Tidak dapat diragukan lagi bahwa Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama julukan JOKOWI merupakan sosok yang saat ini cukup fenomenal di Indonesia. Jokowi adalah mantan Walikota Surakarta ini telah menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat luas, semenjak dirinya mempopulerkan mobil SMK beberapa saat yang lalu.

Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini semakin menjadi perbincangan masyarakat ketika secara resmi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk DKI Jakarta yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDI-P) yang berkolaborasi dengan Partai Gerindra.
Dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang juga sering dijuluki sebagai Ahok.



Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sebenarnya sudah lebih duluan populer dimata masyarakat Solo. Terbukti selama 2 priode terakhir menjabat sebagai Walikota di Surakarta, Jokowi telah mampu melakukan perubahan yang sangat pesat di kota ini. Dibawah kepemimpinan Jokowi, Kota Solo telah menjadi branding dengan slogan Kota, yaitu "Solo: The Spirit of Java".
Baca biografi lengkap beliau DISINI

Baca biografi wakil beliau ( AHOK ) DISINI

Sabtu, 07 Desember 2013

Bagaimana Cara Jokowi Mengelola Ribuan Keluhan Warga?

Gubernur Jakarta Joko Widodo meninjau Waduk Tomang Barat, Jakarta Barat.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo selalu menerima ratusan bahkan ribuan keluhan dari warga Ibu Kota. Keluhan-keluhan itu masuk ke meja kerjanya setiap hari. Lantas, bagaimana Jokowi mengelola keluhan-keluhan warga tersebut?

Ada banyak pintu masuk keluhan warga. Ada yang melalui pesan singkat melalu ponsel yang dipegang ajudan Jokowi, yakni di nomor 08122600960, atau alamat e-mail gubdki@gmail.com. Ada pula yang dikirimkan melalui surat ke sekretariat atau bahkan keluhan yang disampaikan saat bertemu Jokowi di luar dari ruangan kerjanya. 

"Sampai malam ini (Kamis malam), ada 2.245 SMS. Ini yang belum saya buka. Yang sudah saya buka paling 10 persennya saja. Ini belum sama keluhan di e-mail dan lainnya," ujar David, sekretaris pribadi Jokowi pada Kompas.com, Kamis (5/12/2013) malam.

Keluhan-keluhan tersebut, lanjut David, kemudian di-print serta disampaikan langsung kepada Gubernur. Jokowi memilih mana keluhan diprioritaskan. Mekanisme ini dilakukan setiap hari.

Delegasi wewenang

Ditemui saat hendak pulang ke rumahnya, Kamis malam, Jokowi mengakui tak seluruhnya keluhan tersebut ditindaklanjuti. Ia memprioritaskan keluhan yang berbasis kebutuhan warga, yakni kesehatan atau pendidikan. Selain itu, dia juga memprioritaskan keluhan infrastruktur yang dianggap bisa ditindaklanjuti segera.

Soal kesehatan, misalnya, ada warga DKI peserta Kartu Jakarta Sehat yang tidak mendapatkan ruangan di rumah sakit. Terkait pendidikan, ada anak yang dipungut biaya ketika pindah sekolah. Sementara soal infrastruktur, misalnya, ada jalan rusak, drainase buruk, tempat pembuangan sampah tidak memadai, dan lain-lain.

"Kita delegate ke dinas, wali kota untuk menindaklanjuti laporan itu. Memang banyak sekali keluhan yang masuk tiap hari," ujarnya.

Sejauh ini, Jokowi mengaku tidak menemui kendala berarti. Biasanya, keluhan yang disampaikan warga terkait persoalan lapangan yang sudah ada anggarannya, tetapi perlu dorongan kepada birokrasi bekerja lebih optimal melayani masyarakat.

"Dinas, suku dinas, dan wali kota itu biasanya sudah ada dana. Jadi, kita tinggal dorong supaya segera diselesaikan saja," ujarnya.

Jokowi mengakui, ada setumpuk persoalan dari segala aspek di Jakarta. Eksekusi di lapangan, kata Jokowi, merupakan hal yang paling penting demi mengurai benang kusut di Ibu Kota semacam itu. Ia tidak mau berjanji akan menyelesaikan hingga tuntas segala persoalan itu. Namun, Jokowi berjanji memberikan memutuskan keputusan terbaik agar persoalan bisa ditindaklanjuti.

Sumber: kompas.com

Rabu, 27 November 2013

Basuki: Biang Macet, Akses ke Plaza Semanggi Harus Ditutup

Kondisi lalu lintas di Jalan Gatot Subroto tepatnya di depan Kemenakertrans pada Rabu (1/5/2013). Terlihat arus kendaraan menuju arah Semanggi mengalami kemacetan parah, sedangkan arah sebaliknya menuju Cawang lancar

Kemacetan di persimpangan Jalan Gatot Subroto, tepat di depan Plaza Semanggi, menjadi sorotan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Dia menganggap persimpangan tersebut sebagai biang kerok kemacetan.

Basuki meminta Dinas Perhubungan DKI Jakarta bekerja sama dengan kepolisian untuk menutup kembali akses keluar masuk Plaza Semanggi di pinggir Jalan Gatot Subroto tersebut.

"Persoalannya Plaza Semanggi itu yang paling ngotot, asal keluar masuk potong jalan sembarangan, jadi biang kemacetan. Kita harus berani tutup pintunya," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (27/11/2013).

Simpang itu menjadi penyebab utama kemacetan karena kendaraan dari arah Sudirman mau belok kanan masuk ke tol dalam kota. Kemudian, kendaraan dari arah Slipi mau masuk ke kiri ke dalam pusat perbelanjaan Plaza Semanggi.

Nantinya, kata dia, kendaraan yang mau masuk ke dalam mal harus memutar melalui Setiabudi atau berbelok di gang samping Hotel Kartika Chandra. Jalan di Karet Semanggi itu akan diperlebar dan akses masuk Plaza Semanggi di Jalan Gatot Subroto akan ditutup permanen.

"Harusnya semuanya yang mau masuk ke Plaza Semanggi lewat belakang, enggak mau tahulah kita. Polisi juga berulang kali tutup, tapi dibuka lagi aksesnya," ujar Basuki.

Sejak era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, penutupan akses telah dilakukan berulang kali oleh Dishub DKI bersama Polda Metro Jaya. Namun, akses itu pada akhirnya terus dibuka, dengan alasan akses itu digunakan oleh para veteran yang tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Gedung LVRI itu berada di dalam gedung Plaza Semanggi.

Pria yang akrab disapa Ahok itu menyatakan siap menghadapi protes dari pihak LVRI maupun Lippo Group selaku pemilik Plaza Semanggi. "Ya, makanya itu pasti bakal kena protes lagi. Tapi, lebih banyak pengguna jalan daripada pengunjung malnya. Makanya harus kita tutup aksesnya," tegas Basuki.

Penutupan pintu akses masuk Plaza Semanggi yang sebelumnya dilakukan Pemprov DKI mendapat perlawanan anggota LVRI. Dengan membawa bambu runcing, para veteran pejuang kemerdekaan itu membongkar pembatas beton yang digunakan untuk menutup akses pintu masuk gedung LVRI. Akhirnya beton pembatas dipasangi rantai dan digunakan sistem buka tutup. Akses keluar masuk tersebut akan ditutup mulai pukul 16.00 hingga 20.00, kecuali Sabtu dan Minggu.

Sumber: kompas.com

Jokowi Turun ke Kali Sunter, "Ngecek" Pengerukan

Gubernur Jakarta Joko Widodo meninjau pengerukan di Sungai Sunter, Jakarta Timur, Senin (25/11/2013) siang. Sudah 12 tahun, kali tersebut tak tersentuh pengerukan.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak henti-hentinya meninjau pengerukan sungai. Setelah beberapa waktu lalu meninjau Kali Mikro Nipah, Waduk Pluit, Waduk Rawa Lindung, Cakung Drain, dan lain-lain, Jokowi pada Senin (25/11/2013) siang ini meninjau pengerukan di Kali Sunter, Jakarta Timur.

Jokowi datang ke kali jenis sub-makro tersebut sekitar pukul 13.00. Mengenakan kemeja putih dan celana hitam, Jokowi tak segan turun ke aliran kali yang tengah dikeruk. Bersepatu coklat yang biasa digunakan saat blusukan, setapak demi setapak, dia menuruni tepian kali. Sesampainya di bawah, dia pun mengamati dua ekskavator yang tengah mengeruk lumpur.

