Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.
Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.
Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Senin, 28 Januari 2013
Ahok tiba-tiba kedatangan 38 wanita cantik
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memberikan pembekalan terhadap 38 finalis Putri Indonesia di Balai Agung Pemprov DKI Jakarta. Para finalis itu datang dengan didampingi pendiri Yayasan Putri Indonesia, Mooryati Soedibyo.
Dalam acara tersebut, Ahok memaparkan kendala utama Pemprov DKI dalam merealisasikan program yakni soal anggaran.
"Kami sangat senang, Pak Gubernur ke Istana. Pembekalan ini tentang Jakarta, bahkan solusinya dari zaman Ali Sadikin sudah tahu DKI kalau masalahnya, kenapa tidak dilakukan sejak dulu? Ya anggaran tidak cukup," kata Ahok dalam sambutannya di Balai Kota Jakarta, Senin (28/1).
Ahok mengatakan, jika kepala daerah lurus maka secara otomatis bawahannya akan mengikuti. "Kami punya keyakinan kalau kepalanya lurus pasti bawahannya lurus. Kata pak Gubernur kalau dia (bawahan) dari Solo, mau Solo mau Belitung pecat saja jika salah," katanya.
Ahok lantas menjelaskan kepada Mooryati Soedibyo soal suaranya yang tinggi saat berbicara. Menurutnya, suara tinggi merupakan stylenya, jadi bukan karena dia galak.
"Bu Moeryati Soedibyo, saya sudah lebih jinak dan halus. Kata istri saya, saya seperti bukan nonton suami saya. Saya tidak begitu suka wartawan kadang ikutin saya," jelasnya.
Mantan anggota DPR ini meminjam perkataan seorang filsuf China, Lao Tze. Menurutnya, Lao Tze pernah berujar salah satu syarat agar sebuah negara berhasil dilihat dari area wilayah, pertahanan.
Namun, kondisi di Indonesia berbeda yakni ada sikap saling tidak percaya. "Persoalan kita sekarang bukan tidak ada orang baik, jumlahnya kurang kalau bicara demokrasi harus banyak," katanya.
Selain dihadiri oleh 38 finalis, dan pendiri Yayasan Putri Indonesia Mooryati Soedibyo, pertemuan itu juga dihadiri Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ari Budiman, Asisten Gubernur bidang Pariwisata Sukestik.
Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan sesi tanya jawab dari para finalis kepada Ahok seputar persoalan ibu kota.
sumber: merdeka.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar