Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengemban tugas berat. Apalagi, ekspektasi warga Jakarta terhadap Jokowi sangat besar. Dia dituntut mengubah Jakarta dari kota yang semrawut menjadi kota yang lebih manusiawi.
Berbagai kebijakan siap diambil oleh Jokowi. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Namun, Jokowi jalan terus. Dia bahkan siap pasang badan dan ambil risiko atas kebijakan yang diambil. Berikut ini tiga momen ketika Jokowi siap pasang badan dan ambil risiko atas kebijakan yang diambil.
1. Pelat ganjil genap
Jokowi sepakat dengan rencana penerapan pelat nomor ganjil genap pada Maret 2013. Menurut dia, harus berani mengambil kebijakan radikal untuk mengatasi kemacetan Jakarta.
"Kalau kita nggak punya sebuah kebijakan yang radikal, berani seperti itu, ya gak akan selesai-selesai. Problemnya itu kan masalah jalan yang harus dilebarin, karena kendaraan tiap hari tuh tambahnya nggak sedikit. Yang motor 1.400, mobilnya 450, kalo didiemin ya nggak ada habisnya, sehingga menurut saya itu kebijakan yang harus diterapkan," kata Jokowi.
Dia menambahkan, siap menghadapi resistensi publik. "Ya setiap kebijakan pasti ada risikonya, tapi kalau nggak berani melakukan ya gak usah jadi pemimpin, masak mau enak-enak aja, yang nyenengin terus," tegasnya.
2. Soal MRT
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan memutuskan pembangunan megaproyek mass rapid transportation (MRT) dan monorail pada akhir tahun ini. Pria asal Solo itu berjanji dirinya akan memutuskan dengan segala risiko yang terjadi.
"Sebelum akhir tahun akan diputuskan dengan segala risikonya," ujarnya di Istora Senayan, Minggu (2/12).
Meskipun Jokowi sempat mengaku kesulitan, dia tetap akan memutuskan pembangunan megaproyek ini. Sesulit apapun, Jokowi menyatakan tidak akan menyerah. Dirinya siap menerima risiko apapun jika itu benar-benar untuk kepentingan masyarakat.
"Kalau pemimpin ga mau ambil risiko jangan jadi pemimpin. Tapi kalau untuk kepentingan masyarakat, kenapa harus takut. Kalau dalam keputusan itu saya tidak ambil serupiah pun kenapa takut," jelasnya.
3. Soal upah buruh
Dalam penerapan upah minimum untuk buruh, Jokowi mengaku mengambil keputusan yang tentu tidak bisa memuaskan banyak pihak. Jokowi mengaku berani mengambil risiko itu.
"Kemarin sudah saya undang semuanya kok. Pengusaha Apindo sudah saya undang, serikat buruh juga kita undang, dewan pengupahan juga kita undang. Artinya, hal yang sudah kita putuskan, jangan sampai nanti ada yang ramai lagi. Kan sudah kita putuskan. Kalau masalah puas atau tidak puas ya sulit. Nanti kalau saya putuskan 1,9 juta pasti dari serikat ramai, saya putuskan 2,7 pasti juga pengusahanya ramai. Jadi gak akan memuaskan semua pihak. Tapi yang saya putuskan itu sudah melalui kalkulasi yang adil lah," kata Jokowi.
Sumber : merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar