Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Sabtu, 06 April 2013

Camat dan Lurah Galau Hadapi Komputerisasi Lelang Jabatan

Petugas loket pelayanan umum di Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, melayani warga yang mengurus surat-surat, Rabu (3/4/2013). Salah satu tujuan lelang jabatan adalah untuk mencari pemimpin yang punya kompetensi tinggi sehingga bisa membangun pelayanan publik yang baik.


Sejumlah camat dan lurah di Jakarta Selatan menyampaikan kegelisahannya terkait pelaksanaan lelang jabatan atau seleksi dan promosi terbuka camat dan lurah. Hal tersebut mereka sampaikan pada acara Sosialisasi Pelaksanaan Seleksi Terbuka Camat dan Lurah di kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jumat (5/4/2013) sekitar pukul 15.00 WIB.

Dalam acara tersebut, semua camat dan lurah se-Jakarta Selatan berkumpul untuk mendapatkan penjelasan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diwakili Kepala Bidang Pengembangan Karier Badan Kepegawaian Daerah DKI Jakarta Khaidir serta perwakilan dari Departemen Sumber Daya Manusia Mabes Polri Komisaris Besar Solihin. Tampak hadir pula Wali Kota Jakarta Selatan Syamsuddin dan Sekretaris Kota Usmayadi.

Lurah Gandaria Utara Lukmansyah menyampaikan keluhan terkait banyaknya camat maupun lurah senior yang tidak memahami cara bekerja dengan komputer. Padahal, seleksi lelang jabatan hampir seluruhnya menggunakan sistem komputerisasi. "Jadi kami harus gimana, apa boleh membawa joki? Saya sampaikan di sini agar kami mendapat solusi sehingga tidak bingung saat pelaksanaannya nanti," kata Lukman.

Hal serupa diutarakan oleh Mundari, Lurah Cilandak Barat. Ia berharap agar panitia dapat mengizinkan peserta membawa pendamping, terutama bagi peserta yang tidak memahami cara kerja komputer. Cabat Tebet Edi Suherman mempertanyakan kejelasan nasib para camat dan lurah definitif apabila nantinya mereka tidak dapat lolos seleksi. "Seandainya kami tidak dapat lolos seleksi, nanti kami mau dikemanakan?" ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Khaidir mengatakan bahwa pada tahap awal lelang jabatan, yaitu tahap seleksi administrasi, para peserta masih diizinkan untuk ditemani pendamping. Khaidir juga memberikan semangat kepada para calon peserta lelang jabatan agar tetap yakin dapat melewati tahapan-tahapan seleksi dan mempersiapkan diri sematang mungkin.

"Jangan gamang tidak lulus, jabatan kan juga tidak kekal. Jabatan sifatnya hanya titipan. Jadi, lurah dan camat definitif jangan galau. Kalau yakin, pasti lulus," kata Khaidir.

Proses lelang jabatan akan dimulai serentak di seluruh DKI Jakarta pada Senin (8/4/2013). Tercatat ada 44 posisi camat dan 267 kursi untuk lurah yang dibidik dalam proses seleksi terbuka tersebut. Berdasarkan data dari BKD Pemprov DKI Jakarta, jumlah PNS yang layak mengikuti lelang jabatan untuk posisi camat sebanyak 2.731 orang dan peserta pelamar lurah sebanyak 3.332 orang.

Lelang jabatan akan dimulai dengan tahapan seleksi administrasi. Untuk posisi camat, peserta harus memenuhi kriteria usia maksimal 52 tahun, jenjang kepangkatan minimal III-D dan paling tinggi IV-B dengan eselon terendah III-C dan tertinggi III-B. Adapun untuk posisi lurah, usia peserta maksimal 52 tahun, jenjang kepangkatan minimal III-C dan paling tinggi III-D dengan eselon terendah III-D dan tertinggi III-C.

Setelah lulus seleksi administrasi, para peserta lelang jabatan akan maju ke tahap uji kompetensi bidang. Di sini para peserta akan diuji pengetahuannya seputar komunikasi, kewilayahan, pemerintahan, analisis risiko, pemecahan masalah, serta membangun kerja strategis. Apabila lulus pada tahap uji kompetensi bidang, para peserta akan maju ke tahap uji kompetensi manajerial. Para peserta akan menghadapi tes tertulis, menyampaikan visi dan misi, tes psikologi, tes kepemimpinan, dan wawancara.

Apabila ketiga tahap tersebut dapat dilalui, maka para peserta tinggal menghadapi tahap terakhir, yaitu uji kesehatan dan verifikasi dokumen. Dalam pelaksanaan lelang jabatan, Pemprov DKI Jakarta mengadakan kerja sama dengan Polri maupun sejumlah perguruan tinggi untuk pengadaan soal dan tempat dilaksanakannya tes.

Sumber: kompas.com

Perlukah Jokowi Tiga Kali Meminta?

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sesaat sebelum menyusuri Sungai Ciliwung bersama Kopassus, di Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (5/4/2013).

Semua tentu ingin memiliki Ibu Kota negara yang indah, modern tapi ramah. Tapi apa daya, DKI Jakarta belum mampu menjadi kota seperti itu. Secara estetika masih menyedihkan, belum lagi ketimpangan sosialnya seakan membenarkan bahwa kota ini memang benar-benar keras.

Sebagai Gubernur, Joko Widodo beberapa kali menyampaikan keresahannya. Dia khawatir, bila tak segera dibenahi, Jakarta akan menjadi kota yang kumuh dan suram, dengan masa depan yang tak kalah suram. Setidaknya, dua kali pria yang akrab disapa Jokowi itu meminta hal yang sama di dua momen besar yang berbeda.

Pertama, keresahannya dia lontarkan, Rabu (19/12/2012). Masa-masa bulan madu, sekitar dua bulan setelah dia dilantik menjadi Gubernur DKI. Di kantor Wali Kota Jakarta Pusat, di depan semua lurah dan camat se-Jakarta Pusat, Jokowi membeberkan potret hasil bidikannya selama berkeliling, blusukkan. Dia menampilkan foto yang mewakili sedikit masalah Ibu Kota. Seperti taman yang rusak, coretan liar di dinding, dan pedagang kaki lima yang menjamur di tempat tak seharusnya. Dia meminta semua memiliki rasa tanggung jawab dan tak saling melemparnya.

Potret yang ditampilkan Jokowi saat itu membuat semua lurah dan camat seperti tak bisa berkelit. Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah langsung berjanji dalam waktu satu pekan wilayahnya bebas dari coretan liar di dinding kota. "Kalau dicoret, ya cat. Lebih kuat mana, yang nyoret atau yang ngecat? Yang nyoret kan anak-anak, kita punya anggaran, masa kita kalah? Optimislah, kita pasti bisa," kata Jokowi, waktu itu.

Di kesempatan kedua, Jokowi meminta hal yang sama. Namun, saat ini lebih sakral karena permintaan itu dikaitkan dengan kado untuk Hari Ulang Tahun (HUT) ke-486 Kota Jakarta yang jatuh pada 22 Juni 2013. Permintaan itu disampaikan pada Jumat (5/4/2013) sore, di ruang rapat pimpinan utama, Gedung Balai Agung, Balaikota Jakarta.

Sejumlah bawahan dan mitra kerja diundang dalam rapat koordinasi penanganan kebersihan dan keindahan prasarana jembatan, jalan layang, dan underpass dalam rangka peringatan HUT ke-486 Kota Jakarta. Hadir di rapat tersebut, Kepala Bappeda DKI Sarwo Handayani, Kepala BPKD Endang Widjayanti, Kepala Dinas Perhubungan Udar Pristono, Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Widyo Dwiyono Budi, perwakilan Jasa Marga, Jakarta Propertindo, dan lainnya.

Dalam kesempatan itu, mantan Wali Kota Surakarta ini menunjukkan potret serupa, dan meminta permintaan yang sama. Jokowi kembali memunculkan potret mengenai coretan liar, tiang-tiang fly over dan pembatas jalan yang kusam karena bertahun-tahun tak dicat, kondisi taman di jalan tol dan non-tol yang tak terawat, papan reklame liar, dan kekumuhan Jakarta lainnya.

Dalam paparannya, Jokowi menampilkan potret fly over Tubagus Angke, fly over Cawang-Tanjung Priok, dan pembatas jalan di Tol Jagorawi. Sebagai perbandingan, dia menampilkan kondisi fly over di Singapura yang bersih, dan tiangnya ditumbuhi tanaman rambat.

"Kalau seperti ini semua (menunjukkan foto fly over di Jakarta) ya suram, masa depannya juga bisa suram. Saya minta hadiah ulang tahun semuanya dicat. Saya minta sebelum ulang tahun, supaya kota ini terkesan lebih ramah," ujar Jokowi, kemarin.

Sebenarnya, geliat membenahi dan menata kota telah mulai tampak di seluruh wilayah Jakarta. Pembersihan coretan liar dan penataan taman terlihat di beberapa kesempatan, di sejumlah ruas jalan. Namun, tugas besar berikutnya adalah pemeliharaan serta penjagaan agar semuanya tetap bersih dan terawat.

Sadar dengan itu, Jokowi meminta Satpol PP untuk terjun dan melibatkan diri lebih jauh. Tak hanya menjaga ketertiban di tempat-tempat umum, tapi dirinya juga sempat mengeluarkan wacana untuk menempatkan beberapa personel Satpol PP khusus untuk mengamankan Jakarta dari aksi para pencoret liar. Terutama di bawah fly over Cawang-Tanjung Priok yang dianggap Jokowi sebagai daerah paling memerlukan perhatian khusus.

Semangat membenahi kota, terlebih di momen besar HUT ke-486 Kota Jakarta, tentunya harus ditunjukkan oleh semua pihak terkait. Waktunya unjuk gigi, gigih mewujudkan Jakarta yang bersih dan lebih ramah. Kecuali, jika ingin Jokowi meminta untuk ketiga kalinya.

Selasa, 02 April 2013

Saat Jokowi Pamer Kesombongan

Saat Jokowi Pamer Kesombongan  Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Sosok pemimpin Jakarta Baru begitu akrab dengan masyarakat. Pembawaannya yang ramah dan tidak elitis membuat dirinya sangat dikenal, bukan hanya oleh warga Jakarta, tapi sampai ke pelosok daerah penyangga di luar Jakarta.

Di banyak kesempatan, Gubernur DKI Jakarta ini sering mengeluarkan "joke-joke" segar. Entah dengan warga, dengan pejabat lain, atau dengan para awak media.

Hari ini, Selasa (3/4/2013), Jokowi memberikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke 52 tahun 2013, Wisuda Sarjana dan Magister, Universitas Prof Dr Moestopo Beragama, di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat. Semua yang hadir di tempat acara sangat antusias menanti dan mendengarkan orasi ilmiah mantan Wali Kota Surakarta itu.

Ia memberikan materi mengenai kewirausahaan, berbagi pengalaman segar, dan satu hal yang langka adalah saat Jokowi menyampaikan kesombongannya.

Ya, dengan jujur, Jokowi mengaku dirinya sadar tengah berkata sombong. Menurutnya, sesekali tak apa menyombongkan diri, walau semua dikatakan dengan nada bercanda.

"Jokowi itu trend setter, bukan follower. Sombong, kan? Sesekali bolehlah sombong," kata Jokowi disambut tawa riuh seluruh wisudawan dan tamu yang hadir di acara itu.

Guyonan Jokowi itu disampaikan terkait dengan materi wirausaha yang disampaikannya. Ia mengaku tak khawatir ada orang lain yang meniru produk-produk mebel yang digelutinya. Dengan semangat inovasi, ia nyatakan semua tak perlu takut untuk ditiru, karena baginya para peniru tak akan melebihi kemampuan orang yang ditirunya.

"Ya, enggak mungkin follower bisa melebihi trend setter-nya," ujar Jokowi yang terus mendapat tepuk tangan.

Dalam orasi ilmiahnya, Jokowi banyak menyampaikan pengalamannya selama menjadi pejabat publik. Ia juga menitip pesan pada seluruh wisudawan untuk membuka lapangan pekerjaan dan tidak takut untuk memulai suatu usaha.

Di kesempatan itu, sebanyak 911 wisudawan dan wisudawati hadir, dari program Sarjana Strata 1 dan Pascasarjana. Hadir juga di lokasi, Wali Kota Jakarta Pusat Syaifulloh, dan Kepala Dinas Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto.

Ini yang Bikin Jokowi Geram pada Bank Dunia

Ini yang Bikin Jokowi Geram pada Bank Dunia
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersama Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi DKI Jakarta, Blucer W. Rajagukguk seusai acara penyerahan laporan keuangan Pemprov DKI Jakarta Tahun Anggaran 2012, di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Kamis (28/3/2013).

Syarat Bank Dunia (World Bank) untuk pinjaman Rp 1,2 triliun terkait program normalisasi 13 sungai membuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berpikir ulang. Dia pun membeberkan keberatannya pada syarat Bank Dunia itu.

Jokowi menyampaikan, pihak Bank Dunia meminta proses relokasi warga di bantaran sungai dijamin penuh hak-haknya. Padahal, menurut dia, dirinya sudah pasti akan bertanggung jawab dan menjamin semuanya.

Selain itu, Bank Dunia juga meminta Pemerintah Provinsi DKI untuk menjamin seluruh warga yang direlokasi tidak menjadi lebih miskin setelahnya. Jokowi menilai bank Dunia terlalu dalam mencampuri urusan Jakarta.

"Rumit (syaratnya). Ya pastilah, kita ini bapaknya mereka kok. Tapi enggak usah terlalu rinci," kata Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (2/4/2013).

Selain itu, syarat yang paling dianggap tidak rasional adalah permintaan Bank Dunia pada Pemerintah Provinsi DKI untuk menjamin semua warga yang direlokasi agar tetap memiliki pekerjaan. Padahal menurut Jokowi, proses normalisasi sungai bisa dilakukan secara bertahap. Mulai dari relokasi, dan kemudian menyalurkannya ke dunia kerja.

"Jaminan kayak gitu ya kapan relokasinya rampung," ujarnya.

Sumber: kompas.com