada di Singapura.
Jokowi sangat optimistis semua dokumen terkait MRT akan selesai pada pekan ini, dan pembangunannya bakal diputuskan segera setelah dokumen tersebut terpenuhi.
Adapun beberapa persoalan yang masih mengganjal pembangunan MRT adalah belum diumumkannya pemenang tender proyek dan penuntasan pembebasan lahan di sekitar Fatmawati. Bahkan, sebagian warga masih menolak pembangunan MRT di kawasan itu secara layang dan menuntut MRT dibangun dengan konsep bawah tanah (subway).
Mengenai pembiayaan, pemerintah pusat telah memutuskan akan menanggung 49 persen biaya investasi dan 51 persen sisanya ditanggung Pemprov DKI. Pihak pendonor, Japan International Cooperation Agency (JICA), tidak berkeberatan dengan komposisi investasi tersebut.
Sejauh ini, JICA menyetujui peminjaman dana sebesar Rp 15 triliun untuk proyek MRT di ruas Depok-Lebak Bulus sampai Sisingamangaraja dengan konsep jalan layang (luas 9,8 kilometer) dan ruas Senayan sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI) dibangun di bawah tanah dengan luas 5,9 kilometer. Namun, belum ada persetujuan pinjaman untuk ruas berikutnya dari Bundaran HI ke Kampung Bandan (8,1 kilometer).
Sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar