Oleh : Ilyani Sudardjat
Kemarin ketika habis belanja minyak kayu putih, minyak telon, sabun dan lain lain, untuk kebutuhan pengungsi banjir, kami naik taksi ke lokasi pengungsi di daerah Pengadegan. Pak supirnya ramah sekali, langsung mengajak ngobrol.
Yang pertama dia menekankan bahwa banjir ini tidak bisa disalahkan pak Jokowi. Karena pak Jokowi kan belum lama jadi Gubernur. Dan hari ini pas hari ke-100 Jokowi menjabat. Yah, kira kira baru 3 bulan lebih beberapa hari deh.
Kemudian, dengan semangat, pak supir juga mengatakan bagaimana pak Jokowi sebagai pemimpin sudah melakukan yang sebaik baiknya bagi warga Jakarta.
'Bayangkan, pak Jokowi tidak tidur setiap hari, paling cuma 2 jam, karena memikirkan rakyatnya. Belum lagi tiap hari siang malam datang ke lokasi banjir untuk memastikan bahwa pekerjaan mengatasi banjir sudah dilakukan sebaik baiknya. Pak Jokowi bahkan ikut membantu mengangkat batu untuk mengatasi tanggul yang jebol itu. Tanggul itu kan sebenarnya urusan pusat, tetapi pak Jokowi mengerjakannya!" kata pak supir lagi.
Aku manggut-manggut dengerinnya. Tahu darimana ya pak supir? Apa aku yang kuper jarang menonton tv? Dan apa benar pak Jokowi ikut bantuin mengangkat batu? Kalau benar, alhamdulillah, diberkatilah Jakarta mempunyai pemimpin seperti itu.
Jadi inget, Nabi SAW juga ikut mengangkat batu, ketika menyiapkan parit untuk pertahanan Khandak. Atau Umar ra yang memanggul sendiri karung gandum ke rumah seorang penduduk, ketika mengetahui penduduknya ada yang kelaparan. Dan Ali ra yang memberi makan orang miskin, walaupun dia juga tidak punya makanan untuk dimakan hari itu.
Pak supir kembali meneruskan. Bahwa sekarang ini di Indonesia tidak ada pemimpin seperti pak Jokowi. Yang benar benar bekerja untuk rakyat. Tidak jaim. Tidak peduli omongan orang. Ikhlas bekerja untuk rakyat. Keikhlasan yang tidak perlu dilisankan oleh pak Jokowi. Tetapi rakyat, atau paling tidak pak supir ini bisa menilainya sendiri.
Dan pak supir juga bilang, gimana dia gemes sekali dengan anggota DPRD yang menghalangi Jokowi masalah APBD itu. Eh, kalau soal DPRD ini aku yang ngomporin deh, hehee. Soalnya memang keterlaluan tuh, beberapa parpol yang memperlambat pembahasan APBD dengan alasan yang terlalu dicari cari. Padahal se-Indonesia ini, tinggal provinsi DKI yang belum ketuk palu APBD nya.
Makanya pak supir dengan semangat menyatakan, rakyat seharusnya bergerak mendemo DPRD kalau menghambat kerja Jokowi. Rakyatlah yang harus bergerak jika Jokowi dihambat birokrasi.
Ketika pak supir mengatakan ini, aku merasa, pembelaan dia terhadap Jokowi juga tulus dari seorang rakyat kepada pemimpinnya. Apakah terlalu lebay, atau memang begitulah adanya. Terhadap seorang pemimpin yang rela blusukan untuk mengetahui riil yang terjadi dan memberikan empati kepada rakyatnya.Rela masuk gorong gorong, untuk melihat jeleknya kualitas pembuangan air disini.
Dan tidak peduli ketika media menyebut ini pencitraan lah. Atau tidak perlu lah pemimpin seperti ini, cukup delegasi ke anak buah. Tetapi seperti kata pak Jokowi, blusukan itu ibarat membuka pintu. Selanjutnya tentu dinas terkait yang harus meneruskan untuk memperbaiki sistemnya.
Ketika kami sampai, sebenarnya pak supir masih semangat cerita. Tetapi intinya, yups, aku sudah tahu, dan aku terharu saja, kalau ada seorang kawulo, seperti aku juga, dan banyak rakyat Jakarta lainnya, begitu mencintai pemimpinnya seperti ini.
100 hari Jokowi-Ahok, insya Allah kedepan akan semakin baik lagi. Apalagi jika rencana-rencana besar yang memang telah matang kajiannya, dieksekusi untuk dilaksanakan. Seperti kata Jokowi, bukan saatnya lagi merencanakan, tetapi implementasinya yang kudu serius!
Sumber : http://sosok.kompasiana.com/2013/01/22/cerita-supir-taksi-tentang-jokowi-521837.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar