Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Senin, 18 Februari 2013

5 Langkah Jokowi-Ahok agar kasus bayi Dera tak terulang

5 Langkah Jokowi-Ahok agar kasus bayi Dera tak terulang

Seorang bayi bernama Dera Nur Anggraini mengembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (16/2). Dera meninggal pada pukul 18.00 WIB di Rumah Sakit Zahira, Jakarta Selatan.

Dera yang lahir secara prematur meninggal akibat mengalami masalah dengan pernapasan karena ada kelainan pada kerongkongannya. Karena di rumah sakit tersebut tidak mempunyai alat memadai, dokter di Rumah Sakit Zahira menyarankan agar dirujuk ke rumah sakit lain.

Menurut ayah Dera, Elias Setya Nugroho, bayi kembar yang dilahirkan istrinya sempat ditolak di 10 rumah sakit. Hal itu pula yang membuat Dera akhirnya meninggal dunia sebelum sempat ditolong.

Kasus bayi Dera kembali menyadarkan masyarakat sulitnya mendapat akses kesehatan bagi warga miskin. Elias yang cuma penjual sandal mengaku tak punya belasan juta sebagai jaminan untuk berobat di RS swasta.

Maka kembali pelayanan kesehatan yang mahal, lama dan buruk memakan lagi korban seorang anak tak berdosa.

Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama tak mau kasus serupa terulang. Mereka pun menyiapkan sejumlah langkah. Apa saja yang dilakukan mereka?

1. Jokowi terjun cek kondisi RS

Jokowi langsung mengecek ke sejumlah RS saat mendengar kabar ada bayi Dera yang meninggal berobat karena ditolak. Jokowi ingin memastikan RS yang menolak bayi malang tersebut benar-benar penuh. Bukan karena masalah biaya.

"Sebetulnya memang ada lonjakan pasien yang luar biasa besarnya. Hampir 70 persen lonjakannya dibandingkan sebelumnya. Sehingga kamar-kamar itu penuh. ICU juga penuh. Itu di lapangan yang kita lihat," ujar Jokowi di Balai Kota Jakarta, Senin (18/2).

Jokowi tak cuma merasa cukup mendengar laporan bawahannya. Dia memilih terjun langsung mengecek malam-malam.

"Tadi malam langsung saya cek, persoalannya apa sampai enggak diterima. Karena itu memang kondisi bayi ada problem di ini. Kemudian apanya, ICU-nya penuh, kamar juga penuh. Memang ini kondisi real yang perlu kita sampaikan," jelasnya.

2. Jokowi mau tambah kamar kelas III dan ICU

Jokowi mengatakan sistem Kartu Jakarta Sehat sudah berjalan. �Yang menjadi masalah memang kondisi Rumah Sakit yang belum memungkinkan untuk menerima pasien.

Ruangan kelas III yang khusus menampung pasien KJS masih dirasa kurang. Apalagi saat pasien membludak.

Jokowi mengaku solusi untuk kejadian ini dengan menambah ruangan rawat inap kelas III dan ICU. Jokowi telah menelepon Kepala Dinas Kesehatan Dien Emawati untuk segera menambah kamar dan ICU.

"Ya solusinya tambah, tadi pagi sudah telepon ke Kadis Kesehatan cepet tambah kamar, ruang ICU. Kalau tidak problem-problem seperti itu, lonjakannya gede sekali 70 persen. Kan gede sekali," terangnya.

3. Ancam beri sanksi RS yang tolak pasien miskin

Jokowi memastikan tak ada RS yang menolak pasien miskin. Dia siap memberikan sanksi jika ternyata pihak RS menolak merawat bayi Dera karena tak ada biaya.

Kini Jokowi masih mengumpulkan fakta-fakta terkait perawatan bayi Dera.

"Saya suruh ngumpulin. Saya beri sanksi kita bertanya kalau penuh bener gimana. Ini realnya saya suruh cek."

4. Ahok terapkan sistem online untuk RS

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan, Pemprov DKI Jakarta segera menerapkan sistem online dalam pelayanan kesehatan di DKI agar kasus ditolaknya bayi Dera Nur Anggraini di lima rumah sakit tidak terulang.

Sebab, jika pasien mencari rumah sakit rujukan sendiri maka akan mengalami kesulitan.

"Itu yang saya bilang, kalau kita enggak bikin sistem online, semua rumah sakit atau apa itu kita enggak bisa, mesti dipaksakan rumah sakit tidak boleh minta pasien nyari sendiri, dia mana tahu enggak ada data," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (18/2).

Dengan sistem online, semua rumah sakit akan terpantau sehingga tahu rumah sakit mana yang kosong.

"Misalnya orang di ICU-kan, dia penuh kamu datang, rumah sakit tolak. Masak orang yang sudah dipasangin ICU, dicopoti bisa mati dong. Ya logika itu. Makanya kita siapin yang 119, info nyatu kelihatan, rumah sakit mana yang kosong, nah orang ini dianter ke sana," jelasnya.

Setelah menggunakan sistem online, rumah sakit harus dipaksa untuk mencarikan rujukan jika rumah sakit yang dituju sudah penuh. Sehingga, rumah sakit dapat memberikan referensi rumah sakit yang masih kosong untuk dipesankan tempat rawat inap.

5. Hibahkan miliaran rupiah untuk ruang pasien miskin

Ahok menjelaskan, nantinya Pemprov DKI akan mendorong setiap rumah sakit untuk membangun 75 persen ruang rawat inap kelas III. Sebab, nantinya Pemprov akan menghibahkan peralatan dengan besaran miliaran rupiah untuk rumah sakit tersebut.

"Makanya saya bilang ke kepala dinas kesehatan, siapa pun yang bangun rumah sehat kita kasih lepas, kalau dia bisa kasih kita 75 persen, kami pun akan hibahkan alat miliaran rupiah kepada mereka," katanya.

"Kalau kita hitung sampai setengah orang Jakarta tidak mampu berobat berarti rata-rata mereka mau di kelas III, nah ini yang membuat kekurangan," imbuhnya.

Saat ini, sudah ada 85 rumah sakit yang telah melakukan perjanjian dengan Pemprov DKI dalam penerapan sistem online. Selain itu, juga akan melanjutkan sistem Askes untuk pasien kelas III.

Sumber : merdeka.com


Jokowi: Pejabat hasil perombakan kerjanya lebih cepat

Jokowi: Pejabat hasil perombakan kerjanya lebih cepat

Pemprov DKI Jakarta melakukan rotasi besar-besaran di jajaran SKPD juga wali kota Jakarta Selatan, pekan lalu. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyatakan formasi yang sekarang sudah mantap.

"Enggak ada evaluasi, pokoknya udah bagus yang itu," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Senin (18/2).

Jokowi menyatakan belum ada rencana mengevaluasi mereka-mereka yang baru saja dilantik. Meski demikian, dia akan terus memantau kinerja mereka dan memberikan target waktu yang telah ditetapkan.

"Untuk evaluasi pertama enam bulan, nanti evaluasi kedua enam bulan selanjutnya. Tapi menurut saya yang ini kelihatannya lebih cepet," kata Jokowi.

Mantan wali kota Solo ini menegaskan belum berminat mengambil ahli dari luar untuk di tempatkan di jajaran birokrasinya. Jokowi percaya anak-anak buahnya adalah orang-orang handal dan mumpuni.

"Siapa yang menjamin dari luar lebih baik, wong di dalam SDM kita juga baik-baik," tegasnya.

Saat kembali didesak menjelaskan alasan pemecatan mantan Wali Kota Jakarta Selatan Anas Effendi, Jokowi minta hal itu tidak dipersoalkan lagi. Sebab, Anas sendiri masih diberi kedudukan sebagai kepala perpustakaan dan arsip daerah.

"Enggak, enggak ada," singkatnya.

Sumber : merdeka.com

Minggu, 17 Februari 2013

Jokowi: Warga Bantaran, Pelan-Pelan Ya..

Jokowi: Warga Bantaran, Pelan-Pelan Ya...
Joko Widodo memberikan bantuan berupa alat tulis bagi warga Cipinang Melayu.

Kerisauan yang dirasakan warga bantaran Sungai Ciliwung atas relokasi tempat tinggal mereka terjawab sudah. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akan mulai melakukan sosialisasi relokasi terhadap warga bantaran bulan Maret 2013 yang akan datang.

"Pelan-pelan ya. Kita sedang olah. Awal Maret baru kita masuk," ujar Jokowi saat mengunjungi warga Cipinang Melayu, Makassar, Jakarta Timur, Minggu (17/2/2013) siang.

Pria yang telah menjabat sebagai gubernur lebih dari empat bulan itu melanjutkan, hal-hal yang dipersiapkan adalah materi sosialisasi, sistem relokasi warga dan sebagainya. Menurutnya, kebijakannya perlu diformulasikan lebih baik agar tidak menimbulkan persepsi buruk bagi warga.

"Nanti lurah, camat, wali kota, gubernur yang sosialisasi, turun semua agar bahasanya sama. Sedang kami rumuskan," lanjut Jokowi.

Kapasitas Rusun Kurang

Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Jakarta Timur, HR Krisdianto, memprediksi rumah susun yang disediakan tidak sesuai dengan kapasitas warga bantaran sungai. Oleh sebab itu, pihaknya akan terus berupaya mencarikan solusi atas permasalahan tersebut.

"Ada 7.000 kepala keluarga yang harus dipindahkan. Baru ada empat rusun. Ke depan, kita akan cari lahan-lahan kosong atau kita arahkan lintas wilayah," ujar Krisdianto.

Sementara, terkait rumah susun di Cipinang Besar Selatan, Jatinegara Jakarta Timur, sebanyak dua dari tiga tower yang ada diketahui dalam kondisi tak lengkap. Pasalnya, instalasi listrik rumah susun tersebut dicuri. Kris mengatakan, pihaknya akan menyelesaikan permasalahan itu dengan melakukan koordinasi dengan pengembang dan suku dinas perumahan.

Sumber: kompas.com

Kelelahan, Jokowi "Tumbang" di Lapangan Futsal

Kelelahan, Jokowi "Tumbang" di Lapangan Futsal
Joko Widodo memberikan bantuan berupa alat tulis bagi warga Cipinang Melayu.

Penonton pertandingan futsal yang diikuti Joko Widodo sempat panik saat Gubernur Jakarta itu tampak kelelahan lalu terlentang di sisi lapangan di Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (17/2).

Peristiwa terkulainya Joko Widodo atau Jokowi itu berawal dari keikutsertaannya dalam pertandingan persahabatan di sela turnamen dengan rekan-rekan wartawan. Berbaju putih berkerah, celana pendek dan sepatu olahraga layaknya atlet, Jokowi tampak mahir mengolah si kulit bundar. Kehadirannya menjadi daya tarik tersendiri bagi pemain di lapangan serta para penonton.

Para penonton tampak antusias menyaksikan Sang Gubernur bertanding bola. Pemain satu tim dengan dia kerap menjadikan Jokowi sebagai sasaran operan bola. Suasana pun meledak ketika Jokowi berhasil mencetak gol dengan memanfaatkan umpan tarik dari sisi kanan gawang.

Setelah melakukan selebrasi kecil-kecilan dengan beberapa pemain, Jokowi yang tampak kelelahan langsung menepi ke pinggir lapangan dan tidur terlentang.

"Aduh, nggak sanggup lagi saya," kata Jokowi sambil terengah-engah.

Tentu saja peristiwa itu membuat panik panitia, pemain dan ajudannya. Beberapa orang langsung berlari ke arah Jokowi, hendak memberi dia minuman.

Namun, Jokowi ternyata langsung bangkit dan memutuskan untuk menyudahi permainan. "Dari dulu sebenarnya saya suka main futsal, tapi saya kecapekan, tadi muter- muter dari pagi," ujar Jokowi usai berganti pakaian.

Sejak Minggu pagi, agenda Jokowi memang padat. Pukul 07.00 WIB, Jokowi menemani rekan separtainya, Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki menggelar kampanye pemilihan gubernur Jawa Barat di Depok. Usai menjadi juru kampanye, Jokowi menyempatkan diri blusukan dan memberikan bantuan kepada para korban banjir akibat tanggul jebol di Cipinang Melayu. Setelah itu, ia hadir pada turnamen futsal di GOR Rawamangun, Pulogadung, itu. Di sanalah, Jokowi tumbang.

Sumber : kompas.com