Aksi Jokowi seperti biasa mengundang perhatian ratusan warga. Mereka memadati jalan inspeksi yang ada di sisi kiri dan kanan kali. Ada yang berteriak-teriak memanggil Jokowi, ada juga yang mengabadikan aksi blusukan Jokowi dengan ponselnya. Jokowi hanya melambai-lambaikan tangannya kepada ratusan warga.

Seusai meninjau, Jokowi menegaskan bahwa kedatangannya itu merupakan salah satu bentuk kontrol manajemen yang tidak dilaksanakan pada pemerintahan sebelumnya. Karena ketiadaan kontrol itulah, kata Jokowi, 13 sungai besar, 884 saluran, dan puluhan waduk di Jakarta tidak terurus hingga berakibat banjir.

"Ngeceklah, kalau ndak diginiin (dikontrol), nanti kayak dulu-dulu lagi," ujar Jokowi di sela-sela peninjauannya.

Jokowi menegaskan, harus ada pengawasan ketat di lapangan. Selain memastikan bahwa pekerjaan rampung tepat waktu, pengawasan juga berfungsi memastikan agar pelaksana proyek melakukan pekerjaan sesuai dengan kontrak kerja. Dengan begitu, kasus tak sesuainya berita acara proyek dengan kontrak kerja seperti di Waduk Pluit pun tidak terjadi lagi pada proyek-proyek lainnya.

"Kalau ndak diawasi, ngitung mereka sudah sesuai kontrak kerja atau belum, gimana. Maka itu, perlu pengawasan ketat," ujarnya.

Kepala Pengawas dan Pengendali Normalisasi Kali Sunter Dinas Pekerjaan Umum DKI Subandi mengungkapkan, normalisasi Kali Sunter dikerjakan langsung di bawah Dinas PU DKI. Tujuannya mempercepat proses pengerukan untuk antisipasi terhadap banjir.

"Kita mulai normalisasi pada 17 November 2013. Targetnya, 15 Desember 2013 sudah selesai. Mau tidak mau karena tanggal itu tutup buku APBD tahun 2013. Nanti dilanjutkan lagi," ujarnya.

Subandi menjelaskan, permasalahan yang ada di kali tersebut secara umum sama dengan permasalahan di kali lain. Selain aliran tidak lancar karena endapan lumpur telah tebal, aliran kali itu pun dipenuhi sampah. Terlebih lagi, salah satu ruas kali yang menghubungkan Kanal Banjir Timur hingga ke pantai utara Jakarta itu pun dipenuhi permukiman sehingga mengganggu aliran kali itu.

Dinas PU, lanjut Subandi, telah memberikan sosialisasi kepada warga. Namun, sosialisasi yang dilakukan bukanlah relokasi, melainkan normalisasi. Sebab, belum ada rusun yang menampung warga.

Sumber: kompas.com

Kamis, 21 November 2013

Jokowi Beberkan soal Normalisasi Waduk Pluit, PM Belanda Kaget


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

Setelah mengunjungi Waduk Pluit, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo terlihat satu mobil bersama Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Mereka bertolak dari Waduk Pluit menuju rumah pompa Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.

Selama perjalanan, Jokowi pun mengaku berbincang banyak hal dengan Mark di dalam mobil. Apa yang dibicarakan keduanya? "Di dalam mobil saya menerangkan keadaan Pluit, saya ceritakan keadaan waduk di sini sebelumnya," kata Jokowi di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (21/11/2013).

Kepada Mark, Jokowi pun bercerita keadaan Waduk Pluit sebelumnya yang hanya memiliki kedalaman satu meter, serta dipenuhi sampah dan juga eceng gondok. Tak hanya itu, ribuan kepala keluarga (KK) menghuni kawasan yang kini telah menjadi taman.

"Saya katakan, delapan bulan lalu, kita sudah mulai bersihkan. Dia kaget saya ngomong kita sudah pindahkan 1.600 KK sebelumnya, dan sekarang menjadi taman," ujar Jokowi.

Seperti halnya Jakarta, kata Jokowi, Mark pun bertutur soal kondisi yang juga pernah dialami Belanda, salah satunya soal banjir. "Makanya saya kira tadi kita menunjukkan tempat-tempat seperti (waduk dan rumah pompa) itu," ujar Jokowi.

Sumber: kompas.com